Hari ini hari weekend. Jihan berserta keluarga kecilnya berencana akan menghabiskan hari weekendnya di pandang. Naira sangat menyukai pantai, karena itu mereka sering ke pantai.
Saat ini, mereka sudah menggelarkan tikar piknik di atas pasir di bawah pohon rindang. di tengah tengah mereka ada beberapa cemilan dan juga 3 buah kelapa muda yang mereka beli barusan.
mereka sudah mengambil foto keluarga bertiga seperti yang mereka lakukan di setiap hari weekend.
Dari kejauhan, ada seorang pria memakai topi hitam dan masker berdiri di dekat pantai dengan kedua tangan di masukan ke saku celana terus menatap pada mereka bertiga.
Dari matanya bisa di lihat jika pria itu sedang memendam kesedihan yang mendalam. Matanya menatap nanar pada keluarga kecil Jihan yang terlihat bahagia.
" seharusnya aku yang ada di sana, mengantikan pria itu" batinnya.
" Daddy, ayok nyanyikan lagu mockingbird by Eminem" pinta Naira bersemangat.
Naira sangat suka mendengar Irfan bernyanyi untuknya atau untuk ibunya. Karena itu mereka sengaja membawa sebuah gitar di setiap weekend. Bahkan di rumah pun Naira tidak jarang meminta Irfan untuk bernyanyi.
" oke, wait minute " lalu mengambil gitar yang memang sudah mereka siapkan.
" bagaimana kalo Daddy nyanyi lagu birds of A feather?" usul Irfan.
Naira mengangguk antusias" oke Daddy"
Irfan Mulai memetik gitar, dia menatap pada jihan yang juga menatapnya. sesekali dia menatap Naira yang terlihat sangat bahagia.
" i want you to stay" ( aku ingin kau tetap disini ) Irfan Mulai bernyanyi sambil menatap Jihan dengan tatapan tulusnya.
til i'm in the grave ( sampai aku berada di liang lahat)
til i rot away, dead and buried ( sampai aku hancur dan terkubur)
til i'm in the casket you carry ( sampai aku ada di dalam peti yang kau angkat)
if you go, i'm going too, uh ( jika kau pergi, aku juga ikut)
Irfan terus menyanyikan lagu birds of A feather by Billie eilish yang menggambarkan perasaannya pada Jihan.
cause it was always you, alright ( karna itu selalu kamu, baiklah)
And if i'm turning blue, please don't save me ( dan jika kulit ku berubah biru, jangan coba selamatkan aku)
Nothing left to lose without my baby ( tidak ada lagi yang berarti tanpa dirimu)
Jihan tidak mampu menatap mata Irfan yang terus menatapnya. Tatapan tulus yang Irfan berikan bersama dengan lirik lagu yang menyedihkan membuat Jihan berpaling.
Dan saat itu dia melihat seorang pria memakai topi dan masker menatap ke arah Mereka. meskipun seluruh wajah itu di tutup, Jihan tetap mengenal siapa dia.
Itu Javier, yaa. Jihan tidak salah mengenal orang. apa lagi saat pria itu melepaskan maskernya lalu tersenyum manis pada jihan.
Jantung Jihan berdegup kencang. Kenapa Javier bisa ada disini? apa Javier mengikuti mereka?
Jihan menatap Naira yang fokus mendengarkan Irfan bernyanyi. lalu dia menatap Irfan dengan tatapan gelisah dan panik. Membuat Irfan binggung.
Irfan menaikan alisnya seolah bertanya ' ada apa?' lalu Irfan menoleh kearah pandang Jihan, pada seorang pria yang sedang tersenyum pada mereka.
Irfan menghentikan petikan gitarnya, dan otomatis dia berhenti bernyanyi.
" kenapa Daddy berhenti?" tanya Naira bingung.
Irfan menatap lembut Naira" sepertinya hujan akan turun, kita harus pulang sekarang" ujar Irfan.
Naira menatap langit biru yang terlihat sangat cerah, tidak ada tanda tanda hujan akan turun " tapi langit sangat cerah dad" ujar Naira menatap Irfan.
" tapi sebentar lagi hujan akan turun, sayang " ujar Irfan berharap Naira mengerti.
wajah Naira nampak lesu. Dia terpaksa mengiyakan dan mereka berberes untuk pulang.
Naira di gendong oleh Jihan, sedangkan Irfan membawa gitar dan tikar berserakan sampah mereka yang akan di buang di tong sampah.
" mom, itu uncle Javier" ujar Naira menunjuk kearah Javier dengan jari mungilnya.
Jihan melirik pada kearah telunjuk Naira, tepat pada Javier yang sedang mengikuti mereka. Bahkan Javier melambaikan tangannya pada Naira.
Jihan semakin panik, dia berjalan semakin dekat dan Irfan berjalan di belakang Jihan hingga mereka tiba di mobil mereka.
Jihan bernafas lega kala mobil mereka mulai berjalan. Jihan benar benar takut, dia takut moments ini di ketahui oleh ayahnya Javier dan dia pasti akan berada dalam masalah.
∆∆∆∆∆∆
Sore harinya, Jihan baru saja selesai mandi. Irfan sedang di ruang kerjanya dan Naira sedang bermain dengan baby sister barunya.
Tiba tiba bel rumah berbunyi, art yang bekerja di sana bergegas membuka pintu. lalu tidak lama art tersebut kembali bersama dengan seorang pria yang Naira kenal.
" uncle Javier" seru Naira saat melihat kehadiran Javier di rumahnya.
" hy cantik" sapa Javier tersenyum manis pada Naira.
Javier duduk di depan Naira memberikan satu paperbag pada Naira. Naira mengambilnya dengan gembira. dan langsung membukanya untuk melihat isinya.
" ini untuk Naira?" tanya Naira memastikan.
Javier mengangguk" iyaa, masa untuk mommy nya Naira "
Naira mengambil satu kotak yang berisi satu set mainan kereta api. Naira menatap penuh binar pada kota mainan tersebut.
Naira sama seperti anak anak pada umumnya. Dia selalu menyukai hadiah, apa lagi hadiah mainkan kesukaannya.
" thanks you uncle" ujar Naira memeluk Javier.
Dada Javier berdesir aneh saat Naira memeluknya. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan muncul, perasaan yang sulit di jelaskan.
Javier merasa nyaman di peluk oleh Naira, dia juga terus merindukan Naira jika tidak bertemu. Mungkin karena Naira adalah anaknya Jihan? maybe.
" kau suka?" tanya Javier
Naira mengangguk antusias " iyaa, uncle. Naira menyukainya"
" Naira, sayang" panggil Jihan yang baru tiba di bawah. Jihan mengambil Naira yang berada di dekat Javier lalu menggendongnya. Javier berdiri dia tersenyum manis pada jihan.
" hy Jihan, apa kabar?" tanya Javier basa basi.
Javier tidak mengerti, kenapa Jihan selalu terlihat panik dan gelisah jika melihatnya. Padahal Javier hanya menemuinya saja.
" untuk apa kau kesini?" tanya Jihan yang tidak ingin berbasa-basi
" memangnya tidak boleh bertemu ke rumah.... Pacar sendiri?" javier hanya mengerakkan mulut saja tanpa mengeluarkan suara saat mengatakan ' pacar sendiri '
" aku belum mengatakan nya, tapi Putri mu sangat cantik, dia sangat mirip denganmu" ujar Javier Santai.
Naira memang sangat mirip dengan Jihan. Bahkan Naira terlihat benar benar foto copy dari Jihan. Wajah Naira sama sekali tidak mirip dengan Irfan.
" karena dia putri ku" sehut Jihan.
" mommy, uncle Javier memberikan Naira mainan baru" ujar Naira antusias.
" oh! Benar kah?" tanya Jihan berpura pura terlihat senang.
Naira mengangguk " mainannya bagus banget"
" ada tamu ternyata" ujar Irfan yang baru datang " kenapa berdiri? ayok duduk" ajaknya.
Irfan mengambil Naira dari gendongan Jihan, lalu mereka berjalan ke ruang tamu untuk duduk.
" mau minum apa?" tanya Irfan pada Javier. Irfan berusaha bersikap seramah mungkin.
" istri mu pasti tahu saya ingin minum apa" jawab Javier melirik Jihan.
Jihan menghindari tatapan Javier" bi, tolong buatkan jus apel " ujar Jihan pada art nya
" Naira juga mau jus apel" sebut Naira yang sedang berada di pangkuan Irfan.
Irfan menghela nafas panjang berusaha menahan rasa panas di dadanya. Irfan tahu seberapa lama mereka berdua berhubungan dan serapan cinta mereka . Jadi maklum saja jika Jihan masih mengingat kesukaan Javier.
tapi kenapa? Irfan tetap tidak suka tentang fakta itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments