"Ayo, gc, cepetan anjing!" Rayhan terus mengomel sepanjang jalan sambil menarik tangan Sheril, atau lebih tepatnya menyeret.
"Sabar napa anjing!" Sheril ikut-ikutan menjadi kesal.
Tadi saat Sheril sedang PW alias posisi wuenak sambil menyantap bakso di kantin, tiba-tiba Rayhan langsung menarik tangan Sheril pergi keluar kantin menuju koridor sekolah. Katanya, pembagian kejuruan telah di umumkan di mading sekolah.
"Repot banget sih lo Bambang! Nanti pulang juga bisa keles," Sheril melepaskan tangannya dari genggaman Rayhan.
"Habis pengumuman kita langsung suruh kumpul di kelas masing-masing." Rayhan memperjelas kenapa ia begitu terburu-buru untuk mengetahui dimana kelas mereka selama satu tahun ke depan.
Sheril menyempil dan menerobos kerumunan massa yang sedang ribut di depan mading sekolah.
Jika kemarin Masa Orientasi Siswa adalah pembagian kejuruan, maka hari ini adalah bagian pemilihan ekstrakurikuler.
Jari telunjuk Sheril bergerak lincah dari atas ke bawah secara berurutan dari kertas satu ke kertas selanjutnya. Kemudian pergerakan jari telunjuknya berhenti tepat di kolom namanya, jari telunjuknya bertabrakan dengan jari telunjuk seseorang yang namanya berada di bawah kolom nama Sheril.
Spontan Sheril menoleh ke samping, mencari tahu siapa pemilik jari telunjuk yang telah bertabrakan dengan miliknya. Tatapannya terpaku, iris mata biru itu, sejak pertama kali mereka bertemu, sudah berhasil membuat Sheril terjebak ke dalam pesonanya.
"Hai, kita ketemu lagi," sapa Sheril ramah, Arion tidak membalas senyuman Sheril.
"Kita sekelas, Ar-Ri-Yon" lanjut Sheril dengan senyuman paling lebar yang ia miliki, ia juga mengeja nama Arion persuku kata.
Arion membaca ulang namanya di mading sekolah, memang benar itu namanya dan tidak akan berubah meskipun Arion memantapinya selama belasan purnama.
Tanpa memberikan jawaban, Arion pergi dari hadapan Sheril, menjauhi kerumunan massa yang tengah terjerit-jerit karena pesona Arion.
Lihat kan? Bukan Sheril saja yang langsung terpikat dengan pesonanya Arion! Tapi mereka juga, rakyat jomlo penghuni SMA Harapan Bangsa langsung terpikat, terlena, terjatuh dengan pesona seorang Martinez Arion Williams!
Astaga, Sheril memiliki sejuta saingan baru!
Bibir Sheril mengukir senyuman, ia sendiripun tidak tahu saat ini sedang tersenyum dengan siapa. Namun sayangnya, lamunan Sheril buyar begitu saja ketika Rayhan menepuk pundaknya.
"Eh Maimunah! Ngelamun aja lo, kerasukan setan jomlo penghuni sekolah tau rasa aja lo,"
Sheril berdecak kesal karena telah merasa di ganggu oleh Rayhan. "Kelas mana lo? Kok gue gak baca nama lo tadi di urutan kelas IPA?"
Rayhan membelakakan mata, "Serius? Demi apa lo jurusan IPA?" Tanyanya dengan nada tak percaya, sangat tidak percaya.
Sheril mengangguk, masih bingung kenapa reaksi Rayhan seheboh ini. "Iya, emang kenapa si?"
"IPA berapa lo?" Interogasi Rayhan.
Sheril sedikit memiringkan kepalanya, nampak sedang berpikir. "IPA berapa tadi? Gue lupa," Sheril menyengir kikuk, memasang ekspresi watados alias wajah tanpa dosa.
Insiden sekelasnya dengan Arion tadi membuatnya menjadi lupa sekitar. Seolah semesta ini telah di sulap jika dunia Sheril hanya tertuju kepada Arion sejak pertama kali mereka bertemu.
"Tapi lo ingetkan sekelas sama siapa?"
Sheril menganggukkan kepala, tentu saja ia ingat dan tidak akan pernah melupakannya. Sheril satu kelas dengan Arion, dunia harus tahu itu!
"Gue jurusan IPS, sekelas sama Andre. Emang nih otak kaya gue emang ga cocok di IPA," komentar Rayhan sambil tersenyum kecut.
Sheril masih memandangi punggung Arion yang semakin menjauh, ia tidak boleh kehilangan Arion. Sebenarnya untuk kali ini alasan ia tidak boleh kehilangan Arion bukan persoalan cinta, tapi ia tidak sanggup jika harus kembali ke depan mading yang semakin di penuhi oleh lautan manusia.
"Nanti pulang gue nebeng, gue duluan ke kelas!" Sheril menepuk-nepuk pundak Rayhan lalu langsung berlari secepat kilat mengejar Arion yang sudah hilang di balik tembok tangga menuju lantai atas.
Dengan santainya Arion masuk ke dalam kelas yang letaknya tidak terlalu jauh dari tangga, Sheril mengikuti langkah Arion namun langkah kakinya berhenti di depan kelas, membaca dikelas IPA berapakah ia di tempatkan.
X- IPA-1
"HAH!" Sheril membelakakan mata, tidak percaya jika tes kejuruan kemarin akan menempatkannya di kelas ini.
"Eh, demi apa gue yang bego begini bisa masuk kelas ini?" Sheril masih belum bisa percaya.
Suara jeritan dari dalam kelas mengalihkan perhatian Sheril, sontak Sheril segera berlari masuk ke dalam kelas. Benar saja, jeritan itu berasal dari beberapa siswi yang sedang terpesona dengan pesona seorang Arion.
Melihat Arion meletakkan tas di meja paling belakang, Sheril melesat dengan cepat menghampiri Arion sebelum ke tikung oleh orang lain.
Ini bahaya, gawat, Sheril harus lima langkah di depan mereka semua!
Sebelum siswi lain mendekati Arion, Sheril sudah melemparkan tasnya ke atas meja Arion sebelum badannya yang tiba disana. Mendaratnya tas Sheril berhasil membuat Arion sedikit terkejut, namun Arion sangat pandai mengatur ekspresi wajahnya.
"Arion! Kita semeja ya!" Seru Sheril menarik perhatian para siswi lainnya.
Arion menghela napas, namun ia tidak menjawab perkataan Sheril sepatah katapun. Tidak ingin terlibat jauh, setelah menaruh tasnya Arion segera pergi keluar kelas.
Sebelum Sheril melangkah maju mengejar Arion, kemejanya sudah di tarik oleh salah seorang siswi yang belum sah menjadi teman sekelas Sheril.
"Lo kenal cowok bule tadi?" Interogasinya.
Mendengar pertanyaan itu, Sheril tersenyum penuh kemenangan. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena telah lima langkah lebih jauh dari mereka semua.
Sheril menunjuk ambang pintu, "Siapa? Cowok tadi yang barusan keluar?"
"Iyalah, siapa lagi." Ketusnya.
Sheril merapatkan bibirnya, menahan agar tidak tertawa saat ini juga. Sangat lucu melihat eskpresi perempuan yang akan menjadi teman sekelasnya ini. Bibirnya berwarna merah merona menggunakan lip tint, sepertinya perempuan itu terlalu banyak memakainya. Ada eyeliner di kelopak matanya dan sedikit menggunakan pensil alis. Dari jarak sedekat ini Sheril bisa melihat semuanya dengan sangat jelas.
Sheril mengangguk-anggukkan kepala, pura-pura sok mengerti. "Dia Arion," ujar Sheril sok baik karena telah memberitahu, padahal niat terselubung Sheril ada menunjukkan bahwa ia telah kenal dengan Arion terlebih dahulu ketimbang mereka-mereka semua!
BUAHAHAHAHA! Rasanya Sheril ingin sekali tertawa jahat sekarang ini.
"Lo kenal sama dia, gue bisa minta nomor hpnya dari lo atau ID Line?" Pintanya, tapi masih terdapat nada angkuh di balik permintaannya.
Sheril mengibaskan rambutnya bak iklan sampo. "Lo mau deketin dia lewat gue?"
Perempuan itu mengangguk kaku.
Sheril mendekatkan wajahnya ke telinga perempuan itu. "Langkahin mayat gue dulu kalau lo mau deketin dia." Bisik Sheril.
Wajah perempuan itu berubah menjadi kaku, Sheril menjauhkan wajahnya dan pergi keluar kelas setelah menyempatkan diri untuk mengibaskan rambutnya tanda penuh kemenangan.
"Halah kucing, gimana gue mau kasih kontak Arion ke dia, guenya aja kagak punya kontak Arion sama sekali," gerutu Sheril sambil menuruni anak tangga dengan cepat.
Kekesalan Sheril semakin memuncak saat kakinya baru saja memijak lantai dasar namun bel masuk berbunyi, yang artinya ia harus kembali ke kelas untuk pemilihan ekstrakurikuler, perkenalan dengan wali kelas dan pemberitahuan jadwal mata pelajaran.
"***** sih ngeselin banget! Kalau gue anak konglomerat udah gue kasih lift nih sekolah, bikin kaki orang pegel aja di kira ada tukang pijit gratis kali!"
Dengan berat hati Sheril kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga namun sengaja di lambat-lambatkan.
Ia masuk ke dalam kelas dengan malas, tatapannya bertemu dengan perempuan tadi yang ternyata bername tag 'Aletta'.
Sheril memasang senyuman manis yang sangat terlihat di paksakan, tangannya melambai ke arah Aletta.
