Bertahan

Bertahan

Part 1

Hari ini aku sudah siap dengan ulasan make-up natural. Jilbab hijau daun menutupi rambutku. Aku kembali menatap diriku di cermin. Apakah ini benar-benar aku? tanyaku pada diri sendiri.

"Alisha". Panggilan itu membuat aku langsung berdiri. Maya. Tanteku.

"Tante. Apa aku harus keluar sekarang?" tanyaku pelan.

Wajah Tante Maya terlihat seperti biasanya, sadis padaku, "Kamu harus sopan disana. Yang kamu nikahi itu bukan pria sembarangan," kata Tante Maya.

"Jangan terlalu kasar padanya. Bagaimanapu dia sudah menolong kita." Paman masuk dan mencoba menenangkan Tante.

"Sudah seharusnya dia menolong kita. Dia sudah kita rawat sejak orang tuanya mati."

Aku sadar jika aku harus membalas budi untuk Paman dan Tanteku. Aku tersenyum dan mendekat kearah mereka.

"Aku akan membalas budi sebisaku. Kalian sudah aku anggap seperti orang tuaku."

Tante Maya tertawa pelan, "Orang tua? bagus jika kamu merasakan hal itu. Kamu bisa keluar dan tetap jaga semua kesopananmu."

"Baik tante."

Aku mengangguk kearah paman. Aku tahu paman khawatir dengan segala keputusanya. Aku tidak pernah tahu apa yang akan menjadi takdirku, aku hanya mampu untuk berjalan dengan hati yang damai.

💝💝💝

Aku melihat Om Adrik dan Tante Febri. Aku menghela nafas panjang, dan memberanikan diri untuk turun dari tangga. Sampai akhirnya, brak. Aku tidak sengaja menabrak seseorang.

"Maaf. Saya tidak sengaja." kataku pelan, aku menundukan kepalaku sedalam-dalamnya.

"Kamu punya mata? Lain kali gunakan matamu dengan benar".

Aku tidak tahu siapa pria itu tapi bahasanya cukup kasar untukku. Dia bahkan tidak menghiraukan kata maafku.

"Sekali lagi saya minta maaf."

"Sudahlah Aqil. Dia itu calon istrimu." Kata Om Adrik.

"Dia?" tanya Aqil sembari menunjukku. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Om Adrik.

"Iya sayang," jawab tante Febri.

Tante Febri menggenggam tanganku dan mengajakku duduk bersama dengan yang lain.

Kami hanya membicarakan tentang pernikahan kami. Tidak banyak yang diputuskan, hanya akhirnya aku harus menikah dengan Aqil. Ya, bulan depan aku akan menikah dengan Aqil. Karena banyak acara penting yang harus dilakukan setelah pernikahan.

"Aqil. Jangan sakiti Alisha ya. Dia anak yang baik," kata Om Adrik.

"Tenang saja Pa. Dia akan baik-baik saja denganku." Mata Aqil melirik kearah diriku. Kembali menundukan kepalaku.

Aku melihat wajah tidak senang dari Aqil. Aku tahu perjodohan yang tidak didasari oleh cinta akan seperti ini. Namun aku harus tetap menjalaninya.

"Sayang, kami pulang dulu," kata Tante Febri begitu acara sudah hampir selesai.

"Tidak sekalian makan malam bersama?" tanya Tante Maya pada mereka.

"Maaf. Bukanya mau menolak tapi karna kami harus datang keacara lain." Om Adrik langsung bersalaman dengan Paman Tejo.

Tante Maya dan Paman Tejo mengantar keluarga calon suamiku keluar. Aku hanya duduk di sofa dengan tangan meremas baju.

"Kau akan merasakan apa yang aku rasakan."

Tidak aku sangka jika Aqil masih di sana. Dia mengatakan hal aneh padaku. Tidak lama, paman dan tante masuk.

"Ini sangat menguntungkan untuk kita," kata tante dengan wajah yang cerah namun tetap sadis.

"Kau ini. Jangan memikirkan hal yang bukan-bukan."

"Biarkan saja. Dia kan anak pungut."

Sakit rasanya mendengar hal itu. Aku memang tidak tahu siapa diriku, tidak tahu juga siapa orang tuaku. Yang aku tahu, paman dan tante yang telah menjagaku.

"Kau masih di sini?" tanya Tante Maya dengan kesal.

"Al. Kamu bisa masuk ke kamar."

Aku hanya menurut dengan apa yang dikatakan Paman Tejo. Aku tidak mau menambah masalah untuknya.

💝 💝 💝

"Assalamu'alaikum Al". tanya Vidi dari seberang sana.

"Wa'alaikum salam Kak Vidi."

"Kata Om Tejo kamu mau menikah bulan depan?".

Aku tidak tahu sejak kapan Paman Tejo dekat dengan Vidi. Padahal mereka terlihat sangat bertentangan.

"Apa itu benar Al? Padahal niatku setelah selesai kuliah ini aku akan membuat kamu jadi halal untukku".

Aku hanya tersenyum mendengar penuturan Vidi. Aku sudah menganggapnya Kakak, dia orang yang baik. Orang yang menjagaku walau kita berjauhan.

"Kak Vidi jangan melantur. Kenapa telfon malam-malam begini? tidak enak dengan yang lain Kak".

"Tidak apa. Hanya ingin memastikan saja".

Kalau boleh jujur hati ini masih tertambat oleh Vidi. Rasa perhatian dan penuh kasih sayang darinya membuat aku menyerahkan hatiku. Namun, takdir berkata lain.

"Sudah malam Kak. Waktunya istirahat". kataku. Aku hanya ingin mengahiri acara bertelfon ini.

"*Ya sudah. Selamat istirahat. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikum salam*".

Aku langsung menutup telfon itu dan meletakanya diatas nakas. Ya Allah, jantung ini masih tetap berpacu padahal hanya mendengar suaranya.

💝 💝 💝

Aku sudah siap dengan pakaian rapi karna akan bekerja. Baju pink dengan jilbab berwarna senada.

"Bisa bantu paman?" tanya Paman saat aku keluar rumah.

"Ada apa Paman?". aku menghampiri paman dan melihat wajah bingung darinya.

"Tolong antarkan ini ketempat Om Adrik ya. Ketinggalan tadi malam," kata Paman Tejo.

"Tapi kan..."

"Tolong paman Al."

Mau tidak mau aku hanya mengangguk saja. Aku ingat jika aku harus membantu Paman Tejo.

"Memang kamu anak yang baik." Paman memberikan sebuah bungkusan kecil.

"Aku berangkat dulu. Makanan sudah siap, tolong bangunkan Tante untuk sarapan ya Paman".

"Iya. Kamu hati-hati."

Aku langsung berjalan kearah terminal bus seperti biasa. Memang jarak tempuh rumah dengan toko bunga tempatku bekerja lumayan jauh.

💝 💝 💝

to be continued

Terpopuler

Comments

ZalikaAngel 🤧🥀❣️

ZalikaAngel 🤧🥀❣️

Kuy mampir di sad novel“tersakiti kerna CEO tampan" jangan Lupa tinggalkan jejak😝😁📣

2020-05-26

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!