Menyembunyikan identitas

Setelah berada didalam rumah Lingga Paksi langsung duduk ditepian bale bambu, sedangkan ibunya pergi ke dapur lalu datang kembali sambil membawa nampan beeisi jagung dan ubi Rebus.

"Dalam situasi seperti ini, kau harus bersabar, anakku. Belajarlah hidup sederhana, jangan mengundang perhatian orang banyak.. apalagi orang-orang persilatan. Karena jika sampai ada yang tahu siapa dirimu, maka hidup kita akan sulit sebelum waktunya..."

"Tapi sampai kapan kita bersembunyi, ibu?"

"Sampai kau dewasa, dan bisa mengendalikan kekuatan Ghanapurusa mu. Ingat suatu hari nanti, tugasmu akan sangat berat. Hanya kau yang akan sanggup menghentikannya..."

"Apakah ancaman pengikut Rama Angkawijaya?"

"Bukan hanya itu saja, tapi masih ada lagi satu ancaman besar yang akan terjadi dimarcapada ini..."

"Maksud ibu, ancaman besar bukan hanya bersumber dari Rama Angkawijaya?”

"Benar sekali anakku, maka dari itu kau harus menyiapkan segala-galanya. Dengan kekuatan Ghanapurusa yang kau miliki, ibu yakin kau akan dapat mengatasinya. Maka dari itu, berhati-hatilah dalam menjaga sikap..."

"Baiklah ibu, saya berjanji akan mentaati semua yang ibu nasihatkan..."

"Baguslah nak, sekarang makanlah. mungpung semuanya masih panas.."

"Saya masih kenyang, lagi pula saya ada janji dengan siArsan..."

"Apakah belajar menunggang kuda?"

"Iya bu..."

"Kalau begitu, berhati-hatilah dan ingat apa yang selalu ibu sampaikan..."

"Ya,ya,ya..."

Setelah menganti pakaian, Lingngga Paksi pun pergi keluar menuju sungai.**

TIba dihulu sungai nampak banyak anak yang sebaya denganya sedang mandi dan berenang, diantaranya ada seorang anak laki-laki sedang duduk termenung dipinggir sungai. Matanya menatap seorang gadis cilik yang sedang mandi.

"Hoyaahh..."

"A.. aduh...!"

Anak lelaki itu langsung terkejut ketika Lingngga Paksi menepuk pundaknya dari belakang.

"Ka.. kau... Ini..."

"Haha! Kaget ya? Mangkanya kalau melamun jangan keterlaluan..."

"Huhh, dasar..! Siapapun orangnya kalau ditepuk secara tiba-tiba tentu bakalan kaget, aling..."

"Ah masa..."

"Ya iyalah..." Siarsan cemberut lalu memalingkan muka ketengah sungai.

"Kenapa kau belum mandi?"

"Huh, enak saja. Aku sudah sejak dari tadi, tapi lihatlah disana. Adik perempuanku lama bener mandinya. Dinasihati malah meledek..."

"Haha... Kau harus pandai merayu, Kawan..."

"Uh, males! Capek aku merayu dia..."

"Itulah, makanya adik mu itu membandel..."

"Huh, kalau begitu cobalah kau rayu dia. Suruh keluar dari dalam air, sudah lebih dari satu jam ia masih asik-asikan begitu..."

"Baiklah kalau begitu, akan aku coba..."

"Ya cobalah, aku takut dia masuk angin dan sakit..."

Lalu Lingngga Paksi berdiri, dan menyorongkan kedua tangan didepan mulutnya. Maka mulailah ia berteriak.

"Hey, Rastiti. Ayo menepi, nanti sakit kalau kelamaan didalam air..."

"Tidak mau, nyai masih mau berenang..." Sahut sibocah perempuan yang berumur 6 tahun.

"Bagai mana kalau disitu ada buaya?"

"Apa, buaya? Uh, nyai tidak takut..."

"Lalu apa yang membuat nyai mau keluar dari sungai..."

"Mari kesini, temani nyai bermain..."

"Tapi sesudah itu nyai ikut pulang , ya..."

"Iya, baiklah nyai berjanji..."

Tanpa basa-basa lagi, Lingga Paksi terjun kesungai, lalu mandi dan bermain dengan Rastiti hingga beberapa waktu lamanya. Benar saja tak lama sesudah itu, ia pun mengajak Lingga Paksi keluar dari dalam sungai.

"Nah bagaimana, arsan? Apakah kau percaya?"

"Yaya... aku percaya, aling. Sekarang mari kita pulang, mumpung hari belum terlalu sore. Bukankah kau ingin belajar menunggang kuda?"

"Iya, baiklah..."

"Horee... Kang aling, ikut pulang..."

"Huh, dasar kau Rastiti. Kecil-kecil sudah genit..."

"Biarin, suka-suka nyai. Wew..." Lalu ketiganya pun, mulai meninggalkan hulu sungai.

Keluarga mang odon adalah satu keluarga yang sangat sederhana, hidup seperti keluarga lainya bekerja kepada Juragan Subali. Dan kebetulan mang Odon dipercaya sebagai pengurus kuda.

Sore itu mang odon sudah berjaji, akan mengajarkan bagaimana caranya menunggang kuda dengan benar.

"Kau boleh pilih kuda yang mana saja, aling. Tapi asal jangan yang turangga itu, karena itu kesayangan juragan Subali..."

Terdengar mang odon bicara sambil mengusap-ngusap leher kuda dawuk yang berada dihadapanya.

"Yang mana saja buat saya gak masalah, mamang. Yang penting saya bisa belajar menunggang kuda..."

"Baiklah kalau begitu, Arsan. kau ajarkan sialaing menunggang kuda yang benar..."

"Bailah pak..." sahut siarsan semangat.

"Kakak, nyai ikut, yah..."

"Tidak, kau diam saja disini. Hari sudah terlalu sore buat anak seusiamu..."

"Pokoknya nyai ikut..."

"Jangan keras kepala..." Sahut siArsan berdecak kesal.

"Nyai, betul kata kakak mu. Hari sudah sore, tidak baik bagi anak seusiamu. Begini saja, akang janji besok-besok jika akang sudah pandai kau akan ku ajak jalan-jalan..."

"Benarkah?" Raut wajah cilik itu terlihat sembringah mendengar perkataan Lingga Paksi.

"Tentu saja benar, ucapan orang ksatria berat bagai gunung...”

"Baiklah kalau begitu..."

"Nah begitu, baru anak yang baik.."***

Pagi harinya, seperti biasa sebelum pajar menyingsing, Lingga Paksi sudah keluar dari rumah untuk mengambil air dari hulu sungai untuk keperluan memasak dan mandi juragan Subali sekeluarga.

Meskipun jalanya cukup curam dan jauh, namun bagi Lingga Paksi tidak terlalu sulit. Padahal beban yang dibawa beratnya hampir 50 kg. Entahlah, mungkin sudah biasa atau mungkin dia mempunyai kekuatan fisik yang hebat.

Umur Lingga Paksi sebenarnya belum genap sepuluh tahun, akan tetapi dia sudah sanggup bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarganya.

Tiap pagi dan sore, Lingga Paksi harus menyediakan beberapa tong air, meskipun terhitung berat, namun baginya tak jadi masalah karena memang sudah terbiasa.

Hampir setiap hari, ia mengambil air menggunakan tabong. Tabong adalah sejenis pohon bambu yang masih panjang dan ruas atau buku-bukunya sudah dilubangi hingga mirip sebuah lodong.

"Sudah beres, Aling?" terdengar sibibi bertanya sambil membawa nampan berisi makanan hangat.

"Sudah bi..."

"Kalau begitu, tolong sekalian bawakan makanan ini untuk sarapan Juragan Subali..."

"Baiklah, bi..."

"Terimakasih, Aling. Kau anak yang baik..."

"Tidak perlu sungkan, bi..." sahut Lingga Paksi sambil menerima nampan isi makanan hangat, lalu ia pun melangkah pergi menuju juragan Subali yang sedang duduk sambil memperhatikan anaknya.

Tiba dihadapan juragan Subali, Lingga Paksi menganggukan kepalanya lalu mulai meletakan isi nampan satu-persatu diatas meja kecik yang berada dihadapan juragan Subali.

"Apa kau sudah beres mengisi tong air, Aling?"

"Eu... sudah juragan, bahkan tempayan yang berada didepan rumah pun sudah penuh..."

"Bagus Aling, kau memang anak yang rajin. Sekarang kau perhatikan nyimas Lirih yang sedang berlatih ilmu silat. Karena mungkin kelak ada gunanya..."

"Baik juragan..."

Setelah itu, maka Lingga Paksi pun duduk dilantai kayu tidak jauh dari juragan Subali. Matanya yang tajam melihat nyimas Lirih yang semakin semangat memperagakan jurus-jurus silat ciptaan ayahnya itu.

"Hait, ciat.. hait, ciat..!!" Terdengar nyimas Lirih berteriak, sembari menendang dan memukul atau meloncat ke udara dengan ringannya.

Terlihat juragan Subali manggut-manggut tanda puas. Sambil sesekali mengusap-ngusap dagunya yang kelimis.

Sedangkan jurus yang sedang diperagakanya disebut jurus Belibis Putih. Meskipun terlihat seperti menari, namun bahayanya jangan dikira. Sebab selain penuh perubahan gerak yang tidak terduga, namun selalu mengandung tenaga yang cukup kuat. Sementara nyimas lirih terus mengasah kemampuanya, terdengar juragan Subali berkata.

Terpopuler

Comments

Kadek

Kadek

bommlike. rate mndarat kk

2020-07-16

1

Yogi muhamad nur

Yogi muhamad nur

mantul mang ngarojong teras ah

2020-03-29

1

Ivan R N

Ivan R N

mantul kang Giok
@siinjukkawunh

2020-03-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!