BAB 10

Xavier sudah membuka matanya, kini di ruangan kerja pria itu ada tiga orang yang sedang duduk saling berhadapan. Justin menatap putranya tajam.

"Katakan! Apa yang sudah kau lakukan di luar sana Vier" tanya Justin penuh selidik.

"Aku tidak melakukan apapun pi, dokter David hanya bicara omong kosong, tidak mungkin aku mengalami sindrom itu, aku yakin hanya masuk angin biasa" jawab Xavier mencoba meyakinkan papinya. Tapi meskipun begitu

Justin lebih percaya dengan ucapan dokter David daripada ucapan putranya sendiri, dokter David tidak mungkin salah diagnosa.

"Mulut mu mungkin bisa berkata seperti itu, tapi tidak dengan matamu Vier, papi bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi" tegas Justin.

Justin sudah bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter, jadi dia tahu mana orang yang bicara jujur dan mana orang yang berbohong.

Xavier semakin tersudut, ia terlihat semakin gugup. Melihat hal itu membuat Justin semakin yakin kalau anaknya memang berbohong.

"Bukan aku yang salah, tapi wanita itu yang salah, dia yang datang sendiri padaku dan menawarkan tubuhnya. Aku pria normal Pi, mana bisa aku menolak penawaran itu" akhirnya Xavier berkata yang sebenarnya.

"Itu artinya kamu benar menghamili anak orang?" terlihat ada kekecewaan dari wajah Sarah. Ia tak menyangka putranya yang ia asuh dari bayi tumbuh menjadi pria bejad seperti ini.

"Terlepas dari siapapun yang mulai, kau sebagai pria tak seharusnya menerima penawaran itu Vier. Apalagi penawaran dari wanita malam" mendengar dari cerita anaknya Sarah menyimpulkan kalau wanita yang di tiduri anaknya itu wanita tidak benar. Sebab, tidak ada wanita baik yang menawarkan tubuhnya kepada seorang pria.

Xavier beranjak dari tempat duduk dan berlutut di depan sang mami. Hatinya terasa sakit ketika melihat raut wajah kecewa dari maminya.

"Aku mengaku salah mi, tidak seharusnya aku menerima penawaran itu. Tapi wanita itu bukan wanita nakal mi, aku orang pertama yang menyentuhnya" ungkap Xavier.

Sarah semakin tidak mengerti dengan permasalahan ini, penawaran, orang pertama, dia mengurut keningnya pusing.

Justin sendang mencoba mencerna ucapan putranya, menawarkan diri? Apa maksudnya?.

"Penawaran apa yang dia berikan kepadamu sampai kau tidak bisa menolaknya hah?" Tanya Justin penasaran.

Xavier hanya diam, tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, bisa jatuh harga dirinya dihadapan orang tuanya.

"Cari wanita itu sampai dapat, jangan pernah bicara sama mami sebelum kamu mendapatkanya" tegas Sarah.

Sarah beranjak dari tempat duduknya mengajak suaminya pergi dari kantor putranya.

"Ayo pi kita pulang" terlalu lama berada di kantor putranya semakin membuatnya emosi.

Justin bangkit berdiri menyusul istrinya, tanpa menoleh sedikit pun mereka pergi meninggalkan perusahaan

Xavier mengusap wajahnya kasar dan menghubungi Reza asistennya.

"Keruanganku sekarang" perintah Xavier dan mematikan panggilannya.

Xavier menyandarkan tubuhnya di sofa, kepalanya yang pusing semakin pusing dengan semua permasalahan yang ada, ia tak menyangkan akan menjadi seperti ini.

"Ada apa tuan" tanya Reza ketika sudah berada diruangan Xavier.

"Cari keberadaan wanita itu sampai dapat, lakukan dengan cepat sebelum orang tuaku menemukannya" perintah Xavier.

"Baik tuan" Reza bak prajurit yang selalu patuh dengan perintah atasannya, dia selalu siap apapun yang di perintahkan Xavier.

*****

Malam hari Xavier baru pulang dari kantornya, dengan langkah gontai lelaki itu masuk kedalam Mansion.

Malam ini terasa berbeda suasana di Mansionnya, tidak ada sambutan dan tidak ada sapaan dari kedua orang tuanya, sikap mereka berbeda dari hari biasanya. Biasanya saat pulang dia akan di sambut oleh maminya, dan maminya itu akan bertanya sudah makan atau belum, tapi malam ini tidak ada sambutan seperti itu.

Xavier menatap kesekeliling mencari keberadaan orang tuanya tapi tidak ada, biasanya jam segini orang tuanya masih berada di ruang keluarga sembari menunggu kepulangannya, tapi malam ini tidak ada  sepertinya kedua orang tuanya sudah tidur.

Dia akhirnya memutuskan naik kelantai atas menuju ke kamarnya.

Ceklek....

Xavier membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampunya, dia melepas dasinya yang terasa mencekik lehernya dan membuka kemejanya. Usai itu dia masuk kedalam kamar mandi untuk mendinginkan pikirannya yang terasa panas karena memikirkan masalahnya.

Tiga puluh menit berlalu barulah xavier keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah segar, kemudian dia masuk kedalam kamar ganti untuk mengambil pakaiannya.

Usai mengenakan bajunya Xavier melangkah kearah ranjang dan merebahkan tubuhnya.

Krukkk.....

Suara perut Xavier karena lapar, sejak siang dia belum makan apapaun, dia tidak nafsu makan.

Xavier memilih memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa laparnya, dia malas kebawah untuk makan, rasanya akan tidak enak ketika sedang ada masalah.

Pagi hari Justin dan sang istri sudah berada di ruang makan, sudah pukul tujuh lebih tapi putranya itu tidak kunjung keluar.

"Xavier kemana pi? Kenapa jam segini belum keluar kamar juga"Sarah khawatir.

Walaupun dia masih merasa kecewa dengan sang anak, tapi dia sebagai ibu tetap mengkhawatirkan putranya, apalagi saat ini putra sedang mengalami sindrom Couvade.

"Aku tidak tahu mi, kamu lihat saja ke kamarnya" saran Justin.

"Tidak mau, kamu saja aku malas" tolak Sarah.

Justin menghela nafas sabar, dia pun mengalah dan pergi menuju kekamar sang putra.

Tok

Tok

Tok

"Vier, bangun, sudah siang ini" teriak Justin dari luar kamar, akan tetapi tidak ada sahutan dari dalam.

Justin mencoba memanggil putranya kembali, tetapi tetap saja tidak ada sahutan dari putranya.

Dia yang merasa khawatir akhirnya mencoba membuka pintu kamar putranya.

Klek...

"Tidak di kunci" lirih Justin dan masuk kedalam kamar.Terlihat Xavier masih terlelap dibawah selimut tebalnya, dia pun mendekat kearah ranjang dan membangunkan putranya.

"Bangun Vier" ucap Justin seraya menepuk pipi putranya.

"Eugh.... " Xavier melenguh.

"Ada apa pi" tanya Xavier sembari mengucek matanya.

"Bangun sudah siang, memangnya kamu tidak bekerja?" tanya Justin.

Tiba-tiba Xavier merasakan perutnya bergejolak, perutnya terasa mual.

Dia menyingkap selimutnya dan bergegas berlari menuju ke kamar mandi.

Huweek....

Huwekk....

Terdengar Xavier yang sedang muntah dari kamar mandi, Justin menggelengkan kepalanya melihat penderitaan putranya. Didalam hatinya dia merasa beruntung, dulu saat istrinya hamil dia tidak mengalami mual seperti putranya.

Sementara di dalam kamar mandi tubuh Xavier terasa lemas, pandangannya berkunang-kunang dan tiba-tiba menggelap.

Brugh...

Xavier jatuh tak sadarkan diri didalam kamar mandi.

Justin menyusul putranya kekamar mandi karena tidak lagi terdengar suara putranya.

"XAVIER" pekik Justin ketika melihat putranya pingsan di kamar mandi.

Tanpa banyak berpikir Justin langsung mengangkat tubuh putranya dan merebahkannya diatas ranjang.

Dia menghubungi David, Sarah yang menunggu suaminya tidak kunjung kembali pun akhirnya menyusul suaminya ke kamar putranya.

"Ada apa? Kenapa kamu lama sekali" cerocos Sarah tanpa melihat keadaan sang putra.

"Xavier pingsan" jawab Justin membuat Sarah terkejut.

"Bagaimana bisa" tanya Sarah khawatir.

"Tidak tahu sayang, tadi dia muntah terus aku lihat dia sudah terbaring di lantai, mungkin dia dehidrasi" terang Justin.

Selang berapa lama David datang dan masuk kedalam kamar Xavier.

"Ada apa lagi" tanya David kesal, baru juga sampai rumah sahabatnya itu menghubunginya dan memintanya datang kemansionnya.

"Dia pingsan" tunjuk Justin kearah sang anak.

David memeriksa keadaan Xavier.

"Dia dehidrasi, dia juga sepertinya tidak makan dari kemarin" ungkap David. "Aku akan menginfusnya" lanjut David dan memasang infus di lengan Xavier.

"Tapi tidak apa-apa kan" khawatir Sarah.

"Tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi dia akan sadar" jawab David dan pamit.

Tak lama Xavier membuka matanya. Dia menatap sekitar dan melihat kedua orang tuanya yang sedang menatapnya.

"Hikss... Hikss... Maaf mi, aku janji akan cari gadis itu, tapi aku mohon jangan diamkan aku seperti ini" tiba-tiba Xavier menangis meminta maaf kepada maminya.

Justin menahan tawa melihat kelakuan putranya itu.

"Mami maafkan, tapi jangan nakal lagi, dan janji cari gadis itu sampai ketemu" ucap Sarah merasa tidak tega melihat putranya memohon seperti ini, akhirnya dia memutuskan untuk memaafkan putranya.

"Iya mi, aku janji, hikss... " jawab Xavier sembari mengangguk seperti anak kecil.

Justin yang sudah tidak tahan akhirnya tertawa.

Hahahaha.....

"Papi kenapa tertawa hikss... " kesal Xavier melihat Justin menertawakannya.

"Kamu ini kenapa seperti anak kecil" ucap Justin meledek putranya.

Xavier merajuk lalu memeluk perut maminya  dia menduselkan wajahnya di perut sang mami. Sarah mengusap kepala putranya sayang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!