Bukan Pernikahan Impian.
an : Cerita ini di buat awal tahun 2016 dan sudah tamat pada tahun 2016 juga, mohon maaf bila kalian menemukan banyak typo ;)
Salam APL ;)
Satu
_____
_____
Prilly pov.
"Hey...."
Aku terjengkit kaget saat merasakan seseorang memepuk pelan pundakku. Aku melihat ke samping, ternyata seorang lelaki yg tidak aku kenal sudah duduk di sampingku dan memperhatikanku.
"Tumben sendirian..." Ucapnya lagi.
Aku masih diam memperhatikan nya, kali aja aku pernah bertemu dengannya namun aku lupa dimana. Tapi tidak, aku sama sekali tidak mengenal dan merasa pernah bertemu dengan lelaki ini.
Seperti menyadari kebingungan ku lelaki ini mengulur kan tangan kanannya padaku. "Oh kita belum berkenalan ya, aku Rasya." Ucapnya memperkenalkan diri.
Dengan ragu aku pun membalas uluran tangannya, tidak sopan juga kalau aku tidak membalas uluran tangannya. "Aku Prilly." Kataku singkat seraya tersenyum tipis.
"Nama yang cantik, secantik orangnya." Ucapnya dengan tersenyum lebar.
Aku hanya bisa menunduk, menyembunyikan pipiku yg merona karna malu. Sudah banyak orang yg mengatakan hal itu, tapi kenapa aku bisa sangat malu hanya dengan kata cantik dari orang yg baru ku kenal.
"Hey kenapa kau menunduk.." ucapnya. Rasya mengangkat dahuku agar tidak menunduk dan menatapnya.
"Kau blushing hahahhaa...." ucapnya dan langsung tertawa. Apa nya yg lucu?
"Tidak lucu!." Ucapku ketus.
Menatap lurus kedepan, melihat menara Eiffel. Hari sudah mulai gelap dan lampu menara Eiffel pun sudah menyala. Terlihat sangat indah.
"Maaf, maaf maaf.." Ucapnya setelah selsai dengan tawanya.
Aku hanya diam dan terus memperhatikan merana Eiffel. Ini sudah menjadi kebiasaanku, setiap sore aku akan duduk di taman ini dan memperhatikan menara Eiffel dari kejauhan. Menurutku dari jauh lebih indah dari pada dari dekat, apalagi kalau malam hari.
Aku pernah membayangkan bagaimana jika aku duduk di sini menikmati indahnya menara Eiffel di temani seorang kekasih. Pasti akan menyenangkan, tapi itu hanya gambaranku saja dan tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan.
"Kau melamun.."
Aku mendengus kesal saat Rasya melambaikan tangannya di depan wajahku. Membuyarkan khayalan indahku saja.
"Ada apa sih?" Tanyaku sebal.
"Tidak ada, kau kenapa melamun?" Tanyanya.
"Bukan urusanmu."
"Owh baiklah, nona Prilly sedang marah ternyata. Omong omong kau sendirian disini, biasanya kau selalu di temani seorang pelayan dan juga dua orang bodyguard mu itu..." Ucap Rassa panjang lebar seraya melihat ke sekeliling.
Aku mengeryitkan dahiku bingung. "Bagaimana kau tau?" Tanyaku penuh selidik. Jangan jangan dia ini penguntit lagi.
Oh ya namaku Prilly Bie Takashi, setiap sore memang aku selalu duduk di bangku taman dekat menara Eiffel di temani dua bodyguard dan satu pelayan. Namun hari ini aku menyuruh mereka menunggu di mobil karna aku hanya ingin sendiri.
"Aku hanya sering melihatmu dari kejauhan, setiap hari kau kan datang ke tempat ini bersama seorang pelayan dan dua bodyguard mu itu. Jadi aku tidak berani untuk mendekatimu, dan karna hari ini aku melihat mu seorang diri makanya aku berani mendekatimu." Ucap Rasya panjang lebar disetai dengan senyum manisnya.
"Aku sengaja menyuruh mereka untuk menunggu di mobil. Tunggu! Kau sering memperhatikan ku dari jauh." Balasku.
"Iya, habis bodyguard mu itu terlihat sangat menakutkan sih." Ucapnya di akhiri dengan kekehan.
Aku memperhatikan Rasya yg tertawa, sangat tampan. Apalagi dengan cahaya yg minim karna matahari yg sudah tenggelam hanya ada lampu dari menara Eiffel yg menerangi kami.
"Kau seorang fhotografer?" Tanyaku menyadari dia membawa kamera yg menggantung indah di lehernya.
"Hanya cita-cita saja." Jawabnya.
Rasya mengangkat kameranya dan klik... aku mendelik saat tiba tiba saja Rasya mengambil gambarku. Pasti terlihat sangat jelek sekali.
"Apa yg kau lakukan, hapus tidak."
"Tidak."
"Pasti sangat jelek sekali." Ucapku sambil mencebikkan bibirku.
Klik...
Rasya kembali mengambil gambarku lagi.
"Rassya...!" Pekikku kesal.
"Apa? Kau tetap cantik dengan ekspresi apapun kok..." ucap Rasya seraya melihat lihat gambarku yang ia ambil barusan.
"Sini aku mau lihat.." ucapku berusaha merebut kamera dari tangannya.
"Tidak. Nanti kau akan menghapusnya." Ucap Rassya, ia bangkit dari kursi dan menjauhkan kameranya dariku.
"Kenapa kau tidak menjadi fhotografer saja." Ucapku.
Rasya kembali duduk di sampingku. Menatap lurus kearah menara Eiffel yg berkerlap kerlip indah.
"Maunya sih gitu, tapi kakakku ingin aku membantunya mengurus perusahaan nya." Balasnya sambil menghembuskan
nafas panjang.
"Kenapa kau tidak menolak dan menjadi fhotografer saja kan nanti bisa anak kakakmu saja yang membantu mengurus perusahaan itu.?" Tanyaku.
"Anaknya belom lahir." balas Rasya.
"Apa?"
"Kau kepo juga ya." Balasnya seraya terkekeh pelan.
"Aku hanya bertanya saja, jika tidak di mau jawab juga tidak apa-apa." Balasku kesal.
Mengalihkan pandangan ku yg tadinya memperhatikan nya dan kembali memperhatikan menara Eiffel.
"Aku tidak bisa menolak keinginan kakakku. Dia sudah seperti Ayah bagiku, dia selalu menuruti apapun yg aku mau." Balas Rasya, masih dengan menatap Eiffel di depan kami.
____
Bukan pernikahan impian.
____
"Jadi bagaimana Ali, kau menerima tawaranku?" Tanya seorang pria paruh baya.
Ali menghela nafas berat. "Kau tau kan jika aku sudah mempunyai seorang istri." Balas Ali.
"Ya aku sudah tau."
"Aku tidak perduli akan statusmu, Ali. Aku hanya ingin kau menikahi putriku, tidak masalah menjadi istri keduamu. Karna aku tau kau pasti akan bersikap adil pada mereka." Lanjut pria paruh baya yg ada di depan Ali.
"Bagaimana jika adikku saja yg menikah dengan putrimu. Dia masih single." Ucap Ali.
Pria paruh baya itu menghela nafas panjang. "Kau tau Ali, aku ini sudah semakin tua. Aku ingin melihat putriku bahagia bersama suaminya. Dan aku juga sudah menganggap kau sebagai putraku sendiri. Aku hanya ingin kau menikah dan membahagiakan putriku saja, bukan adikmu atau orang lain. Apa kamu mengerti?"
Ali hanya diam menatap pria paruh baya yang berada di depannya. Lagi dan lagi, Ali hanya bisa menghela nafas berat mendengar permintaannya untuk menikahi putrinya.
Padahal pria paruh baya itu tau jika Ali sudah beristri tapi pria paruh baya itu tetap tidak peduli dengan statusnya, yang ia inginkan hanya Ali harus menikah dengan putrinya atau perusahaanya terancam hancur.
Ali sudah merekomendasikan adiknya sebagai gantinya, Ali tau adiknya masih single, jadi tidak masalah jika menikah dengan putri pria paruh baya yg ada di hadapannya ini. Tapi sayangnya pria paruh baya itu keukeh dialah yg harus menikahi putrinya bukan orang lain.
"Aku akan memberimu waktu seminggu untuk memikirkannya. Selamat malam...." Ucap pria paruh baya itu bangkit dari kursinya dan meninggalkan Ali yg frustasi sendiri di ruangannya.
'Ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Bantu aku Tuhan.' Batin Ali frustasi, ia memijit pangkal hidungnya dan mendesah frustrasi. Sepertinya memang tidak ada jalan lain.
mohon maaf bila menemukan banyak typo ;)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments