hari ini Jihan pulang telat, dia sudah di telpon oleh Irfan tadi. Suaminya itu sangat khawatir padanya.
Jihan memasuki rumahnya ingin ke dapur untuk mengambil minuman karena dia sudah merasa haus. namun saat dia hampir sampai di ruang tamu dia malah mendengarkan suara petikan gitar dan suara Irfan dengan Naira yang sedang menyanyi that's so true .
Suara keduanya terdengar sangat enak. Jihan tersenyum lalu berjalan mendekati mereka.
Uhhh, bet you're thinking she's so cool
Kicking back on your couch, making eyes from across the room .
Wait, i think i've been there too
Made it out alive, but i think i lost it
Said that i was fine, said it from the Coffin.
Irfan dan Naira menyadari kehadiran Jihan, namun mereka hanya tersenyum saja sambil terus bernyanyi.
Karna merasa haus Jihan memilih untuk ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil minum. Setelah meminum air putih baru ldh Jihan Kembali ke ruang tamu.
" seru banget keknya" ujar Jihan saat mereka selesai bernyanyi.
Naira berjalan kearah Jihan yang duduk di sofa terpisah. lalu dia naik ke pangkuan ibunya dan memeluk Jihan " seru dong mom, Naira pengen nanti pas besar bisa jadi penyanyi"
Jihan memeluk putrinya lalu mencium kening Naira penuh kasih sayang " mommy mendukung apapun pilihan kamu "
" Daddy setuju tidak?" tanya Naira menatap Irfan yang sedang meletakkan gitar di atas sofa.
" apapun itu, asal bisa membuat putri Daddy bahagia maka Daddy menyetujuinya" jawab Irfan.
Naira tersenyum bahagia" terimakasih Daddy, mommy "
" mommy belum mandi sayang, kamu main sama daddy aja dulu ya" ujar Jihan melepaskan pelukannya.
" tapi Naira masih ingin bersama mommy " ujar Naira yang enggan melepaskan pelukannya.
" Naira, mommy pasti lelah baru pulang kerja, jadi mommy butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya" ujar Irfan membujuk Naira agar mengizinkan Jihan untuk mandi.
" nggak mau" tolak Naira merengek.
Jihan menatap Irfan mengangguk singkat memberi isyarat untuk membiarkan saja.
" oke, mommy disini untuk menemani putri mommy" ujar Jihan membuat Naira berbinar bahagia.
" kalo mommy ingin mandi tidak papa, asalkan malam ini mommy mau tidur bersama Naira"
" tentu, mommy pasti akan menemani Naira malam ini"
" Daddy juga yaa?" ujar Naira menatap Irfan.
Irfan mengangguk" iyaa, sayang "
∆∆∆∆∆
hari hari terus berlalu begitu saja. kabar perceraian Javier sudah beredar sampai media memburu Infomasi tersebut. Namun Javier dan Tasya sama sama tutup mulut di depan media.
Saat ini, Javier sedang berada di ruangannya, mendengar semua ucapan kasar dan hinaan yang keluar dari mulut papanya.
" dasar anak bodoh! buat kamu bercerai sama Tasya? kamu pikir ada wanita yang lebih baik dari dia?"
Javier hanya diam saja tidak menjawab apa apa. Dia memilih bungkam dengan wajah datar nampak tidak tertarik.
" kamu mau kembali pada wanita sialan itu? Kamu fikir dia masih mau dengan mu?"
Javier masih diam. Dia tidak suka mendengar papanya menyebutkan jika Jihan wanita sialan. namun bertengkar dengan papanya bukanlah pilihan yang Bagus.
Berfikir Jihan masih mau dengannya? Jujur saja hati kecilnya masih berharap hal tersebut. namun logikanya menyuruh dirinya untuk sadar diri.
" dia sudah berkeluarga bodoh! dia sudah memiliki seorang putri dan sekarang mereka akan memiliki anak lagi" ujar sandi menyadarkan Javier dari harapannya yang mustahil terwujudkan " lihat dan buka mata mu lebar lebar! dia hidup bahagia tanpa kamu"
Yaa, Javier membenarkan hal tersebut. namun dia juga tidak bisa apa apa karena memang hatinya yang menolak untuk lupa.
" dengarkan aku Baik baik, sampai mati pun aku tidak akan merestui kalian" ujar sandi penuh penekanan dan menatap tajam Javier.
" kenapa pa?" tanya Javier membalas tatapan papa nya.
Sampai sekarang dia masih binggung, apa yang menjadi alasan orang tuanya begitu membenci Jihan. Jika karena Jihan anak yatim piatu lalu apa kabar dengan Tasya? Jika Tasya anak orang kaya, lalu apa kurangnya Jihan?
" kamu tidak berhak tahu apa alasannya, yang perlu kamu tahu adalah kamu dan dia tidak akan pernah bersatu " tegas sandi lalu dia pergi meninggalkan ruangan Javier.
Javier menghela nafas berat, dia mengusap wajahnya prustasi. mengapa ayahnya begitu membenci Jihan?
Dan selama beberapa bulan ini Javier sudah sering pulang kerumah orang tuanya karena ingin tahu apa orang tuanya terlibat. apa orang tuanya menjadi alasan mengapa Jihan terus menghindar?
