Bab 2

"Pagi ini Maura bapak yang antar ya" titah Sally ķepada supir yang baru saja menekan bel. Sally pagi ini akan menunggu art yang belum juga datang.

"Baik Nyonya" jawab supir yang biasa mengantar Sally dan Maura ke manapun mama dan anak itu pergi termasuk ke sekolah tk.

Sally pun akhirnya kembali ke meja makan, kemudian memberi pengertian pada putrinya agar berangkat sekolah bersama pak Waluyo.

"Nggak mau, memang Mama mau kemana sih" tolak Naura dengan wajah cemberut.

"Mama kan sudah katakan sejak tadi, mau menunggu art sayang..."

"Naura, kamu kan sudah besar sudah waktunya mandiri." sang papa akhirnya menyela pembicaraan.

"Iya, Iya..." Naura pun akhirnya berangkat walaupun sambil menggerutu.

"Ara jangan terlalu dimanja Ma" sang papa menatap Sally ada kekhawatiran di sana, kemudian memijit kepalanya. Semakin hari putrinya itu semakin susah diatur.

"Perasaan selama ini aku juga tidak menuruti saja apa yang anak kita mau Pa" Sally pun sebenarnya pusing dengan putrinya itu.

"Aku tidak menyalahkan kamu sayang..." sang papa pun mengatakan jika mereka masih harus banyak belajar, bagaimana mendidik anak yang benar. "Kalau gitu aku berangkat" lanjutnya, sembari cek arloji di tangan. Setelah mencium dahi Sally kemudian berangkat.

"Hati-hati Mas" Sally mengantar sampai halaman.

"Terima kasih sayang..." sang suami melambaikan tangan ketika mobil ke luar dari pagar.

Sally hendak menutup pagar, tapi di waktu yang bersamaan ojek mengantar Sri pun berhenti.

"Selamat pagi Nyonya" ucap Sri sopan, ketika ojek sudah pergi. Wajahnya nampak lelah dan capek karena di bus semalaman.

"Selamat pagi, kamu yang mau bekerja di rumah saya?" Sally mendekati Sri.

"Benar Nyonya, nama saya Sri. Tapi maaf, karena saya bekerja membawa anak" Sri mengusap kepala Laras yang nampak capek dan mengantuk.

Perhatian Sally tertuju kepada anak perempuan itu. "Kenapa wajah anak ini mirip dengan Mas Widodo? Batin Sally menatap lekat wajah Laras.

"Laras, salim Nyonya sayang..." titah Sri.

"Nama saya Laras Nyonya" Laras pun salim tangan Sally, hingga Sally sadar dari keterpanaan tentang wajah Laras.

"Panggil saja saya Tante" Sally pun mengajak Laras dan juga Sri masuk ke dalam.

"Alhamdulillah... ternyata calon majikan aku baik banget" batin Sri yang mengangkat dua tas pakaian besar nampak berat. Sri menatap kagum rumah mewah lantai dua itu saat perjalanan mengikuti Sally yang nampak ngobrol dengan Laras entah apa yang Sally tanyakan kepada anak itu.

Membersihkan rumah sebesar ini hanya sendirian tentu saja sangat lelah, tapi Sri harus kuat.

"Ini kamar kalian, jika kamu masih lelah ingin istirahat dulu tidak apa-apa" Sally mengerti karena Sri baru tiba dari jawa.

"Tidak apa-apa Nyonya, istirahatnya nanti siang saja" jujur Sri, karena sudah terbiasa setiap hari kelelahan.

Setelah memberi tahu tugas yang harus dikerjakan Sri di rumah ini, Sally pun menyusul Ara ke sekolah seperti yang ia janjikan.

"Laras... sebaiknya kamu mandi terus bobo sayang..." Sri membuka tas milik Laras memindahkan pakaian ke dalam lemari yang sudah disediakan.

"Iya Bun, tapi bunda juga capek, apa bunda tidak bobo juga" Laras merangkul pundak bundanya.

"Sudah... jangan pikirkan bunda" Sri menuntun Laras ke kamar mandi dapur membiarkan putrinya itu mandi.

Setelah mandi dan berpakaian, Laras mencoba untuk tidur. Namun, perutnya keroncongan minta diisi, bocah itu pun bangun mencari Sri.

"Bunda..."

"Iya sayang... kok belum bobo" Sri menatap putrinya yang tengah memegangi perut segera tanggap. "Kamu pasti lapar" Sri terpaksa lancang ambil secentong nasi di penanak. Karena Sri tidak mendapat perintah untuk sarapan. Ia membuka penutup meja makan, tatapan matanya tertuju pada telur ceplok yang sudah dimakan separuh. Sri terpaksa ambil telur tersebut menumpangkan ke atas nasi.

"Sekarang Laras makan, terus bobo" Sri memberikan piring.

"Alhamdulillah... lauknya telur ceplok Bun" Laras berbinar-binar. Selama ini ia jarang sekali makan telur selain tempe dan tahu.

"Iya, sekarang Laras duduk di sini" Sri memberikan kursi plastik kecil. Ia memandangi anaknya yang sedang makan dengan lahap, tiba-tiba air matanya menetes.

Tidak mau dilihat oleh Laras, Sri kembali ke tempat pencucian baju di sebelah kamar mandi. Ia mulai menggiling cucian di mesin cuci. Menunggu bersih, Sri ambil sapu, pel, dan perlengkapan bersih-bersih hingga jam 11 pagi terdengar derung mobil bersamaan dengan klakson berbunyi.

Sri segera membuka pagar kemudian menutup kembali setelah mobil Sally yang di kendarai supir masuk halaman.

Sally mengikuti Ara yang sudah berlari masuk lebih dulu. "Siapa kamu?" Tanya Maura ketus ketika tiba di ruang tamu ada anak yang tidak dia kenal.

"Saya..." Laras menunduk sedih karena selama ini belum pernah ada orang yang membentaknya.

Tatapan Ara tertuju kepada boneka miliknya yang di pegang Laras. Tanpa bicara dulu Ara menarik boneka tersebut. "Lancang kamu, berani-beraninya pegang boneka saya"

"Ara... Ini Laras anak bi Sri, di rumah ini kamu jadi ada teman sayang" Sally melihat drama tersebut segera menengahi.

"Ara nggak mau punya teman anak pembantu" pungkasnya lalu pergi ke kamar. Sally mengusap kepala Laras sebagai ucapan minta maaf kemudian mengejar Ara ke kamar.

"Sayang..." Sri kaget sekali ketika mendapati putrinya sedang sedih lalu mengantarkan ke kamar.

"Kenapa anak Tante Sally galak sama aku Bun" Laras meneteskan air mata, ia ingat teman-teman di kampung selalu main bersama tidak ada yang galak.

"Sebenarnya bukan galak sayang, karena dia belum mengenal putri bunda yang baik hati ini, makannya Non Ara judes. Nanti kalau kalian sudah saling kenal, pasti menjadi teman" Sri sebisa mungkin membuat hati putrinya tidak sedih. Setelah Laras tenang, Sri ke dapur hendak menyiapkan makan siang.

"Sri..." Sally baru muncul dari kamar.

"Saya Nyonya"

"Kamu bisa membuat sayur asam?" Tanya Sally, ia ingin makan siang di kantor bersama suami sesuai janjinya pada Ara.

"Tentu bisa Nyonya" Sri mendengarkan perintah Sally apa yang harus dia masak siang ini. Setelah tahu sat set memasak.

"Sri, Laras pasti sedih gara-gara Ara" Sally kasihan pada Laras, baru pertama kali di rumah ini sudah sedih.

"Tadi memang iya Nyonya, tapi setelah saya beri pengertian sekarang sudah tenang"

"Usia Laras sudah 5 tahun, kenapa kamu tidak sekolahkan tk" Sally ingin tahu, sembari memandangi Sri memasak dengan cekatan.

"Saya tidak punya biaya Nyonya, tapi saya selalu mengajari Laras hingga sudah bisa baca tulis dan juga baca IQRO untuk persiapan masuk SD" jujur Sri memang demikian.

"Kamu hebat Sri" Sally tidak menyangka jika usia Sri yang baru 24 tahun itu rupanya ibu muda yang hebat.

Sayur asam, ikan gurami goreng, dan sambal pun sudah matang, Sally menata ke dalam rantang.

"Sebaiknya kamu ajak Laras makan Sri, terus istirahat" Sally kasian Sri yang belum istirahat sejak pagi.

"Baik Nyonya" Sri senang, majikannya perhatian sekali. Ia mengikuti Sally yang akan berangkat ke kantor bersama Ara diantar pak Waluyo.

Selesai menutup pagar dan mengunci pintu, Sri kembali ke dapur. Jujur Sri memang lapar, karena hanya makan nasi kotak yang disediakan bus malam. Setelah memanggil Laras mereka makan di meja dapur.

"Waah... lauknya ikan Bun" Laras menatap banyak menu di atas meja.

"Iya, sekarang kita makan" pungkas Sri, menyuruh Laras berdoa lalu makan.

"Kalau makan sayur asam gini jadi inget Mas Widodo, sayur asam ini makanan kesukaannya. Huh, untuk apa lagi aku memikirkan pria yang sudah melupakan anak istrinya itu" batin Sri bergemuruh. Namun, ia segera mengubur kembali ingatanya tentang Widodo karena tidak mau selera makanya terganggu.

****************

"Kenapa sayur asam ini seperti masakan Sri?" Hati Widodo bertanya-tanya, karena sayur asam buatan Sri paling enak sedesanya.

"Pa, kok makanya berhenti, masakan art kita yang baru tidak enak?" Sally menangkap perubahan sikap Widodo mencurigakan.

"Oh enak kok" Widodo gelagapan.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Dewi kunti

Dewi kunti

inget jg ma istri yg ditinggal kan,tp ap ingat tanggung jawab mu

2025-04-03

3

Eka ELissa

Eka ELissa

wah Ara kcil2, songong kli kau...

2025-04-12

2

Dwi ratna

Dwi ratna

Bru bab 2 kok udh nyesek yh

2025-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!