"Ayo, ikut papa, papa ingin mengajak kalian bertemu seseorang" ajak Xavier kepada kedua buah hatinya.
"Kemana? Sama mama juga nda? Kalau nda sama mama Noel nda mau" tanya bocah kecil itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Eum, Aku juga tidak mau kalau tidak sama mama" ucap Noah ikut menimpali ucapan kembarannya itu.
Xavier merasa gemas melihat kekompakan mereka berdua.
"Tentu saja sama mama," ucap Xavier dan kembar langsung beranjak dari ruang tamu dan berlari menuju kekamarnya.
"Kenapa kamu diam saja, kenapa tidak ikut siap-siap juga" tanya Xavier ketika melihat keterdiaman Divana.
"Mau ketemu siapa? Jangan bilang kamu mau menemukan mereka dengan istrimu. Aku tidak mau putraku memiliki ibu tiri" ucap Divana asal.
CTAK.....
Xavier menyentil kening Divana kesal, apa perempuannya ini hilang ingatan, baru tadi dia mengajaknya menikah dan sekarang malah menuduhnya memiliki seorang istri.
"Kenapa kau menyentil keningku hah, sakit tahu tidak" marah Divana sambil mengusap keningnya.
"Siapa suruh nuduh orang sembarangan, aku ingin mengajak kalian bertemu orang tuaku bukan bertemu istriku" ucap Xavier.
"Kenapa tidak bilang dari tadi" cicit Divana, dan beranjak dari tempat duduknya, dia pergi menyusul kedua putranya.
Drtt....
Drtt....
Ponsel Xavier berbunyi dan ternyata itu panggilan dari maminya. Xavier langsung mengangkatnya.
"Halo, iya mi" ucap Xavier.
"Kamu dimana? Kenapa belum kembali ke hotel juga, sore ini papi dan mami sudah harus pulang ke Jakarta" seru Sarah.
"Sebentar lagi aku kembali ke hotel mi" kata Xavier, kemudian langsung mematikan panggilannya, ia tidak membiarkan maminya bertanya lebih jauh, ia berniat memberikan suprise untuk mereka berdua.
"Lihatlah, papa kalah tampan dengan ku" ucap Noel menghampiri Xavier, dia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari mungilnya.
Xavier tertawa kecil melihat kenarsisan putranya, "Kamu anak papa, sudah pasti lebih tampan papa daripada kamu" ucap Xavier iseng.
Divana keluar menuju ruang tamu bersama Noel. Wanita itu terlihat cantik, membuat Xavier terpesona dengan kecantikan ibu dari anak-anaknya itu.
"Ayo" ajak Divana.
Xavier mengangguk pelan, dan mengandeng lengan Noel, mereka berempat melangkahkan kakinya keluar dari rumah, menuju ke mobil Xavier yang terparkir di depan rumah Divana.
Reza yang melihatnya pun segera keluar dari dalam mobil, dan membukakan pintu mobil untuk mereka.
"Itu siapa" tanya Noel sambil menunjuk kearah Reza.
"Itu paman Reza sayang, asisten papa" jawab Xavier dan membantu anak itu masuk kedalam mobil.
Noel manggut-manggut. "Telima kacih paman Leja" ucap Noel.
"Sama-sama tuan kecil" balas Reza dan menutup pintu mobilnya.
Noel melihat mamanya dan bertanya. "tuan kecil siapa mama" tanya Noel, dia merasa tidak familiar dengan panggilan itu.
Bocah kecil itu memang rasa keingintahuannya sangat tinggi, terkadang Divana juga pusing menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari mulut kecilnya itu.
"Tuan kecil itu panggilan untukmu sayang" beritahu Divana.
"No, Noel nda mau di panggil tuan kecil, maunya di panggil Noel aja mama" rengek bocah kecil itu.
"Berisik Noel, kamu tinggal bilang saja sama paman itu, tidak usah merengek seperti anak kecil" tegur Noah yang sudah jengah dengan kecerewetan kembarannya itu, menurutnya kembarannya itu terlalu banyak bicara.
"Noah juga macih kecil cih, memangnya Noah cudah becal" seru Noel tidak terima.
"Aku memang belum besar, tapi aku tidak merengek seperti mu" balas Noah tidak mau kalah.
"Gelut terus, lebih baik di rumah saja tidak usah pergi, pusing mama dengarnya. memang kalian tidak malu di lihatin pamannya" tegur Divana.
"No mama, kita harus pergi" pekik mereka berdua.
"Makanya diam, jangan berantem terus" tegas Divana.
Mereka berdua langsung diam tak bersuara. Akan tetapi matanya saling menatap tajam.
"Jangan kasar-kasar, mereka masih kecil" tegur Xavier yang tidak suka dengan perlakuan Divana terhadap putranya.
"Kalau tidak begitu yang ada mereka tidak mau berhenti, mereka akan terus berdebat hingga sampai ketujuan" kata Divana.
"Tidak masalah, aku malah suka melihatnya, mereka terlihat lucu jika sedang berdebat" ucap Xavier, dan mengusap kepala Noel.
Divana merotasi bola matanya malas, apakah semua bapak-bapak seperti ini, mereka akan selalu membela anaknya ketika sang istri sedang memarahinya.
Tanpa mereka sadari mobil yang di tumpangi mereka sampai di sebuah hotel dimana kedua orang tua Xavier menginap.
"Ayo turun, kita sudah sampai" ucap Xavier, dan di balas anggukan oleh Divana.
Kembar merasa takjub dengan bangunan hotel yang ada di hadapannya saat ini, maklum saja selama ini Divana tidak pernah mengajak mereka berdua pergi liburan. menurutnya daripada untuk pergi liburan lebih baik uangnya untuk memenuhi kebutuhan yang lain.
"Noah, lihat, hotelnya becal cekali" takjub Noel, dia menatap bangunan di hadapannya dengan mata berbinar.
"Iya Noel, hotelnya sangat besar" sahut Noah.
Mereka berdua melompat lompat heboh.
"Mereka belum pernah menginap di hotel" tanya Xavier ketika melihat reaksi kedua putranya.
"Belum, daripada untuk menginap di hotel lebih baik uangnya aku gunakan untuk membayar uang sekolah mereka, dan memenuhi kebutuhan mereka yang lain" ucap Divana dengan senyum yang di paksakan.
Dia selalu menuruti kemauan putranya seperti makan, dan membeli mainan, dia juga terkadang mengajak kedua buah hatinya pergi jalan-jalan tapi tidak untuk menginap di hotel. Sayang dengan uangnya, hanya untuk tidur satu malam saja dia harus menghabiskan uang ratusan ribu bahkan sampai jutaan.
Xavier menatap keduanya dengan tatapan sendu, selama ini dia hidup enak dan hampir tiap minggunya dia bolak balik menginap di hotel mewah, sementara kehidupan kedua putranya jauh dari kata itu. Xavier semakin merasa bersalah dengan kedua putranya.
"Maaf, jika aku terlalu lama menemukan kalian" ucap Xavier sendu.
"Tidak perlu minta maaf, semua terjadi bukan karena kesalahanmu, tapi semua terjadi karena kebodohanku" ucap Divana. Lagi-lagi dia menyalahkan dirinya sendiri.
Xavier menghela nafas, ia cukup kagum dengan Divana, dia mampu melaluinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Xavier membawa mereka masuk kedalam hotel untuk menemui kedua orang tuanya.
"Kita mau beltemu ciapa papa? Kenapa halus ke hotel" tanya Noel penasaran.
"Nanti kamu akan tahu sayang" jawab Xavier yang masih ingin merahasiakannya.
"Huf... Papa cangat menyebalkan, pakai lahacia-lahacia cegala" gerutu Noel.
"Eum" sahut Noah sambil mengikuti langkah papanya masuk kedalam lift dan naik keatas.
Ting
Mereka keluar dari lift dan melangkahkan kakinya menuju kekamar orang tua Xavier.
Dia mengetuk pintu kamar orang tuanya.
