Seni Seviyorum (Aku Mencintaimu)

Seni Seviyorum (Aku Mencintaimu)

01. »Permintaan«

***

    Seorang wanita tampak duduk dibalik meja kerjanya. Wajahnya terlihat kelelahan, beberapa tumpuk berkas ada di atas meja. Memenuhi setiap sudut, hanya menyisakan ruang untuk sebuah figura dengan gambar dirinya dan dua bocah kecil yang mengapitnya.

"Bunda ...," wanita itu menoleh, lalu tersenyum kearah seorang bocah laki-laki yang sekiranya berumur 7 tahun, "apa Bunda masih kerja?" wanita yang disapa Bunda itu menatap arloji ditangannya, lalu mengusap wajah kasar.

"Ahh, Ezha maafkan Bunda, tidak bisa menjemputmu siang tadi. Bunda banyak kerjaan sayang," sesal wanita itu. "Kenapa kamu bangun, tengah malam begini?" wanita itu berjalan mendekati anak laki-lakinya yang bernama Ezha, lalu mensejajarkan tubuhnya dengan bocah kecil itu.

"Ezha haus." jelas Ezha seraya mengucek kedua matanya. Tampaknya dia masih mengantuk, wanita itu menghela nafasnya.

"Bunda ambilkan ya, kembalilah tidur Ezha, besok kamu harus sekolah!"

"Bunda, kapan Ayah pulang?" pertanyaan bocah kecil itu sontak membuat sang wanita diam seribu bahasa. Pasalnya akibat pria itulah ia harus menunda pekerjaannya, dan kini pekerjaannya menggunung.

"Ayah banyak pekerjaan, jadi dia belum bisa pulang," jelasnya.

"Tapi kapan? Ezha dan Asha sudah ingin bertemu!" Ezha merengek.

"Ezha. Mengertilah ...," mata wanita itu berkaca-kaca, membuat Ezha langsung menunduk dan diam.

"Maaf Bunda, Ezha akan menunggu di kamar." putus Ezha lalu pergi begitu saja.

***

Seminggu sebelumnya...

   Alisa Humaira. Seorang Desainer yang sudah sangat sukses dalam bidangnya, memiliki perusahaan sendiri dan juga memiliki kantor dibeberapa cabang daerah, semua itu hasil kerja kerasnya yang ia bangun dari nol.

   Disetiap kesempatan dan peluang yang ada, Lisa selalu berusaha untuk mengambil peluang itu, hingga kini Lisa berada dipuncak kejayaannya.

    Siang ini, Lisa tengah duduk diam di balik meja kebesarannya, saat sebuah ketukan membuatnya sadar dari lamunan panjangnya, "ya, masuk!" pinta Lisa dengan tenang.

"Maaf Bu. Di luar ada Bu Zara, beliau ingin bertemu dengan anda," dia adalah Nara, sekertaris andalan Lisa. Lisa segera membereskan tumpukan desain yang ada di atas mejanya.

"Ya, biarkan dia masuk!"

"Baik Bu." sekertaris Lisa itu kembali keluar, dan beberapa saat setelah kepergian Nara, seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangannya. Wajahnya menampilkan mimik tegang.

"Aku masih sedikit sibuk duduklah ...."

"Lisa! Menikahlah dengan suamiku!" Lisa menghentikan kegiatannya, lalu menatap Zara dengan pandangan bertanya, "aku tau semuanya Lisa. Siapa yang sudah meninggalkanmu di hotel hari itu, pria itu adalah suamiku, Lisa!" Lisa terdiam cukup lama, hingga keheningan tercipta di ruangan itu.

"Maaf ...," setelah seperkian menit terjadi keheningan, Lisa angkat bicara. Berdiri dari duduknya lalu menarik Zara untuk duduk di sofa ruangan itu, "Zara ... kamu tau bagaimana aku hidup, kamu tau bagaimana aku menjalani Visi dan Misiku selama ini, kamu juga tau apa Motto hidupku." Zara menggeleng dengan air mata yang mengalir tanpa bisa di cegah.

"Tidak Lisa! Walaupun aku tau kamu tidak ingin. Tapi aku juga tau. Jika bukan dengan pria yang telah merenggut kehormatanmu, maka kamu tidak akan pernah menikah!" Lisa memijit pangkal hidungnya.

"Zara dengarkan aku, aku hidup hanya sekali ..."

"Mencintai sekali, menikah sekali dan matipun sekali! Aku tau Lisa. Aku tau!" ucap Zara menggebu, "Tapi ku mohon, demi aku, demi suamiku!" Lisa menggeleng tak mengerti, "aku sudah tau apa yang terjadi di hari itu. Sehari sebelum pernikahanku dengan suamiku terjadi, dia menceritakan kehilafannya padaku. Dia sangat menyesal telah melakukan itu padamu dan ...," ucapan Zara terpotong karena remasan di sebelah tangannya, Lisa yang melakukannya.

"Zara, dengarkan aku." kata Lisa serius, "aku sudah hidup seperti biasa setelah 8 tahun lalu kejadian itu. aku tidak membutuhkan siapapun lagi!" tegas Lisa. Zara semakin menangis di buatnya.

"Lisa, sejujurnya ... umurku tidak panjang lagi." Lisa sontak melepas genggaman tangannya, lalu menatap Zara menuntut penjelasan.

"Apa yang terjadi?" raut khawatir jelas tercetak di wajah Lisa kala mendengar sahabat yang sangat dekat dengannya itu pemberi penuturan seperti itu.

"Aku tidak akan hidup lebih lama dari ini Lisa. Sebenarnya, satu bulan lalu dokter memfonis diriku terkena kanker rahim dan sudah stadium akhir." Lisa membekap mulutnya sendiri, matanya berkaca-kaca lalu memeluk sang sahabat.

"Hentikan Zara, aku akan marah jika kamu melanjutkan ceritamu!" Lisa tak sanggup mendengar penuturan sang sahabat. Namun, lain dengan Lisa. Zara justru segera mengurai pelukan itu, lalu menggenggam kedua tangan Lisa dengan sangat erat.

"Maka dari itu ... menikahlah dengan suamiku, jaga dia seperti kamu menjagaku dulu, kasihi dia seperti kamu mengasihi aku. Aku percaya padamu Lisa!" Lisa kembali menggeleng, melepaskan genggaman tangan Zara di tangannya.

"Zara! Aku sudah mengatakannya sekali, jangan sampai aku mengulangi perkataanku, aku tidak suka di paksa! Kamu tau itu."

"Demi aku Lisa! Demi aku!" Zara semakin menangis, Lisa menggeleng.

"Aku akan menghubungi suamimu, agar dia menjemputmu sekarang ..." Lisa tiba-tiba ingat sesuatu, "apa dia sudah tau kondisimu?" Zara diam, menandakan bahwa wanita itu belum memberi tau suaminya atas apa yang di alaminya.

   Lisa mengusap keningnya yang sedikit berkeringat, padahal suhu AC sudah cukup dingin. Namun, hawa panas malah terasa di tubuh Lisa. "Aku akan menghubunginya sekarang!" Zara hanya diam kala Lisa mengambil buku telfon di atas mejanya, dan mulai menghubungi seseorang yang sejak tadi mereka bicarakan.

   Zara hanya mampu menangis dalam diam, menunduk sambil menautkan jari-jemarinya diatas pangkuan. Dia benar-benar tulus mengatakan bahwa Lisa harus menikah dengan suaminya, apa sulit bagi seorang Lisa menikah dengan suaminya?

"Dia akan datang sebentar lagi." Zara menatap aneh Lisa, suaranya berbeda dari Lisa yang biasanya. Zara berinisiatif menarik tangan sahabatnya agar kembali duduk di sofa.

"Apa kamu ada masalah?" Zara menatap Lisa yang tampak ragu.

"Aku tau, aku egois Zara. Tapi, ceritaku satu minggu lalu, bukan berarti aku ingin merebut suamimu! Aku ..."

"Kamu tidak merebutnya, aku yang mengizinkanmu menikah dengannya." Lisa ragu. Jujur dalam hati kecilnya, Lisa memang ingin tau, siapa Ayah kandung dari kedua anaknya, tapi saat tiga hari lalu Zara berkata bahwa suaminya adalah orang yang telah merenggut kehormatannya dulu. Lisa sekan menyesal telah mencurahkan isi hatinya pada Zara.

"Bu, ada tamu, katanya sudah buat janji dengan anda." Nara muncul dari balik pintu.

"Siapa?" tanya Lisa bingung.

"Dia bilang namanya Revan Sanjaya." Lisa mengangguk.

"Biarkan dia masuk." perintah Lisa.

"Baik Bu." Nara kembali keluar. Beberapa saat berlalu, Nara kembali dengan seorang pria di belakangnya. Ketika pria itu masuk ke ruangan itu, Lisa masih acuh tak acuh, dan mempersilahkan Revan untuk duduk di samping Zara.

"Tuan Sanjaya, silahkan duduk," pinta Lisa sopan.

"Maaf?" Revan terdiam saat menatap Lisa, dia ingat betul wanita ini, wanita yang 8 tahun lalu dia tinggalkan di kamar hotel sehari sebelum pernikahannya dengan Zara.

"Apa yang terjadi?" Revan mendekati Zara yang masih menangis. Lisa duduk di sofa tunggal, sebenarnya tak ingin mengganggu. Tetapi, masalah ini harus segera diluruskan.

"Mas ...," bisik Zara. Revan merengkuh tubuh istrinya, dan membuat Lisa mengerti, bahwa Revan begitu sangat menyayangi Zara.

"Tenanglah, katakan apa yang terjadi," pinta Revan penuh sayang.

"Aku ... aku ingin kamu menikahi Lisa!" putus Zara, membuat Revan spontan menatap Lisa.

"Tunggu sebentar!" Lisa menginteruksi ucapan Zara. "Zara, aku tidak ingin merusak rumah tangga kalian, aku akui dulu aku juga salah. Memasuki kamar orang tanpa tau itu kamar siapa, tapi itu semua sudah terjadi, toh aku masih baik-baik saja sampai sekarang." Lisa mengangguk meyakinkan.

"Apa maksudnya ini?" Revan sama sekali tidak mengerti.

"Mas ... aku mohon, bertanggung jawablah terhadap Lisa. Aku tau betul, seumur hidupnya, Lisa tidak akan menikah jika kamu tidak bertanggung jawab!" Revan tertegun, lalu menatap Lisa yang menatap Zara dengan wajah tenangnya.

"Zara! Aku sudah sering mengatakan hal itu padamu!" Lisa tak mengerti jalan fikiran Zara saat ini.

"Tapi ini satu-satunya cara Lisa! Agar Mas Revan bisa bertanggung jawab atas perilakunya padamu kala dulu." Revan menggeleng.

"Aku tidak akan menikahi siapapun selain dirimu!" ungkap Revan menggenggam tangan Zara erat. Zara semakin terisak, dia tau Revan sangat menyayangi dan juga mencintainya, tapi semua itu akan musnah beberapa hari lagi.

knock knock

Suara ketukan pintu kembali terdengar. "Permisi ...." Nara kembali masuk. Kali ini ekspresi wajahnya tampak panik.

"Ada apa?" tanya Lisa bingung.

"Adik Asha menangis, dia ingin bertemu anda sekarang Bu." Lisa menegang. Ada Revan di ruangan itu, apa Revan akan mengenali Asha sebagai putrinya?

Chapter 01 end.

Terpopuler

Comments

Nnda 13

Nnda 13

novelnya sangat bagus

2020-10-12

1

nrasyaaaa

nrasyaaaa

Hai, mampir yu di cerita perdana ak, MINE stories. Masih anget ni

2020-08-30

1

raa

raa

Semangat kakaaa nulisnya😊
Izin PM yah kak, buat yg suka cerita sad boleh mampir di beranda saya
Saya baru nulis, mohon dukungannya yaah☺

2020-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!