LIST YANG HARUS DI BAWA :
• Susu ngantuk
• Oli
• Santan sapi murni
• Teletubbies mencari keringat
• Usus merdeka
• Dewi Sri Berjemur
• Batu banda Belanda
• Buah upacara
"*****, banyak amat sih bawaannya." Sheril mengeluh membaca kertas kecil yang sedang di pegangnya saat ini. Padahal ia baru membaca 8 dari 15 barang yang harus di bawa saat hari pertama Masa Orientasi Siswa.
"Mamskii," panggil Sheril manja sambil menyusuli Dewi--ibunya yang sedang bersantai sambil menonton televisi.
Sheril adalah tipikal anak yang sangat sayang dan dekat dengan ibunya, toh ia juga menyandang status sebagai anak tunggal di keluarganya.
"Hari pertama MOS aku bolos aja kali ya, ribet banget lagian barang bawaannya!" Rengek Sheril, tangannya terulur memberikan secarik kertas tersebut kepada sang ibu.
Dewi membaca setiap kata dengan saksama. Menurutnya, barang bawaan MOS yang ada di dalam daftar ini sangat mudah di temukan. Tidak ada yang perlu di repotkan, tapi ya emang dasarnya Sheril yang terkadang suka mengeluh duluan tanpa selesai mengerjakannya.
Suatu kebiasaan yang buruk, jangan di ikuti ya kawan-kawan.
"Ribet dari Hongkong. Gampang begini barang bawaannya inimah. Samperin Rayhan gih, ajak dia cari barang buat di bawa MOS bareng biar kamu gak bego-bego amat." Dewi memberikan saran kepada sang anak.
Mendengar kalimat 'biar kamu gak bego-bego amat' membuat Sheril mengercutkan bibirnya. Tapi saran ibunya memang sangat benar, lagipula supaya Sheril tidak keteteran sendiri.
Rayhan, adalah sahabatnya, ia dan Rayhan sudah saling mengenal sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak, rumah mereka pun hanya di pisahkan oleh dua rumah saja membuatnya mereka sering berangkat atau pulang sekolah bersama ataupun melakukan hal lainnya.
"Ya udah, aku ke rumah Rey aja deh, biar gampang." Ujar Sheril kemudian berdiri di depan ibunya dan melakukan high five khas mereka layaknya anak remaja yang sedang bersahabatan.
"Assalamualaikum!"
🌞🌞🌞
Hingga hari yang paling tidak di tunggu-tunggu oleh Sheril akhirnya tiba, hari pertama masuk sekolah di SMA Harapan Bangsa.
Jujur, Sheril sangat tidak suka mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa seperti ini. Akan menjadi lebih menyebalkan jika ia mendapatkan perintah-perintah aneh dari kakak-kakak OSIS.
Sheril yang berjalan tepat di belakang Rayhan, menarik seragam putih itu sedikit, membuat lelaki itu menoleh bingung sebab mereka belum masuk ke dalam area sekolah.
"Balik aja yu, gue gak minat banget, sumpah, ikut acara beginian," rengek Sheril.
Rayhan terkekeh geli melihat tingkah laku Sheril. "Ya elah lo, kayak bocah kemaren sore tau gak? Timbang MOS tiga hari doang susah amat,"
"Ih lo mah," Sheril merengek, lagi.
Rayhan menarik tangan Sheril, lebih tepatnya ia menyeretnya. "Gak usah banyak bacot, cepetan, tar kena hukuman lagi."
Sheril mendengus, tapi kakinya tetap mengikuti kemana langkah Rayhan membawanya. Cowok itu tinggi, kulitnya berwarna sawo matang, suka memakai kacamata saat sedang belajar atau mengendarai kendaraan dan kadang bertingkah laku gemulai.
Sudah terhitung bebeerapa kali Sheril memberi hadiah ulang tahun Rayhan sebuah boneka. Momentum yang langka.
"Sheril!"
Yang merasa di panggil menghentikan langkah, menarik tangannya yang di pegang oleh Rayhan.
Dari ujung sana, Gara berlari kecil menghampiri Sheril.
"We need to talk," ujar Gara to the point.
Gadis itu menoleh kepada Rayhan, "duluan gih, tar gue susul,"
Rayhan melirik Sheril dan Gara secara bergantian, merasa tahu diri, Rayhan mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka.
Sheril tersenyum miring, melipat kedua tangannya menatap Gara. "Tumben banget lo manggil gue, ada gerangan apa?" Tanyanya sok formal.
"Lo tau Adena masuk SMA Harapan Bangsa?"
Sheril mengangguk, ia kenal dengan Adena namun tidak terlalu dekat dengannya. Sheril, Adena, Gara, Andre dan Rayhan berasal dari satu SMP yang sama.
"Gue bisa minta tolong sama lo?" Tanya Gara setengah ragu, pasalnya ia juga tidak dekat dengan Sheril.
"Seorang Gara minta tolong? Gak salah lo?" Tanya balik Sheril dengan nada merendahkan.
Tapi melihat sorot mata Gara yang sangat serius membuat hati Sheril tergerak untuk menolong Gara, apapun yang bisa dilakukan untuk membantu cowok itu.
Sebelum Gara menjawab, Sheril segera berkata, "Okuurrt! Jadi, apa yang bisa gue bantu?"
Gara mengernyit, tidak mengerti apa maksud kata 'okuurrrt' yang Sheril katakan.
Seakan Sheril mengerti apa yang tengah di benak Gara, Sheril segera menjelaskan. "Okurt itu slang atau bahasa gaulnya Amerika. Artinya setuju tapi kayak setengah hati gitu loh, semacam pasrah lah."
Gara mengangguk mengerti mendengar penjelasan Sheril. Gadis itu memang pintar, tak jarang juga ia menduduki peringkat lima keatas dalam rangking ujian seangkatan. Tapi tingkahnya kadang absurd, seperti orang pintar yang menjelma menjadi orang bodoh. Jadi, ia tidak pernah di cap sombong sama sekali.
"Oke, back to topic. Gue minta tolong sama lo buat jadi temen deket Adena, jagain dia. Adena ngalamin amnesia, jadi sekarang gue gak bisa sedekat dulu lagi sama dia. Bisa tolong jagain dia?" Pinta Gara dengan nada tegas.
Sheril bergumam, berpura-pura sedang berpikir. "Imbalannya? Lo tau kan kalau di dunia ini gak ada yang gratis termasuk cinta,"
"Imbalannya, anything you want. Lo mau hp baru, atau lo butuh bantuan gue dalam hal lain, apapun itu lo bisa minta ke gue kecuali cinta. Gue tau lo gak bego, jadi gue harap kita bisa ngelakuin simbiosis mutualisme." Jelas Gara secara rinci.
Tidak banyak yang tahu jika Gara anak dari pejabat, sekaligus pemilik tambang, pemilik stasiun televisi, dan investor ternama itu. Bahkan Wijaya-ayah Gara meminta sekolah agar tidak mengumbar kehidupan pribadi Gara di sekolah.
"Hp? Serasa lo udah sekaya Kylie Jenner aja," Sheril tertawa ringan, gadis itu tidak mengetahui kehidupan personal Gara.
"Segitu cintanya kah lo sama Adena? Hmm, she is a lucky girl. Gue emang bersedia jadi teman dekat Adena dan gue gak ngerasa keberatan sama sekali, jadi gue gak mau di cap sebagai teman yang ada maunya doang..
Gue tulus mau berteman dekat sama dia, kita anggap aja ini suatu kebetulan karena lo minta hak itu sama gue, jadi gue rasa lo bisa percayain Adena ke gue. Tenang aja, gue gak bakal minta yang aneh-aneh sama lo. Tapi seandainya ada sesuatu genting gue bisa minta bantuan lo kan anytime?"
Sheril memang terkenal ramah dan begitu friendly dengan siapapun. Meskipun Sheril terkadang bawelnya tidak ketulungan, ia adalah gadis yang pintar dan bisa di andalkan. Membuat banyak orang begitu enjoy bertemanan dengannya.
"Yes, anytime. Thank's Sher."
🌞🌞🌞
Upacara pembukaan berlangsung selama empat puluh lima menit, tapi sungguh, bagi Sheril ini berlangsung sangat lama. Bahkan tadi Sheril lihat sudah ada dua orang siswi yang jatuh pingsan. Ayolah, di saat seperti ini Sheril ingin sekali pingsan.
'apa gue pura-pura sakit aja ya?'
Meskipun ia pura-pura sakit tapi wajahnya tetap segar, tidak akan bisa membohongi tim PMR. Sheril menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aish, pingsan kek elah gue, emak gue ngidam apaan sih ampe anaknya masih seger buger begini meski udah berdiri lama di bawah matahari,"
Matahari pagi begitu terik, seakan semesta semakin mendukung membuat Sheril tersiksa. Ia merasa haus, kepanasan, bete dan bosan. Sial!
Saat barisan peserta upacara di bubarkan, Sheril segera berlari ke pinggir lapangan tepat di bawah pohon. Sheril duduk bersandar di bangku yang terbuat dari bata dan semen, lalu meluruskan kedua kakinya, tidak peduli jika seragamnya akan kotor karena Sheril duduk di lapangan.
Seorang lelaki datang dan duduk di bangku yang sedang Sheril sandari. Lelaki itu menenggak air mineral yang menjadi terlihat berkali-kali lipat menyegarkan di mata Sheril. Salahnya juga tidak pergi ke tempat dimana tasnya di simpan.
Sudah tak tahan karena godaan air mineral tersebut, setelah cowok itu meminumnya, Sheril langsung merebut botol itu secepat kilat lalu menenggaknya hingga tandas. Masa bodoh jika botol bekas mulut lelaki itu, yang penting sekarang adalah meredakan rasa hausnya. Toh nanti juga pasti lelaki ini akan menjadi temannya selama tiga tahun kedepan.
Lelaki itu melongo melihat kelakuan Sheril yang kurang ajar seperti itu.
Setelah merasa sudah tidak haus bahkan sampai Sheril bersendawa kecil, akhirnya ia mendongakkan kepala dan menatap siapa cowok yang telah ia rebut minumannya.
Mulutnya sudah menganga, hendak mengatakan maaf dan berterima kasih. Tapi ucapan itu malah tertahan di ujung lidahnya, Sheril terpaku dengan sosok yang ada di hadapannya saat ini.
Lelaki berdarah Amerika, tidak ada darah Asia sedikitpun. Ia begitu tampan, persis seperti cowok-cowok bule yang Sheril follow akun sosial medianya.
Sheril segera menampar dirinya sendiri, berusaha mengembalikan fokus dan tujuan awalnya. Lelaki itu masih menatapi Sheril dengan tatapan mengintimidasi.
"Sorry tadi gue rebut minuman Lo gitu aja, dan makasih juga ya minumannya, nanti gue gantiin deh. Sekali lagi sorry ya?" Sheril menyengir kikuk, mengerjapkan mata.
Lelaki itu berdiri, lalu melengos pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun.
Kini gantian, Sheril yang melongo melihat kelakuan lelaki tersebut.
"What the hell? ganteng-ganteng bisu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut
2022-11-11
1
Ruswanti Wanti
udah tahu bule, mungkin dia gk ngerti sm bhsa km sherill
2020-03-17
1