Hari ini adalah ulang tahun Naira yang ke 5 tahun. Yaa, sekarang Naira sudah genap 5 tahun. Saat ini mereka sedang merayakan acara ulang tahun Naira di rumah dengan acara seadanya saja.
Ruang tengah di hias dengan balon. Di dinding ada tulisan happy birthday jeinnaira Tavisha 4-5 .
ada kupu kupu palsu yang sengaja di gantung dengan berbagai warna untuk lebih memperindah ruangan tersebut.
Mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk Naira, setelah lagunya selesai Naira memejamkan matanya untuk berdoa lalu meniup lilinnya.
" yeeey" seru mereka.
" selamat ulang tahun, sayang" ujar Jihan mencium pipi putrinya " semoga selalu di berikan kebahagiaan dan kesehatan" ujar Jihan tulus.
" selamat ulang tahun my princess" ujar Irfan" semoga kedepannya bisa jadi anak yang lebih baik dan selalu bahagia " ujar Irfan memeluk putri kecilnya.
" terimakasih Daddy, mommy " ujar Naira memeluk kedua orangtuanya.
nero, Siska, bima dan Niko ikut mengucapkan kata selamat dan juga menyerahkan kado. Setelah itu Naira memotong kue lalu menyuapi kue tersebut pada jihan laku pada Irfan.
" niko juga mau " ujar Niko meminta kuenya.
" sayang, suapi kak Niko" ujar Jihan lembut.
Niko dan Naira hanya beda 3 bulan. tapi tetap saja mereka membiasakan Naira memanggil Niko dengan sebutan kakak. Agar lebih sopan.
Naira menyuapi Niko dan Niko menerimanya dengan senang hati. lalu mereka mengambil foto bersama, ada juga foto Niko dan Naira hanya berdua saja.
Setelah itu mereka membuka kado yang Naira dapatkan. tapi sebelum membuka kado Naira mengajukan pertanyaan yang membuat Jihan terdiam.
" apa mommy kasih hadiah yang Naira minta?"
Jihan tidak tahu harus menjawab bagaimana. Anaknya pasti akan sangat kecewa, tapi dia bisa apa? Memang Jihan tidak bisa memberikannya.
Jihan menatap Irfan meminta bantuan. Irfan yang mengerti lalu berjongkok di depan Naira memegang kedua bahu putrinya " sayang, Daddy dan mommy lagi nabung dulu uang nya buat beli Dede"
" Daddy tidak punya uang?" tanya Naira" Naira punya uang dad, Daddy bisa ambil uang Naira"
" emang Dede bayi harus di beli?" celetuk Niko binggung.
lebih binggung lagi mereka yang mendengar celetuk Niko. Bagaimana mereka bisa menjelaskannya? Bocil bocil ini ada ada saja.
" Naira, nggak mau buka kado dari kakek?" tanya Nero memasang wajah sedih " padahal kakek sudah menyiapkannya dengan penuh harapan"
" tidak kakek, aku mau membuka kado dari kakek " sehut Naira lalu mengambil kado dari Nero dan membukanya.
Mereka bernafas lega, akhirnya mereka tidak harus menjelaskan apa apa.
∆∆∆∆∆∆
" aku harus terbang ke Singapura besok" ujar Irfan Jihan.
" kenapa mendadak?" tanya Jihan.
Biasanya Irfan memberi tahunya 2 hari sebelum berangkat. tapi sekarang sudah sore dan Irfan baru memberi tahunya jika besok Irfan akan berangkat?
" aku lupa, tadi asisten ku baru memperingatkan" jawab Irfan.
" aku akan mempersiapkan baju mu, berapa lama kau disana?" tanya Jihan berdiri dari duduknya lalu berjalan ke walk in closet
" cuma 3 hari" jawab Irfan.
Jihan mengambil koper kecil berwarna hitam lalu mengisinya dengan beberapa pakaian milik Irfan. dia juga masukan barang barang yang sekiranya penting untuk lelaki itu.
Setelah itu jihan keluar lalu menghampiri Irfan yang sedang duduk di sofa yang ada di kamar mereka. Jihan duduk di samping suaminya itu.
" aku dengar dengar di sana sekarang sedang musim salju, apa aku boleh ikut?" tanya Jihan menatap Irfan berharap " Naira pasti suka melihat salju" lanjutnya.
Irfan tersenyum lalu mengangguk" aku akan lebih senang jika kalian ikut, kita bisa mengambil libur untuk menjalani liburan lebih lama Disana, itung itung sebagai hadiah ulang tahun untuk Naira "
ngomong ngomong soal hadiah untuk Naira membuat Jihan terdiam. Jihan menatap kedepan. dia berfikir apakah dia harus melakukannya? dia tidak bisa terus terusan seperti ini.
Tanpa sadar Jihan melilit ujung bajunya. Irfan yang melihat tingkah Jihan yang terlihat aneh, seperti orang sedang binggung dan bimbang membuat Irfan binggung.
" kenapa?" tanya Irfan menatap Jihan.
Jihan membalas menatap Irfan " so- soal permintaan Naira" ujar Jihan gugup " boleh kita lakukan sekarang? Aku sedang..... dalam masa subur" lanjutnya malu malu dan ragu.
Irfan menaikan alisnya menatap binggung pada Jihan. dia tidak ingin salah paham " maksudnya?" tanya Irfan memastikan.
" anu... kita bisa berusaha mulai sekarang buat kasih Naira adik" jelas Jihan menunduk karena malu. Bahkan pipinya memerah tomat.
" kau yakin?" tanya Irfan. dia tidak ingin memaksa Jihan.
Jihan mengangguk pelan tanpa menatap Irfan. dia tidak berani menatap suaminya, malu lah woi.
" Jihan, lihat aku" pinta Irfan lembut.
Jihan patuh, perlahan dia mengangkat kepalanya dan menatap suaminya. Wah! Jantung Jihan berdegup kencang karena gugup dan takut.
" kamu yakin?" tanya Irfan sekali lagi.
Jihan meneguk ludah kasar, lalu dia mengangguk" yaa, aku yakin " jawab Jihan.
Irfan tidak membuang buang waktu lagi. Dia segera menggendong Jihan ala bridal style. Lalu dia bawa ke atas ranjang dan menidurkannya secara perlahan penuh kelembutan.
lalu Irfan menindih Jihan dan detik berikutnya bibir mereka bersatu dan saling bertaut memberikan lumatan dan hisapan satu sama lain.
tangan Jihan terkalung di leher Irfan, sedangkan tangan Irfan meremas gunung Jihan yang masih berbalut baju dan bra.
Irfan berhenti sejenak, nafas mereka memburu dan mata mereka saling bertemu. " satu yang harus kamu ingat Jihan, aku Irfan bukan Javier"
Irfan tidak ingin Jihan membayangkan Javier yang berada bersamanya saat ini. dia tidak mau jihan menyebutkan nama Javier nantinya.
Jihan mengangguk faham " aku tahu" Jawabnya.
lalu bibir mereka kembali menyatu, namun tidak selembut tadi. Kali ini lebih panas dan ganas.
∆∆∆∆∆∆
Esok harinya mereka berangkat ke Singapura tepat jam sepuluh. Naira sangat antusias karena akan melihat salju. Selama hidupnya dia belum pernah melihat salju secara lansung.
Niko juga ikut, dia merengek pada orang tuanya agar mengizinkannya ikut bersama Naira. hingga akhirnya Siska dan bima mengizinkannya.
setelah kepergian mereka, Javier datang ke rumah Jihan, namun di tahan oleh satpam.
" maaf tuan, tuan Irfan tidak mengizinkan anda untuk masuk" ujar satpam tersebut.
" siapa dia berani melarang saya?" sehut Javier.
Padahal jelas jelas Irfan memiliki hak karena dia adalah tuan rumah. Dan terlebih lagi dia juga suami dari Jihan, jelas dia memiliki hak yang kuat.
" maaf tuan, tapi saya tidak bisa memberikan anda izin untuk masuk"
" berapa yang kamu butuhkan? aku akan berikan " ujar Javier mencoba untuk menyogok.
" maaf tuan, saya tidak akan melakukannya " jawab satpam itu tanpa ragu.
" 5 jt? 10 jt? Atau 15 jt?" tawar Javier yang belum menyerah.
" maaf tuan, saya tidak membutuhkannya. anda bisa pergi sekarang "
" kau mengusirku?" tanya Javier tidak percaya.
Dia baru saja di usir? Ini baru pertama kali terjadi di hidupnya. Padahal kemaren pun dia di usir oleh Jihan, tapi rasanya berbeda jika di usir oleh satpam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments