Setelah melihat keadaan sekolah yang sudah mulai sunyi mereka berdua pun langsung berjalan ke arah belakang sekolah.
"Al apa kita gak ketahuan?" Tanya Vanya sedikit takut.
"Tenang aja kita gak akan ketahuan kok." Sahut Alana.
"Van lo jaga-jaga kalo tiba-tiba ada guru." Ujar Alana sambil celingak-celinguk melihat keadaan sekitar.
"Huff aman-aman." Ucap Alana pelan.
"Gue duluan ya, baru lo."
"Iya, cepat-cepat ya, gue takut ketahuan."
"Iya, iya."
Alana menaiki tembok belakang sekolah dengan sangat mudah, setelah sampai di atas, ia menjulurkan tangannya untuk membantu Vanya untuk naik.
"Van cepat, gue bantu naik lo." Seru Alana.
"Gue takut naik Al."
Alana menghela nafas pelan." Gak usah takut, gue pegangin tangan lo." Sahut Alana.
Vanya sudah berusaha naik ke tembok, tetapi hasilnya tetap nihil." Aaa Alana, gue gak bisa naik."
"Bisa, coba sekali lagi." Suruh Alana yang masih setia memegangi tangan Vanya.
"Gue tetap gak bisa naik Alana." Kesal Vanya.
"Ckck gue turun dulu." Sahut Alana.
Belum sempat Alana turun, tiba-tiba ada suara deheman seseorang. la pun langsung melihat ke arah depan. Dia meneguk susah salivanya saat melihat Azka yang sudah menatapnya dengan tatapan datar.
Vanya pun tak kalah kaget melihat keberadaan Azka dan Leon." Gawat." Batinnya yang sudah panas dingin.
Alana ingin meloncat turun dari atas tembok yang membuat Azka dan Leon melotot.
"Alana awas lo jatuh." Panik Leon ketika melihat Alana yang ingin meloncat.
"Turun yang benar jangan meloncat." Tegur Azka dengan nada datar, padahal dalam hati sangat khawatir melihat Alana yang ingin meloncat turun.
"Ckckck minggir kalian berdua." Ketus Alana yang sudah siap meloncat.
Bruk..
Alana mendarat dengan sempurna di atas tanah, ia menatap Azka dan Leon dengan santai. Dia menghampiri mereka berdua." APA?" Seru Alana ketus saat melihat mereka berdua yang menatapnya dengan tatapan tajam.
Leon geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik angkatnya." Lo ini ya, suka banget bolos." Ucap Leon ambil menjewer telinga Alana dengan gemes.
"Aaa sakit kak." Pekik Alana ketika telinga dijewer oleh Leon.
"Lepas kuping gue kak, sakit tau." Ketus Alana sambil memukul-mukul tangan Leon.
"Makanya jangan nakal jadi cewek itu." Ucap Leon sambil melepaskan jewerannya di telinga Alana.
"Gue gak nakal kak." Sahut Alana tidak terima.
"Iya, iya lo gak nakal, lo adik gue paling baik." Sahut Leon sambil mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.
Azka merasa hatinya sangat panas melihat Leon yang mengelus kepala Alana." Shtt kenapa sama perasaan gue." Batinnya dengan sangat kesal.
Azka menari pergelangan Alana." Lo urus dia, biar Alana urusan gue." Ucap Azka.
"Ikut gue." Titah Azka dengan datar.
"Ckck lo mau bawa kemana sih." Ketus Alana.
"Lepas tangan gue." Alana menepis kasar tangan Azka yang memegang pergelangannya.
"Sorry."
Alana menyerngit bingung ketika Azka membawanya ke ruang osis." Lo ngapain bawa gue keruangan lo?" Tanya Alana dengan bingung.
Azka tidak menjawab pertanyaan Alana." Masuk." Suruh Azka.
"Gak, gak mau gue, lo mau macam-macam kan sama gue." Tuduh Alana sambil menatap Azka dengan curiga.
Azka hanya menatap datar Alana." Mau masuk atau lo mau ketahuan sama pak Doni, kalo bolos?" Tanya Azka dengan datar.
"Emm.." belum sempat Alana menyelesaikan ucapannya, Azka sudah menarik tangan Alana untuk masuk kedalam ruang osis.
"Apa ada siswa yang bolos?" Tanya pak Doni kepada Azka.
"Tidak ada pak." Sahut Azka.
semantara Alana bernafas lega saat mendengar Azka yang tidak memberi tahu pak Doni." Ternyata ketos ngeselin punya hati nurani juga." Ucapnya dalam hati dengan lega.
"Bapak minta tolong sama kamu, bapak udah gak sanggup lagi menegur Alana, dia sering banget bikin onar sekolahan dan suka bolos." Ucap Pak Doni.
"Bapak cuman bisa berharap sama kamu, biar bisa mengubah Alana menjadi lebih baik lagi." Lanjutnya lagi.
"Insya allah pak." Sahut Azka dengan supan.
"Bapak percaya kamu bisa mengubah Alana menjadi lebih baik lagi." Ucap Pak Doni sambil menepuk pundak Azka dengan pelan.
Alana memutar bola matanya males mendengar perkataan pak Doni." Nyenyenye, dasar bapat tua botak." Cibir Alana dengan perasaan sangat kesal.
Azka hanya tersenyum tipis mendengar cibiran Alana kepada Pak Doni." Dasar gadis nakal." Batinnya.
"Kalo gitu bapak permisi dulu." Pamit Bapak Doni.
"Iya pak!"
Alana membuka pintu sedikit sambil menyembulkan kepalanya." Pak botak udah pergi?" Tanya Alana kepada Azka.
Azka hanya menatap datar Alana." Hmm!"
"Kok lo tumben baik sama gue?" Tanya Alana, ia sedikit merasa heran ketika Azka menolongnya dari pak Doni.
Azka tidak memperdulikan pertanyaan Alana. la hanya fokus dengan kertas-kertas soal milik para siswa.
Bruk...
Azka melemparkan setumpuk buku kepada Alana."Hukuman lo, koreksi semua PR para siswa." Titah Azka dengan datar.
Alana melotot melihat setumpuk buku itu." WHAT!! Lo nyuruh gue koreksi nih semua buku?" Tanya Alana tidak percaya.
"Hmm!"
"Ckck gue gak mau, gue mau hukuman yang lain aja." Tolak Alana dengan kesal.
"Mau koreksi buku-buku itu? atau mau gue aduin sma pak Doni kalo lo bolos lagi?" Tanya Azka dengan datar.
Alana mendengus kesal mendengar ancaman Azka." lya, iya gue mau." Sahutnya dengan perasaan sangat jengkel.
Semantara di sisi lain Leon sedang memberi hukuman untuk Vanya." Lo bersihin semua toilet." Titah Leon dengan tegas.
"HAH!! lo gila nyuruh gue bersihin semua toilet?" Tanya Vanya dengan mata yang melotot.
"Iya semuanya."
"Gue gak mau." Tolak vanya.
Leon tersenyum menyeringai saat mendengar Vanya yang berani melawannya." Mau gue hukum bersihkan semua lapangan dan semua kelas?" Tanya Leon.
vanya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ckckck, iya, iya gue bersihin." Ketus Vanya dengan kesal
"Dasar leon sialan." Umpatnya dengan kesal.
"Cepat bersihkan, gak usah ngumpet gue." Ucap Leon.
"Iya, iya!"
Vanya pun melanjutkan membersihkan semua toilet sambil mendomel." Awas aja lo Leon, gue balas nanti lo." Ucapanya dengan kesal.
Huek..huek..
"Agrr bau banget sih nih wc." Kesalnya.
"Cepat bersihkan gak usah ngeluh." Ketus Leon.
"Lo gak liat, kalo gue lagi bersihin nih toilet." Sahut Vanya dengan ketus.
"Santai dong mbak." Balas Leon.
"Santai, santai nih muka lo santai." Sahut Vanya dengan kesal, sambil mengarahkan sesapu ke muka Leon.
Setelah beberapa menit akhirnya Vanya sudah selesai membersihkan toilet." Nih gue udah selesai." Ketus Vanya sambil meninggalkan Leon.
Leon hanya geleng-geleng melihat kelakuan Vanya." Gak jauh beda sama Alana." Ucapnya.
Sedangkan Alana merasa sudah sangat ngantuk." Hoam, ngantuk banget." Lirihnya.
"Mana bukunya masih banyak banget lagi." Ucapnya sambil meletakkan kepalanya di meja dan memejamkan matanya.
Azka menyerngit heran saat tidak mendengar lagi ocehan Alana, ia pun menoleh ke samping, Ketika menoleh dia melihat Alana yang tertidur." Pantes aja diem." Ucapnya sambil beranjak dari duduknya.
"Capek banget kayaknya." Azka melepaskan jaketnya dan menyelimutkan jaketnya ke badan Alana.
"Kesian banget." Serunya sambil merapikan anak rambut Alana yang berantakan.
"Cantik." Batinnya.
Dia terpesona melihat wajah cantik Alana, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir yang merah muda dan wajah yang sangat bersih tanpa make up.
Azka menyerngit bingung ketika melihat bibir pucat Alana. "Kenapa bibirnya sangat pucat." Batinnya.
"Apa dia sakit?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Shtt lo kenapa Azka, ingat dia hanya pacar pura-pura." Ucapnya dalam hati, berusaha menyadarkan dirinya.
Ughh..
Azka heran saat melihat Alana yang mengerutkan keningnya dalam tidur yang terlihat sangat gelisah, seperti menahan rasa sakit." Ughh sakit." Gumam Alana yang masih setia memejamkan matanya.
Keringat sudah membasahi seluruh wajah Alana, Azka menjadi sangat khawatir melihat Alana yang menahan rasa sakit.
la pun melap keringat di wajah Alana." Hai lo kenapa?" Tanya Azka dengan lembut.
"Alana lo kenapa?" Seru Azka dengan khawatir.
"Ughh."
"Hai bangun lo kenapa." Azka semakin panik.
Alana langsung terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu." Hah..hah."
"Alana lo kenapa?' Tanya Azaka.
"Gue gak papa." sahut Alana sambil beranjak dari duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments