Part 3

Aku sudah memakai gaun yang sangat indah. Semuanya bertemakan bunga mawar putih.Tentunya demua ini karena kemauan Aqil. Bagiku, aku hanya bisa mengikutinya.

"Kamu sudah memakai gaun cantik kenapa wajahmu masih murung?" tanya Paman Tejo.

"Bagaimana tidak murung. Ponselnya kan sudah pacah." Sambar tante Maya.

"Diam kamu Maya," kata Paman Tejo.

"Kenapa bukan Paman yang menjadi waliku?" tanyaku pada Paman.

"Kamu akan tahu alasanya nanti,"kata Paman Tejo. "Kamu bersiap dulu Aku dan Tantemu akan mengurus semuanya".

"Paman." Mereka tetap pergi meninggalkanku dengan semua yang belum aku kenal.

Sejak kemarin aku selalu bertanya-tanya. Kenapa paman Tejo tidak menjadi waliku. Bahkan, banyak yang bertanya tentang aku pada paman Tejo.

💝 💝 💝

Aku sudah resmi menjadi suami istri dengan Aqil. Walau begitu aku dan Aqil belum juga membuka pembicaraan. Aku hanya mengangguk dan bersalaman selama resepsi ini.

"Sayang. Kalian mau bulan madu dimana?" tanya Tante Febri.

"Mama ngapain bahas hal kaya gitu disini?" kata Aqil.

"Kamu jangan kasar gitu dong. Kasihan kan Alisha nya,” kata Tante Febri.

"Aku nggak apa-apa kok Tante," kataku pelan.

"Kok Tante sih. Mama," kata Tante Febri mencoba mengingatkan jika aku sudah menjadi anaknya.

"Ma..ma." Aku masih tergagap dengan panggilan itu.

"Bagus. Setelah semua tamu pulang kalian bisa pulang kerumah Mama atau ke hotel yang sudah Mama pesan. Terserah kalian saja." Mama menepuk pundakku perlahan.

Aku harus belajar dari awal. Keluarga yang baru dan kehidupan baru sudah menanti diriku.

"Aku akan pulang kerumah dengan Alisha," kata Aqil yang terlihat tidak senang dengan apa yang dilakukan Mamanya padaku.

Kini tinggal keluarga inti saja di ruangan ini. Paman dan tante mendekat padaku. Zefan masih tidak memandangku sedikitpun.

"Kalian akan menginap dihotel ini?" tanya Paman.

"Tidak paman. Kata Aqil kita akan pulang kerumah."

"Jangan panggil nama dong. Sekarang dia kan suami kamu. Jaga sopan santun kamu, jangan bikin malu," kata Tante Maya dengan nada ketusnya.

"Tidak apa-apa kok. Masih baru juga. Perlu banyak belajar." kata Mama Aqil dengan senyuman yang hangat.

Papa Adrik datang dang langsung menepuk pundak Aqil, "Kalian bisa pulang dulu," kata Om Adrik kemudian.

Aku menoleh pada Paman Tejo. Hanya anggukan yang aku dapat darinya. Hati ini masih berharap bisa lebih lama bersama tante dan paman. Namun, aku sudah memiliku suami. Aku akan menurut dengan apa yang suamiku lakukan.

"Alisha. Benar apa yang dikatakan Adrik. Kalian bisa pulang dulu," kata Paman Tejo lagi.

"Baiklah." Aqil langsung menarik tanganku dengan cukup keras. Aku bahkan tidak sempat berpamitan pada mereka.

Sampai di parkiran seorang supir keluar dari mobil dan mempersilahkan kami masuk. Namun Aqil menolaknya.

"Aku akan membawa istriku kesuatu tempat. Kamu bisa pulang sekarang," kata Aqil pada sopir itu.

Sopir itu mengangguk dan memberikan kunci mobil itu. "Baik tuan".

Aku hanya diam. Bukan karna apa tapi aku belum mengerti tentang Aqil dan keluarganya. Aku baru tahu nama mereka saja. Vidi, andaikan dia di sini.

"Kamu tidak mau masuk?" tanya Aqil padaku.

"Aku akan masuk."

Aku duduk dengan tenang disamping Aqil. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Sedangkan aku, aku tidak tahu harus memulai semuanya dari mana.

Wajah Aqil berubah. Dia tidak semenakutkan tadi. Kali ini aku merasa lebih tenang.

💝 💝 💝

Aku sudah sampai dirumah Aqil dan sedang berkeliling dengan asisten rumah tangga Aqil. Aku bisa memanggilnya Nia. Tadinya aku kira Aqil akan membawaku kemana.

"Non. Semua ruangan boleh dimasukki. Kecuali ruangan yang berada di pojok itu," kata Nia.

"Kenapa?" Entah kenapa, aku malah merasa penasaran dengan ruangan itu.

"Itu ruangan khusus untuk Tuan. Jangan sekali-kali kesana. Ini perintah dari tuan langsung."

Aku mengangguk paham. Lebih baik aku mengikutinya atau akan terjadi masalah nantinya.

"Kalau begitu ini kamar Tuan. Non bisa istirahat disini." Nia membukakan pintu itu untukku.

"Terima kasih," kataku.

Baru kali ini aku melihat kamar semewah ini. Hiasanya sangat indah. Bahkan aku tidak bisa mengucapkan apapun.

"Saya permisi dulu."

