Bab 3 Masa Lalu Pilihan Mertua

Menjelang sore, Diva sudah siap memasak. Karena lauk makan pagi masih ada, ia hanya menambahkan sedikit saja. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil memasuki garasi. Bang Arman sudah pulang. Dapur yang berdekatan dengan garasi membuat suara mobil terdengar jelas.

Setelah semua siap, Diva menyiapkan minuman untuk suaminya. Begitu air mendidih, ia menuangkannya ke dalam gelas, lalu membawa minuman itu ke ruang tengah.

"Bu," sapa Arman sambil duduk di sebelah ibunya.

"Capek, Man? Tuh, Diva lagi bawain minum buat kamu," ujar ibu.

"Bang, ini kopinya," ucap Diva sambil meletakkan gelas di meja.

"Terima kasih, ya, Div," balas Arman.

Setelah itu, ia beranjak ke kamar untuk bersiap mandi.

Sementara itu, di ruang tengah, ibu kembali membuka topik lama.

"Man, gimana? Kamu masih suka sama Raya?" tanya ibu tiba-tiba.

Arman menghela napas panjang. "Astaga, Bu. Baru juga Arman pulang kerja, malah tanya soal masa lalu lagi."

"Aduh, Ibu cuma mau tanya aja, loh," jawab ibu santai.

"Bu, pasti sekarang Raya juga sudah punya kehidupannya sendiri. Ini sudah tujuh tahun berlalu," ucap Arman, berusaha mengakhiri pembicaraan.

Deg! Diva yang baru selesai mandi tiba-tiba merasa lemas. Dari balik pintu dapur, ia mendengar percakapan mereka. Jadi, ini calon menantu yang pernah diceritakan Arini? Sekarang Diva baru tahu namanya Raya.

Namun, selagi Bang Arman tidak menginginkannya lagi, seharusnya semuanya baik-baik saja.

Lirih, Diva membatin, lalu beranjak pergi tanpa ingin menyapa siapapun dan langsung masuk kamar.

Tiba-tiba, ibu dan Arman menoleh bersamaan. Arman, dengan raut wajah yang berubah serius, segera beranjak dari duduknya.

Arman memasuki kamar dan melihat Diva duduk di tepi ranjang, diam menatapnya.

"Diva, apa kamu mendengar semuanya?" tanya Arman pelan.

Diva hanya menatapnya tanpa bicara, lalu mengangguk.

Arman mengusap rambutnya dengan kasar. "Arghhh… ini semua karena Ibu," lirihnya, frustasi.

Ia mendekati Diva dan berlutut di hadapannya. "Diva, Abang mohon, dengarkan Abang dulu," ucapnya dengan suara lembut.

Diva tetap diam, menatap suaminya. "Jelaskan, Bang. Aku tidak ingin hanya mendengar dari satu pihak saja," ucapnya akhirnya.

Arman menarik napas dalam sebelum berbicara. "Sebelum Abang kenal kamu, Abang memang lebih dulu bersama Raya. Tapi waktu itu, Abang belum sesukses sekarang. Lamaran Abang ditolak. Tidak lama setelah itu, Abang bertemu kamu, dan saat itulah Abang mulai memiliki rasa untuk kamu, Div," ujarnya lirih.

Diva menundukkan wajah, menahan air mata. "Jadi, aku hanya jadi pelampiasan abang setelah masa lalu tidak menerimamu?" tanyanya dengan suara bergetar.

Arman segera menggeleng. "Tidak begitu, Sayang. Saat ini, sampai kapan pun, Abang hanya mencintai kamu. Tidak ada orang lain, termasuk Raya. Apa kamu pernah melihat Abang berubah? Apa uang belanja juga berubah? Tidak kan, Sayang? Abang mohon, Diva percaya sama Abang."

Diva terdiam cukup lama, hatinya berkecamuk. Akhirnya, ia menarik napas dalam dan menatap suaminya. "Baiklah, aku pegang kata-kata Abang. Tapi ingat, Bang, jika suatu saat Abang menduakan aku… lebih baik kita berpisah."

Jawabannya tegas, membuat Arman tercekat.

Angan-angan Ibu Susan sungguh di luar akal. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya ia ingin Arman berpoligami.

"Arman ini, sudah tahu ibu ingin menantu seperti Raya. Kalau pun sekarang kamu sudah punya Diva, apa salahnya kalau kamu juga bersama Raya? Suami punya istri dua kan tidak dilarang, malah dianjurkan dalam agama. Apalagi sekarang kamu sudah menjadi PNS, pasti orang tua Raya setuju."

Ucapan Ibu Susan begitu santai, seolah yang dibicarakan hanyalah hal sepele. Namun, pikirannya jelas-jelas penuh perhitungan. Ia benar-benar ingin mewujudkan angan-angannya, tanpa peduli pada perasaan Diva.

Setelah pertengkaran itu, Diva dan Arman kembali bersikap biasa saja. Mereka makan bersama, meskipun dalam hati Diva masih terasa enggan. Setelah selesai, seperti biasa, Diva membereskan semuanya.

Setelah semua pekerjaan beres, Diva masuk ke kamar dan mengambil ponselnya. Ada pesan dari kakaknya.

"Div, uangnya sudah kakak transfer seperti biasa ya. Kamu sehat, kan? Gimana Arman?"

Diva pun segera membalas,

"Alhamdulillah, terima kasih, Kak. Iya, semua baik-baik saja."

Sebenarnya, Diva ingin bercerita tentang Arman kepada Kak Dira, tapi ia mengurungkan niatnya.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka.

"Belum tidur kamu, Div?" tanya Arman.

"Belum, Bang. Lagi balas pesan Kak Dira ini," jawab Diva.

"Oh iya, salam ya buat Kak Dira," ujar Arman sambil duduk di samping Diva.

Setelah itu, Diva menaruh ponselnya di samping ranjang dan merebahkan diri. Arman menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

"Kenapa Bang menatap aku seperti itu?" tanya Diva pelan.

Arman tersenyum ragu. "Hmm... Diva, abang boleh minta sesuatu nggak?"

Diva tersenyum kecil. "Boleh lah, Bang. Abang kan suami Diva."

Malam itu, pasangan suami istri itu larut dalam kebersamaan hingga dini hari. Baru sekitar jam 2 pagi mereka tertidur, kelelahan menyelimuti tubuh mereka.

Meski tubuh masih terasa letih, Diva tetap bangun saat alarm berbunyi pukul 5 subuh. Ia tidak ingin mertuanya mengomel jika ia bangun kesiangan. Setelah salat, ia segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Pukul 6.30, semua sudah siap. Seperti biasa, ia menemani ibu mertuanya dan suaminya makan, lalu mengantar Arman ke depan sebelum berangkat kerja.

Saat hendak kembali ke dalam, ibu mertua menatapnya dengan curiga.

"Div, kamu sakit?" tanya ibu Susan.

"Nggak kok, Bu," jawab Diva, berusaha tersenyum meskipun tubuhnya masih terasa lelah.

"Jangan bohong kamu. Ya sudah, kamu istirahat aja. Nanti siang ibu mau pergi," ujar ibu Susan sebelum masuk ke kamarnya.

Sementara itu, di dalam kamarnya, ibu Susan mengambil ponselnya dan mengirim pesan.

"Halo, Nak Raya, ini Tante Susan."

Tak lama kemudian, ada notifikasi pesan masuk.

"Iya, Tante?" balas Raya.

"Nak, hari ini sibuk tidak? Tante mau ketemu Raya."

"Tidak, Tante. Nanti kita ketemu di kafe yang kemarin saja, ya."

Rasa senang menyelimuti hati ibu Susan. Ia sudah tak sabar bertemu dengan calon menantu yang selama ini ia idam-idamkan.

Diva baru saja ingin merebahkan badan ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Sayang, maaf ya, abang bikin Diva lelah."

Diva yang membaca pesan itu langsung tersenyum malu-malu. Ketika hendak membalas, masuk lagi pesan baru.

"Sayang, nanti nggak usah masak ya. Nanti abang bawa makan malam."

Diva membalas singkat. "Iya, abang."

Siang Hari

Diva terbangun karena perutnya mulai terasa lapar. Ia keluar kamar dan melihat rumah dalam keadaan sepi. Tanpa berpikir lama, ia menuju dapur untuk makan.

Sementara itu, di Kafe

Ibu Susan duduk dengan wajah berbinar di hadapan Raya.

"Tante kangen sekali sama Nak Raya," ucapnya penuh semangat.

"Ih, Tante bisa aja," balas Raya tersipu.

Setelah berbincang sejenak, Raya tiba-tiba bertanya, "Tan, aku dengar-dengar sekarang Arman udah jadi PNS, ya?"

Ibu Susan mengangguk penuh kebanggaan. "Iya, Nak Raya. Apa Nak Raya mau kembali bersama Arman?" tanyanya tanpa ragu.

Raya terdiam sejenak sebelum menjawab, "Mau sih, Tan, tapi kan Arman sudah punya istri," ujarnya dengan nada sedikit sedih.

Ibu Susan tersenyum penuh arti. "Kamu tenang saja. Arman juga masih sayang sama kamu. Dia menikahi istrinya itu karena dulu keluarga kamu menolak," ucapnya meyakinkan.

"Maaf ya, Tan," balas Raya, berpura-pura enggan.

"Iya, Nak. Tante juga berharap kamu tetap bisa menjadi menantu Tante," ujar Ibu Susan penuh harap.

Setelah puas berbincang, Ibu Susan pun kembali pulang.

---

POV Raya

“Wah, sekarang Arman sudah menjadi PNS dan orang tuaku setuju dengannya. Aku baru tahu setelah melihat akun sosial medianya. Tapi yang membuatku kesal, dia sudah menikah."

Beberapa waktu lalu, aku tidak sengaja bertemu dengan ibu Arman. Dari situ aku sadar, aku masih punya kesempatan untuk mendekati Arman. Bagaimana tidak? Ketika berbincang denganku, ibu Arman masih mengharapkanku menjadi menantunya."

Benar, kesempatan ini tak akan aku sia-siakan. Kalau aku bisa menikah dengan Arman, aku bisa menguasai semua hartanya." Raya tersenyum penuh ambisi, pikirannya dipenuhi rencana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!