Melihat tingkah laku Sheril, Aletta berdecih sinis. Merasa bodo amat, Sheril duduk di bangkunya kemudian membuka novel yang tadi simpan di dalam tasnya. Berusaha mengalihkan pikirannya sendiri.
Sheril masih larut dalam rangkaian kata yang membawa imajinasinya semakin jauh, mengabaikan kelas yang semakin penuh oleh orang-orang, tapi itu tidak semua tidak akan memecahkan konsentrasi Sheril selagi Arion belum duduk di bangkunya.
Mendengar seisi kelas menjawab salam membuat Sheril menutup novelnya, menyudahi acara bacanya karena wali kelas sudah masuk ke dalam kelas.
Saat wali kelas sedang membagikan kertas pemilihan ekstrakurikuler, hal itu bertepatan dengan Arion masuk. Posisi Arion sangat strategis dan begitu menarik perhatian para kaum jomlo.
Hampir semua mata tertuju kepada Arion sejak lelaki itu masuk ke dalam kelas kemudian duduk di kursi sebelah Sheril. Tidak sedikit orang yang merasa iri dengan Sheril.
Apa lagi kelas baru begini pasti bakal sering diadakan kerja kelompok untuk mendekatkan pertemanan baru. Sheril sangat bersyukur untuk hal itu.
Sheril membaca kertas yang baru di bagikan dengan cepat, ia tidak berminat baca sebenarnya.
Akhirnya Sheril menolehkan kepalanya ke samping, menatap Arion yang tengah serius membaca kertas.
"Lo mau ikut ekskul apa? Apa lo mau ikutin jejak gue gak ikut ekskul apapun?"
Arion menoleh, mata birunya bertemu dengan mata cokelat Sheril.
"Ekskul?" Dahi Arion sedikit mengerut, nada pertanyaannya pun tidak keras, lebih seperti sedang berbisik.
"Kegiatan tambahan di luar jam pelajaran, ini ada pilihannya. Lo kalau mau ikut tandain pilihan lo yang mana," Sheril menjelaskan secara rinci.
Arion mengangguk paham, kemudian ia mencentang di kotak pilihan yang bertuliskan 'basket'.
"Oh, that's cool!" Celetuk Sheril melihat apa yang Arion pilih.
Setelah mengumpulkan kertas pilihan ekstrakurikuler, semua murid menerima lembaran kertas jadwal mata pelajaran.
Saat Sheril sedang memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas, Pak Akbar-wali kelas memanggil namanya.
"Sheril Patricia Eudora, kamu yakin gak ikut satupun ekstrakurikuler yang sudah di adakan oleh sekolah?"
Sontak seluruh perhatian penghuni kelas tertuju kepada Sheril, terkecuali Arion. Meski bukan Sheril sekalipun, siapapun itu Arion tidak akan peduli.
Info penting! Sheril baru sadar jika Arion belum tahu namanya.
Sheril menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Pak Akbar.
"Iya pak, saya yakin." Jawab Sheril tanpa keraguan sedikitpun.
Pak Akbar akhirnya mengangguk mengiyakan, tidak akan memaksa kehendaknya.
"Kalau gitu kalian boleh pulang sekarang,"
Setelah semua murid mengucapkan salam, terkecuali Arion. Mereka semua bergegas keluar kelas. Setelah kelas kosong, Sheril berdiri dari kursinya namun tatapannya kosong, sedang melamun.
Arion memperhatikan gelagat Sheril dalam diam tanpa suara. Langkah kaki Sheril berhenti, membuat Arion juga ikut menghentikan langkah kakinya.
"Oh iya Yon!" Panggil Sheril.
Arion masih setia menatap Sheril, namun tidak menjawab sepatah katapun.
"Gue belum kasih tau nama gue ke elo, kalau gak gitu artinya kita belum resmi kenalan," Sheril tersenyum lebar, gadis itu mudah sekali tersenyum.
Sheril menunjukkan telapak tangannya. "Tangan kita belum salam kenalan,"
Arion masih menatap Sheril dengan tatapan datarnya, alisnya terangkat sebelah.
Sheril mengulurkan tangannya, "Kenalin, gue Kendall Jenner." Ujarnya penuh percaya diri sambil menyengir kikuk.
Senyuman itu tampak lebih menarik ketimbang uluran tangan Sheril.
Arion mengedikkan bahunya tak acuh, kemudian melangkahkan kakinya pergi keluar kelas.
Sadar jika jabatan tangannya tidak akan pernah di sambut, Sheril berteriak,
"Gue Sheril Patricia Eudora! Just call me Sheril! Panggil sayang juga boleh!"
Meskipun Sheril hanya bisa menatap punggung Arion yang pergi semakin jauh, lelaki itu sedang tersenyum kecil.
Sheril, adalah orang pertama yang berhasil membuat Arion tersenyum sejak kepindahannya ke Indonesia.
Dan Sheril tidak akan pernah tahu hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Violet Agfa
masiihh menyimak
2020-10-25
0