ARSHEL (Arion & Sheril)
Bandara Soekarno—Hatta
Lelaki berperawakan tinggi, dengan ukiran wajah sempurna. Hidung mancung, alis tebal, iris mata berwarna biru, bulu mata yang cukup panjang, serta bibir yang tidak tebal namun tidak terlalu tipis, seolah bibir itu sengaja diciptakan begitu pas dan membuat paras semakin terlihat sempurna.
Sambil menggeret koper, langkahnya santai namun tegap menuju pintu keluar bandara. Ia tidak sendirian, ada wanita berkepala tiga berjalan beriringan dengannya.
"Kate," panggilnya kepada wanita berambut pirang yang berada disampingnya.
"What's wrong my boy?"
Ia memutar bola matanya malas mendengar balasan Katherine.
"Nothing." Balasnya tanpa ekspresi, kemudian Ia mendengus, tidak menyangka jika Jakarta akan sepanas ini. Sungguh di luar dugaannya.
Ia dan Kate masuk ke dalam mobil layanan antar jemput bandara. Membiarkan para asisten mengurusi barang bawaan mereka.
"Martin," panggil Kate setelah memposisikan dirinya senyaman mungkin di dalam mobil.
"Hmm?" Sahutnya malas.
"Martinez," panggil Kate ulang.
Sang pemilik nama menoleh ke samping, menatap wanita itu tajam. "Just tell me what you're gonna say!"
Perintahnya tak ingin berbasa-basi lebih lanjut.
"Tomorrow's your first day of school," ujar Kate memberi tahu.
Hanya helaan napas sebagai jawaban yang di berikan kepada Kate. Penerbangan selama dua puluh lima jam dengan satu kali transit di Dubai membuat badannya terasa pegal-pegal. Meskipun menggunakan kelas bisnis, tetap saja, kasur adalah tempat ternyaman yang pernah ada.
Satu jam telah berlalu, kondisi jalanan ibu kota hari ini ramai lancar. Kerongkongannya terasa kering, pendingin udara di mobil saja tidak cukup menyejukkan dirinya.
"Can we stop at the supermarket? I feel thirsty," pintanya.
"Yes." Jawab sopir tersebut patuh. Tidak sampai lima menit, sang sopir memberhentikan mobil di depan supermarket.
Membiarkan Kate tertidur pulas di dalam mobil, Ia pergi keluar dari mobil dan masuk ke dalam supermarket. Tujuan utamanya ialah membeli minuman dingin. Jika Jakarta memang sepanas ini setiap hari, sepertinya ini akan menjadi musim panas terpanjang dalam hidupnya. Setidaknya Ia harus tahan selama tiga tahun dengan cuaca panas seperti ini.
"I want to go back to Manhattan," gumamnya pasrah setelah mengambil minuman soda dari kulkas dengan jumlah yang cukup banyak.
Setelah mengambilnya, Ia bergegas menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Sepertinya semesta tidak membiarkannya melepas dahaga begitu cepat, Ia harus menahan malu saat seorang gadis tidak sengaja menginjak tali sepatunya yang tidak terikat.
Meskipun tidak terjatuh, lututnya hampir saja menyentuh lantai kalau saja gadis yang barusan menginjak tali sepatunya tidak menahan dirinya agar tidak terjatuh.
"Maaf mas! Gak sengaja! Sumpah! Suer!"
Gadis itu begitu heboh, saking kencangnya, mereka berdua menjadi pusat perhatian di supermarket tersebut.
Sadar jika menjadi perhatian, lelaki itu segera menjauhkan dirinya dari gadis tersebut.
Hanya decakan yang menjadi respon permintaan maaf si gadis yang masih menggunakan seragam sekolah bername tag 'Sheril Patricia Eudora'.
Sheril hanya melongo melihat kepergian lelaki tersebut tanpa mengatakan apa-apa. Tapi setidaknya bisakah lelaki itu mengatakan 'tidak apa-apa' atau hal semacamnya?
Dari semua hal yang di bencinya, Sheril sangat membenci orang jutek. Sheril menghentak-hentakkan kakinya kesal, tatapan tajamnya tak lepas mengawasi lelaki berperawakan tinggi khas bule yang sedang membayar minuman soda kaleng.
"IH JUTEK BANGET SIH! GUE SUMPAHIN LO BAKAL KESEMSEM SAMA PESONA GUE! GUE SUMPAHIN LO BAKAL JATUH CINTA SAMA GUE! GUE SUMPAHIN—hmpft!"
Rayhan, segera menutup mulut Sheril sekencang mungkin. Sungguh kejadian yang memalukan temannya sedang berteriak seperti orang gila di tempat umum seperti ini. Sebenarnya Rayhan ingin langsung kabur dan pura-pura tidak mengenal Sheril, tapi Ia masih mempunyai rasa simpati untuk menyelamatkan harga diri Sheril.
"Berisik gila! Ayo cabut! Belum pernah ngerasain nama lo di coret dari Kartu Keluarga ya?" Bisiknya tajam.
Sheril tetap mengomel tidak jelas, namun suaranya tertahan karena Rayhan begitu kencang menutup mulutnya.
Mereka berdua tidak tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Lukisan takdir tentang pertemuan mereka mulai tergores, tidak ada yang tahu apakah goresan tersebut akan menciptakan hasil yang indah atau sebaliknya.
Ada dinding pembatas tak kasat mata diantara mereka yang tak akan bisa di lewati batas oleh keduanya. Satu hal pasti, mereka berdua menikmati setiap detik yang ada.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah semesta akan mendukung mereka berdua untuk bersatu?
Atau sebaliknya? Semesta akan menghancurkan kedua perasaan dengan segala skenario yang akan mereka jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
hadir di ceritamu thor
2022-11-11
1
Riana Anggraini
skenario author nih maksudnya, ehee
2020-09-14
0
willi
awal yg bagus😁
2020-06-29
0