Tok
Tok
Tok
Ceklek.....
Pintu di buka oleh Justin.
"Kenapa sendiri? dimana mereka? jangan bilang kamu gagal menemukannya. Kalau begitu kamu tidak usah ikut pulang ke Jakarta, kamu tetap di sini mencari mereka" cerocos Justin.
Xavier menghela nafas panjang, mami sama papinya berbeda, tadi maminya menyuruh dia kembali, sementara papinya melarang dia kembali.
"Kenapa kakek malah-malahin papanya Noel" seru Noel tidak terima mendengar papanya di marahin oleh Justin, sehingga dia keluar dari persembunyiannya untuk membela sang papa.
"Maaf kalau putra saya tidak sopan tuan" ucap Divana sambil menarik lengan Noel dan membawanya pergi dari hadapan mereka.
Justin terkesiap melihat bocah kecil yang memarahinya.
"Siapa anak laki-laki itu Vier? kenapa dia memarahi ku" tanya Justin bingung.
"Dia anakku" jawab Xavier malas.
"Papa?" Otak Justin tiba-tiba lemot.
"Iya pi, dia putraku" jawab Xavier.
"APA? KAMU BERHASIL MENEMUKANNYA BOY" pekik Justin heboh.
Dari dalam keluarlah Sarah yang merasa terganggu dengan teriakan suaminya.
"Ada apa? kenapa kalian lama sekali" tanya Sarah kesal.
"Xavier berhasil menemukan cucu kita sayang" ucap Justin dengan bibir mengembang.
"Mana pi, mana cucu mami" tanya Sarah tak kalah heboh.
"Twins, keluarlah" panggil Xavier.
Divana membawa kedua putranya keluar dari persembunyian. Noel yang merasa takut bersembunyi di balik tubuh kembarannya.
"Noah meleka ciapa? Kenapa tadi kakek itu memalahi papa?" Bisik Noel sambil mengintip Justin dan Sarah.
Membuat mereka berdua gemas melihat tingkah bocah kecil itu.
"Twins, kenalin ini kakek dan nenek kalian. Mereka orang tua papi" jelas Xavier.
Mereka diam dan menatap sang mama, Divana yang paham pun menganggukkan kepalanya.
"Apa kalian benar kakek dan nenek kami" tanya Noah sambil menatap kearah Justin dan Sarah secara bergantian.
"Benar sayang, kami berdua orang tua papamu" jawab Sarah sambil mengusap lembut kepala Noah.
Noel masih bersembunyi di belakang Noah, dia sesekali melongokkan kepalanya.
"Hei, kenapa kamu bersembunyi, jangan takut kami tidak akan memakanmu" ucap Sarah.
Bibir Noel melengkung kebawah dan matanya terlihat sudah berkaca kaca.
"Huaaa..... Mama Noel takut" tangis Noel pecah karena takut melihat Sarah, dia tidak seberani tadi saat memarahi Justin.
Xavier dengan sigap langsung mengangkat tubuh putranya dan menggendongnya. "Jangan di gitu mi, takut dianya" ucap Xavier sambil mengusap usap punggung putranya.
"Noel memang cengeng nek, dia takut sama orang baru" bisik Noah membuat Sarah tertawa kecil.
"Sudah ayo masuk, kita ngobrol di dalam saja" ajak Justin.
Sarah mengangguk setuju, dan mengalihkan pandangannya kearah Divana. "Nama kamu siapa?" Tanya Sarah lembut.
"Nama saya Divana nyonya, kalau nama mereka Noel dan Noah" Ucap Divana memperkenalkan dirinya dan juga kedua putranya.
"Jangan panggil nyonya, panggil mami saja sama seperti Xavier. Sebentar lagi kamu juga akan menjadi istrinya Xavier" ucap Sarah tersenyum.
Rasa takutnya tiba-tiba menguap melihat respon orang tua Xavier, Divana jadi terharu, padahal dia tadi sempat berpikiran buruk tentang orang tua Xavier.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Yessi Kalila
akhirnya ketemu camer...
2025-04-09
0