Bab 9

"Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Sri Bu" tegas Widodo, ia berharap suatu saat nanti kedua istrinya bisa hidup rukun dan rela berbagi.

"Jangan bodoh Wid, Sri sendiri kan yang minta cerai" Parti benar-benar marah dengan sikap putra keduanya itu.

"Sudahlah Bu, apa perlu aku katakan sekali lagi" Widodo tidak akan merubah pendirian. Ia lalu pamit berangkat ke bengkel.

"Aku ikut ke bengkel ya Dek" Yono mengikuti Widodo. Widodo mengangguk sembari membukakan pintu mobil untuk kakaknya lalu berangkat.

Sementara itu Parti segera mencari Sri. "Kemana pembantu itu, piring belum dicuci tapi malah santai-santai" ujarnya sembari berjalan ke belakang. Telinganya menangkap samar-samar obrolan Sri di dalam kamar hatinya seketika panas. Ia dorong kasar handle pintu hingga dua orang di sana terkejut.

"Hebat ya, digaji mahal-mahal suruh membereskan rumah, tapi kamu malah menyuapi anak sendiri" Parti melipat tangan di dada.

"Sayang... makanannya habiskan sendiri ya" Sri tidak mau menjawab mertua di depan Laras.

"Tapi Laras sudah kenyang, beneran Bunda" jujur Laras.

Sri mengangguk lalu keluar dari kamar kemudian menutup pintu. Melewati mertuanya begitu saja menuju wastafel.

"Sopan sekali kamu, diajak bicara diam saja" Parti mengikuti Sri semakin marah karena kata-katanya tidak dihiraukan.

"Saya mendengar kok Bu, tapi yang menggaji saya tidak pernah marah-marah hanya karena saya kerja santai sejenak" Sri mengisi mesin cuci dengan air kemudian menggiling cucian.

"Jelas, karena Sally majikan kamu itu hatinya malaikat" Parti senyum-senyum betapa beruntungnya punya menantu seperti dia.

Namun, Sri tidak mau menjawab ucapan mertuanya itu walaupun dibandingkan, lebih baik ia melanjutkan pekerjaan.

'Masak air untuk saya mandi" perintahnya seenaknya.

"Masak air?" Sri kaget karena biasanya jika mandi tinggal menekan air shower tinggal pilih panas atau dingin.

"Iya, masak air, kenapa? Kamu menolak?" Parti kesal sekali.

"Mari ikut saya Bu" Sri menunjukkan kamar mandi dan memberi contoh bagaimana caranya memilih air hangat. Sambil keluar Sri senyum-senyum. Katanya punya menantu kaya bahkan sudah hampir 5 tahun tapi mau mandi saja ribet.

Sri segera mencuci piring sembari mencuci pakaian hingga selesai bersamaan.

"Baju saya ini kamu cuci, tapi tidak boleh pakai mesin" Parti membawa banyak cucian mungkin ia bawa dari kampung.

"Maaf Bu, jika harus mencuci pakaian sebanyak ini tanpa mesin saya tidak banyak waktu" jawab Sri. Karena setelah menjemur pakaian, Sri akan beres-beres lalu memasak.

"Itu urusan kamu, siapa suruh pagi-pagi ngobrol" Parti menyalahkan Sri.

"Kalau gitu saya kerjakan nanti siang saja Bu, jika semua pekerjaan sudah beres" Sri harus mempunyai stok sabar.

"Tidak bisa, kamu ini pembantu bikin aturan, awas saya adukan Sally" Parti pun emosi.

Mendengar ancaman itu Sri greget ingin menjawab. "Adukan saja Bu, saya tidak takut" Sri justru mengangkat keranjang akan menjemur pakaian.

"Baik, saya akan adukkan agar kamu dipecat Sally"

"Tidak apa-apa kok Bu saya dipecat, jika selama ini saya bertahan di sini hanya karena Laras supaya mengenal bapaknya. Karena seburuk apapun kelakuan Widodo putra ibu, saya tidak ingin Laras benci kepada Ayahnya. Tapi setelah saya tahu bahwa Laras ternyata tidak respek sama Mas Widodo, untuk apa saya lama-lama di sini"

"Bagus kalau begitu, segera pergi dari rumah ini, lebih cepat lebih baik" Parti senang jika Sri cepat pergi.

"Tentu Bu, tapi sebelum saya pergi akan membongkar semuanya jika saya dan Laras istri dan anak yang ditinggalkan Widodo sejak bayi. Ibu yang harus siap-siap karena cepat atau lambat akan kehilangan pohon uang" Sri menutup pembicaraan lalu naik ke loteng menjemur pakaian.

"Kurang ajar" Parti rasanya ingin bejek-bejek wajah Sri. Parti pun masuk ke kamar entah apa yang ia lakukan di sana.

Siang harinya sebelum makan siang, Sally memeriksa masakan di dapur. Tatapan matanya tertuju kepada tumpukan pakaian kotor di samping mesin cuci. Untuk menghilangkan penasaran, Sally mendekati pakaian itu."Sri, ini pakaian siapa? Kok tidak dicuci"

"Punya bu Parti Nyonya, tadi menyuruh saya mencuci pakai tangan, tapi saya belum sempat" Sri berkata apa adanya.

"Ibu ini ada-ada saja" Sally geleng-geleng kepala. "Sri, tidak usah dicuci pakai tangan" Sally menyuruh digiling saja.

"Tadi juga maksud saya begitu Nyonya, tapi... kalau nanti Ibu marah-marah bagaimana?" Sri bukan takut, tetapi sebenarnya malas ribut.

"Nanti saya yang tanggungjawab"

"Baik Nyonya" Sri merasa lega, walaupun sebenarnya hati kecilnya khawatir dimarahi mertua, toh sudah ada perintah dari Sally.

Sally pun akhirnya makan siang bersama mertua dan juga Ara. Selesai makan mereka ngobrol di ruang keluarga.

"Sally, maaf ya, bukanya Ibu mau ikut campur, tapi apa tidak sebaiknya pembantumu itu dipecat saja" Parti mengatakan ketika Sally berangkat Sri bukan langsung kerja justru menyuapi Laras.

"Oh, kalau cuma nyuapi anaknya mah, biar saja Bu, masa begitu saja dipecat" Sally justru tertawa.

"Tapi tadi ibu minta tolong mencuci pakaian jangan pakai mesin malah nekat" Parti mencari-cari alasan agar Sri cepat pergi dari rumah ini.

"Maaf Bu, kalau masalah itu Sally tadi yang nyuruh" jawaban Sally membuat Parti bungkam.

Semenjak saat itu perlakuan Parti pada Sri masih saja semena-mena terutama jika tidak ada Sally di rumah hingga satu bulan kemudian.

Malam itu Sri tidak bisa tidur karena banyak masalah yang ia pikirkan. Ia bingung, desakanya kepada Widodo agar segera menceraikan tidak juga dilakukan. Ingin mencari surat cerai sendiri tabungannya belum cukup.

Suntuk sekali Sri di dalam kamar, ia memutuskan untuk mencari angin di halaman. Ia duduk di kursi ditemani rembulan yang memancar cerah. Di tempat itu rupanya ia menemukan solusi. "Sebaiknya besok aku pindah dari tempat ini" Sri membuat keputusan. Ia ingin mencari kerja tempat lain agar tenang sambil mengumpulkan uang untuk mencari surat cerai.

"Sally selama ini sangat baik, jika memang ia hidup bahagia dengan Widodo biarkan saja" batin Sri. Saat ini usianya belum genap 24 tahun, kedepanya masih panjang. Apa lagi ia ingin fokus membesarkan Laras.

Namun, tiba-tiba saja tangan kekar memeluknya dari belakang. Sri mencoba lepas dari pelukan Widodo tapi apa daya karena tubuh Sri kecil rasanya sulit.

Di waktu yang bersamaan Sally rupanya mengikuti Widodo dari belakang. Melihat suaminya memeluk Sri ia segera mendekat dengan wajah merah padam.

"Apa yang kalian lakukan?"

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Eka ELissa

Eka ELissa

nah loh ...Pati Sally slh FHM.,... bongkar kbusukn dodol Sri sblom Sally jdi slh fhm

2025-04-13

2

vj'z tri

vj'z tri

coba mau lihat alasan busuk apa yang Widodo katakan 😤😤😤😤😤😤😤😡😡

2025-04-06

2

Eka ELissa

Eka ELissa

gila kmu dodol Sri mna mau di madu apa lgi saly

2025-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!