∆∆∆∆
Jihan berdiri di depan cermin full body. Dia menatap pantulan dirinya di sana. Senyuman indah terbit di wajahnya, matanya berbinar bahagia dan tangannya mengusap lembut perutnya yang mulai membuncit.
" aku boleh mengusap?" izin Irfan yang saat ini sedang berdiri tidak jauh dari Jihan.
Irfan dan jihan memilih mengambil cuti karena hari ini mereka memiliki jadwal untuk cek up. dan saat ini mereka baru saja pulang dari rumah sakit. Kata dokter janinnya sehat.
sebenarnya mereka sudah bisa melihat jenis kelaminnya. namun keduanya kompak tidak ingin mengetahuinya sekarang. lagian meu anaknya cewek atau cowok mereka tetap bahagia.
" boleh" jawab Jihan mengangguk.
Sontak Irfan mendekat lalu memeluk jihan dari belakang dengan kedua tangannya mengusap perut buncit Jihan dengan lembut.
Jihan menunduk menatap tangan Irfan yang berada di perutnya. padahal maksud Jihan bukan seperti ini, bisa saja Irfan berdiri atau berjongkok depannya bukan? Kenapa harus memeluknya dari belakang?
Irfan menatap pantulan mereka dari cermin. Irfan meletakkan dagunya di pundak Jihan " makasih ya ji" ujarnya tiba tiba.
Jihan menatap pada cermin yang memantulkan bayangan mereka " why?" tanyanya binggung. Kenapa tiba tiba Irfan mengatakan terimakasih?
" karna kamu sudah berusaha untuk menerima mu meskipun hati mu belum ada nama ku" ujar Irfan " aku Fikir kita tidak akan pernah memiliki anak"
" apa maksud mu? kamu tidak menganggap Naira sebagai Putri mu?" tanya Jihan dengan wajah serius.
" bukan begitu maksud ku " ujar Irfan cepat takut Jihan salah paham. Bahkan dia lansung melepaskan pelukannya" kamu tahu ini masalah yang berbeda" lanjutnya.
Jihan menghela nafas. kakinya terasa keram karena berdiri terlalu lama. Jihan berjalan ke arah ranjang lalu dia duduk di tepi ranjang.
" jika anak kita lahir, apa kamu akan membedakan dia dan Naira?" tanya Jihan menatap Irfan serius.
Irfan berjalan menghampiri Jihan. Dia duduk di tepi ranjang lalu mengambil kaki Jihan lalu meletakkan di atas pangkuannya, setelah itu dia memijitnya dengan lembut.
" Naira juga putri kita, aku sangat menyayanginya jadi tidak mungkin aku membedakan mereka" ujar Irfan.
Jihan menatap Irfan dan membiarkan Irfan memijit kakinya. Jika di lihat dari perlakuan Irfan sekarang sih Jihan yakin jika Irfan tidak mungkin akan memperlakukan Naira dengan buruk.
" lagian jika bukan karena Naira, tidak mungkin aku bisa menikahi mu" ujar Irfan.
Yaa, jika bukan karena Jihan mengandung Naira. Tidak mungkin Jihan meminta Irfan untuk menikahinya. Irfan bersyukur Naira hadir di dunia ini.
" terimakasih" ujar Jihan tulus.
Irfan tersenyum " kau tidak perlu berterima kasih, aku sudah sangat bahagia dengan bersama kalian"
Jihan ikut tersenyum. Ah! dia merasa bersalah karena sampai sekarang hatinya masih belum bisa melupakan nama Javier. Kenapa dia sangat sulit melupakan pria itu.
" aku dengar dengar mereka sudah bercerita" ujar Irfan mengalihkan topik pembicaraan mereka.
" siapa?" tanya Jihan.
" Javier dan istrinya" jawab Irfan meperjelaskan.
" oh, iyaa. aku juga mendengarnya, tapi aku tidak peduli" jawab Jihan.
Bohong! Jihan bukan tidak peduli. Hanya saja dia berusaha keras agar terlihat tidak peduli. Buktinya saat dia melihat berita tersebut untuk pertama kali, dia lansung mencari tahunya lebih lanjut.
" bagaimana jika dia mengajak mu untuk kembali?" tanya Irfan menghentikan pijatannya.
" kamu tahu sendiri, halangan ku dan dia sejak awal itu bukan aku maupun dia , namun orang tua dia. jadi dengan perceraian ini tidak akan mengubah apapun" ujar Jihan.
halangan mereka adalah orang tua nya Javier. jadi meskipun Javier berpuluh-puluhan kali mengajaknya kembali seperti dulu tetap saja dia akan menolak. Karena Naira segalanya baginya.
" bagaimana dia tahu semuanya?"
" kalo itu terjadi berarti kita harus pergi jauh dari sini untuk melindungi Naira. jauh ke tempat dimana orang tua Javier tidak dapat menemukan Kita" jawab Jihan.
sejak awal sandi memperingatkan Jihan jangan sampai Javier tahu tentang ini. jika itu terjadi maka Jihan harus siap dengan resikonya.
yang mau dengar visual suara Naira dan Irfan bisa lihat di ig claris_sa19
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments