Ghanapurusa

Ghanapurusa

Ganapurusa

“Haha! Ayo susul aku kalau kau bisa, kang Aling. Haha...”

“Jangan jumawa, nyimas. Sebentar lagi kau akan ku menyusulmu...”

Terdengar suara teriakan saling sahut disuatu perbukitan tinggi dipinggir satu desa. Tak lama berselang nampak dua bocah lelaki dan perempuan berlari menaiki bukit tersebut.

Yang pertama, meskipun perempuan dan baru berumur sekitar 7 taunan, namun langkah kakinya ringan tak kalah cepat dari bocah lelaki yang umurnya berusia sekitar 10 tahun. Meskipun baru berusia tujuh tahun namun terlihat paras bocah perempuan itu cantik dengan mata yang jernih dan dagu yang runcing.

“Ya, kau mungkin bisa menyusul ku. Tapi kau tak mungkin dapat mendahului ku...”

“Hhh! Kita lihat saja, nyimas. Kali ini aku tak akan mengalah...”

“Oh ya? Kalau begitu, ayo buktikan...”

siBocah lelaki mempercepat langkah kakinya, pun demikian siBocah perempuan yang bernama nyimas lirih. Ia tak mau kalah, terus mempercepat gerakan kakinya. Dua bocah terus berlarian, orang-orang yang bekerja disekitar ladang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena merasa takut kalau sibocah perempuan terjatuh dari jalan setapak yang cukup curam.

“Hup, uh...”

Nampak jarak siBocah lelaki dengan siBocah perempuan makin mendekat. Namun sebelum benar-benar berhasil menyusul, nyimas Lirih sudah tiba duluan diatas bukit. Maka terdengar siBocah perempuan berteriak kegirangan.

“Horree… nyai menang! Nyai menang lagi, horeee...!!!”

Serunya sambil menari-nari dengan riang dan jenaka, sesekali matanya yang jeli melihat kebawah, menatap siBocah lelaki yang nampak makin mendekat, dan akhinya ia pun tiba dan langsung menjatuhkan diri sambil terengah-engah.

“Hey, malah tiduran, ayo tepati dulu janjimu...”

“Hh... hh... ya, ya,ya... pasti akan aku tepati, nyimas. Tapi nanti dulu, tidak kah kau lihat napasku hampir putus! Aku... aku masih cape, nyimas...”

Jawab siBocah lelaki dengan napas yang masih terengah-engah. Namun ada yang aneh, meskipun dia terlihat capek, tapi tidak nampak peluh sedikitpun membasahi wajahnya. Malah matanya tetap terang tanda dia mempunyai stamina yang sangat hebat.

“Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu hingga kau tidak cape lagi...”

siBocah perempuan pun ikut duduk disamping Bocah lelaki yang terus rebahan beralaskan rumput hijau.. matanya menerawang keangkasa menatap langit biru yang berhiaskan awan nan putih.

“Lihat nyimas, diatas sana langit sungguh menakjubkan...”

Sebelum menjawab siBocah perempuan ikut rebahan disamping siBocah lelaki dan ikut melayangkan pandanganya keatas langit yang dipagi itu memang sangat cerah.

Dikejuhan nampak gunung beralak paul dan membiru, beselimut kabut dengan hawa udara yang terasa segar. Sungguh suatu pemandangan yang sangat asri dan menyejukan jiwa. Bahkan terdengar suara burung bersahutan diselingi suara ayam jantan berkokok sesekali.

“Kata ayah saya, bumi kuwlon diciptakan saat tuhan tersenyum. Mungkin inilah alasanya, kang aling...”

“Hm, benar nyimas. Akang pun pernah mendengar, dan inilah surga yang sesungguhnya yang banyak dicari para pengembara. Ow! lihat... lihat nyimas, burung blibis dan elang pun ikut bercengkrama menghiasi angkasa. Lihatlah itu, bukankah suatu pemandangan yang sangat menakjubkan?”

“Hhh! Alangkah senangnya jika kita bisa seperti burung diatas sana ya kang.? Mungkin kita bisa bebas pergi kemanapun yang kita mau....”

“Suatu hari nanti, manusia dapat terbang seperti burung nyimas...”

“Oh iya? Apakah suatu hari nanti manusia akan tumbuh sayap sehingga bisa terbang?”

“Mungkin saja...”

“Tapi bagaimana caranya?”

“Tuhan memberi kita akal budi dan pikiran yang tiada tara dibanding mahluk lainy. Dengan akal dan pengembangan ilmu pengetahuan, suatu hari nanti apa yang kita impikan akan menjadi kenyataan...”

“Ya, ya... nyai percaya sama kang aling...”

“Bagus...”

“Tapi...”

“Tapi apa?”

“Ayo tepati dulu janjimu, menggendong aku sesuai dengan perjanjian kita tadi. Siapa yang kalah akan menggendong pemenangnya...” Kata siBocah perempuan sambil bangkit berdiri.

“Mm... baiklah, akang tepati...”

“Kalau begitu, ayo gendong aku...”

“Ya, ya,ya...”

siBocah lelaki yang bernama Lingga paksi pun bangkit dan berlutut, sedangkan nyimas lirih langsung naik kepunggung kacungnya. Tak lama siKacungpun berdiri, dan mulai berjalan sambil menggendong nyimas lirih.

“Nyimas, bagaimana kalau kita bertaruh sekali lagi...”

“Hhh? Apa kang aling tidak kapok?”

“Apa? Kapok?”

“Ya...”

“Huh, tidak ada dalam kamusnya bagi akang kapok...”

“Kalo begitu, ayo kita mulai. Heya, heya,heya....”

Seru nyimas lirih sambil menggitik bokong kacungnya dengan sebatang ranting pohon yang ia petik di tengah jalan. siKacung berjingkrak-jingkrak mulutnya berterik-teriak meniru suara kuda.

Tak lama berselang keduanyapun tiba ditepi sungai cimahpar. Nyimas lirih turun dari gendongan siKacung dan berkata.

“Ayo.. kang aling mau bertaruh apalagi?”

“Kita berlomba-lomba mengumpulkan batu merah delima yang berada didasar sungai. Siapa yang paling banyak dia pemenangnya...”

“Baiklah, tapi bagaimana peraturanya?"

“Nanti kalau akang menepuk punggung nyai, itulah tandanya kita berhenti mengumpulkan batu merah delima. Bagaimana?”

“Baik, siapa takut! Tapi jangan mewek jika akang kalah lagi...”

“Tidak... tidak... sekali ini akang pasti menang...”

“Kalau begitu, ayo kita mulai...”

“Ya, ya, ya...”

Merekapun lalu mulai melepaskan pakaian yang berupa libatan-libatan kain sederhana, lalu berbekal daun harendong untuk dijadikan wadah keduanya pun mulai bersiap-siap dan tak lama terdengar siAling mulai berhitung memberi aba-aba.

“Satu, dua, tiga..”

Sontak saja keduanya mulai berlari menuju tepian sungai. Dan... byur! Byur..!” siAling beserta nyimas Lirih langsung masuk kedalam air sungai yang jernih.. terlihat keduanyapun mulai menyelam dan memunguti batu merah delima yang berkilauan sidasar sungai.

Namun tak lama berselang, siBocah lelaki muncul kembali ke permukaan air lalu  dengan santai dia berjalan menuju kesebuah pohon besar yang masih berada disekitar tepian sungai.

Setibanya dibawah pohon tersebut, siAling duduk dan terdengar ia bergumam sendiri, sambil menatap nyimas Lirih yang samar-samar masih berada didasar sungai.

--"Ayo nyimas, yang lebih lama menyelamnya. Biarkan akang disini saja sambil duduk, hehe...'---

Gumam siAling sambil bersiul dan tak lama terlihat kedua tanganya dimasukan kedalam lumpur, waktu tanganya dikeluarkan nampak sudah memegang puluhan batu merah delima. Setelah dibersihkan, lalu sialing kembali ke dalam sungai seolah-olah masih dalam keadaan menyelam.

Setelah dirasa cukup, sialing medekati nyimas lirih. Dalam hatinya sang kacung kagum dengan napas nyimas Lirih yang terhitung kuat. Setelah dekat, ia pun menepuk punggung nyimas lirih, tanda sudah cukup mengumpulkan batu merah delima.

Nyimas lirih menganggukan kepala, lalu keluar dari permukaan air serta merta berjalan ketepi sungai. Setelah kembali mengenakan masing-masing pakaianya, lalu kedua nya pun mulai menjatuhkan hasil perburuanya dan nampak sekilas pandang hasil siAling lebih banyak.

“Wah, kelihatanya punya kang aling lebih banyak...”

“Hitung dulu nyimas, baru ketahuan hasilnya...”

“Ya,ya,ya...”

“Ayo kita mulai hitung, mau siapa dulu...”

“Biarkan punyaku duluan yang dihitung, kang Aling...”

“Baiklah...”

Satu persatu batu kali yang gemerlapan tertimpa sinar matahari pun dihitung, dan ternyata jumlahnya 115 buah.

"Nah, sekarang giliran punya akang nyimas. perhatikan dengan seksama..."

"Ya..."

Sialingpun mulai menghitung, satu demi satu batu dipisahkan tak jauh dari batu milik nyimas lirih.

"115, 116, 117... 151 nyimas..." siAling menutup hasil hitungan nya.

"Tuh, betulkan punya akang aling lebih banyak. Tidak di sangka, kang aling pandai menyelam..."

"He,he,he..." siAling hanya tertawa kecil, sambil berdiri disusul oleh nyimas Lirih.

"Nah, bagaimana? Sekarang sudah terbuktikan bahwa taruhan kali ini akang yang menang?”

"Iya, iya... Nyai mengaku kalah, deh. Sekali ini akang menang..."

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Zzhzr

Zzhzr

Ijin kakak 🙏

Mampir yuk ke cerita ku yang berjudul :
1. JESICA
2. You Are My Story (new)
3. Tuan Bunglonku (new)
Seru loh 😄😄 Pasti suka deh 😆😆
Ditunggu kakak kakak

By: Zizah Zaira

2020-08-21

1

Kadek

Kadek

haii kk, aku mampir nihh
minta ijin baca novelnya
sekalian ngasi like n rate

semngt ya kk

jangan lupa mampir k karya ku:
.kisah pendekar ramalan
.melik

2020-07-16

1

Sastro

Sastro

hahaaha seru

2020-07-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!