Aku mengangguk begitu Nia mengatakanya.

Kini aku sendirian di kamar Aqil. Kata Aqil dia ada urusan dan akan pulang malam. Padahal hari ini adalah hari pernikahan kita.

Aku membuka kerudungku dan beberapa aksesoris yang sedikit mengganggu. Aku tidak tahu harus ganti baju apa. Aku belum persiapan sama sekali. Tidak ada baju untukku di sini.

"Permisi," Nia mengetuk pintu dari luar kamar.

Aku kembali mengenakan kerudungku dan membuka pintu.

"Ada apa Nia?" tanyaku.

Aku kaget ketika melihat bukan Nia yang ada di depan pintu. Aqil, padahal jelas sekali tadi suara Nia.

"A..aqil,” ucapku terbata karena kaget.

"Apa kau mau di depan pintu terus?"

Aku langsung menyingkir dari pintu. Tatapan mata Aqil membuat aku tidak mampu berkata lagi. Kadang dia seperti iblis, kadang juga tatapanya menghangatkan.

"Baca semua ini dan fahami." Aqil melemparkan sebuah berkas padaku.

Aku mulai membaca dan memahami semua isinya. Aku melihat kearah Aqil. Dia hanya menganggukan kepalanya.

"Aku harus menuruti semua ini?" tanyaku.

"Tentu. Kamu tidak mencintaiku kan?" tanya Aqil.

Aku hanya diam. Aku tidak tahu apa aku mencintai Aqil atau tidak. Namun, aku juga tidak memiliki alasan untuk mencintainya.

"Jangan-jangan kau sudah mencintaiku sejak pertama bertemu?" Aqil mendekatkan wajahnya.

"Bukan. Bukan begitu. Apa aku harus berada dalam rumah terus?"

Anggukan Aqil membuat aku sedikit kecewa.

"Aku akan mati bosan jika dirumah tanpa ada hal yang aku kerjakan."

"Lalu?"

Aku menghela nafas sebelum mengatakanya. Aku menatap lekat mata Aqil.

"Biarkan aku meneruskan keinginanku. Aku hanya ingin tetap merangkai bunga."

"Jadi kau akan memilih pekerjaanmu atau aku?"

Kenapa pertanyaan Aqil sampai seperti itu. Mungkin benar, aku harus menurut dengan Aqil. Dia suamiku, aku harus ingat jika dia suamiku.

"Aku akan memilihmu," akhirnya aku kalah juga. Jika aku mengatakan memilih pekerjaan, Aqil pasti akan marah padaku.

"Aku akan buatkan toko bunga untukmu. Jangan menatapku dengan tatapan menjijikan itu lagi," kata Aqil.

Aku seperti anak kecil yang baru saja di belikan permen. Bahagia rasanya. Tanpa aku memohon, Aqil akan memberikan aku sebuah toko bunga.

"Cepat tambahkan itu dan tanda tangani kontrak itu."

Teriakkan Aqil membuat aku sadar. Berat rasanya tanda tangan diatas sebuah kontrak pernikahan. Baru saja aku merasakan bahagia, namun tetap saja pernikahan ini bukanlah cinta. Setelah selesai aku langsung kembali menyodorkan kontrak itu.

"Apa kamu mau berpakaian seperti itu sepanjang hari?" tanya Aqil padaku.

Aku menatap diriku sendiri yang masih menggunakan gaun pengantin.

"Ikut aku."

Tiba-tiba saja Aqil langsung menggendongku dan keluar dari kamar.

"Mau kemana? turunkan aku." Tidak enak rasanya dalam posisi ini. Siapapun bisa melihatnya.

"Beli pakaian."

"Turunkan aku. Malu dilihat banyak orang" kataku lirih. Beberapa pelayan di rumah ini menatap aku dan Aqil.

"Aku suamimu."

Mendengar hal itu membuat akudiam di dalam gendonganya. Lucu rasanya. Seperti anak kecil dengan Ayahnya.

Baru saja dia menyuruhku menandatangani kontrak. Sekarang, dia memberikan harapan agar aku tenang di sisinya. Sungguh aneh suamiku ini.

💝 💝 💝

"Ambil semua baju yang kamu suka. Aku akan menunggumu." Aqil langsung duduk di kursi tunggu.

Ini sudah malam namun Aqil membela-belakan dirinya untuk membelikan aku baju.

"Ini terlalu berlebihan. Aku bisa mengambil bajuku dirumah paman," kataku pelan.

"Apa aku tidak berguna. Sampai kamu tidak ingin aku membelikanmu baju?"

Aku hanya diam. Bagaimanapun aku juga harus merubah gaya pakaianku untuk Aqil. Dia bukan orang sembarangan. Dia bos diperusahaan.

"Aku akan membeli beberapa baju." Aku membopong gaunku yang membuat aku sedikit susah untuk berjalan.

Beberapa kali aku memilih baju dan menemukan beberapa baju yang tidak memiliki banyak aksesoris. Aku memang lebih suka yang sederhana.

"Hanya itu?" tanya Aqil.

Aku mengangguk. "Ini sudah cukup. Kita bisa pulang sekarang."

"Ok. Kamu bisa langsung ke mobil, aku akan membayarnya dulu."

Aku mengikuti apa yang dikatakan Aqil. Jika Aqil terus melakukan ini, perlahan akan membuat hatiku terbuka.

💝 💝 💝

to be continued

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!