Kini Divana sudah berdiri di depan kamar Laure, dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, sama-samar dia mendengar suara orang yang sedang bercinta.
"Ini benar kan kamarnya Laure, tapi kenapa ada suara aneh seperti ini? Sedang apa dia didalam?" gumam Divana yang masih awam tentang s*x.
Dia yang penasaran menempelkan telinganya ke pintu, dan menajamkan pendengarannya, ia ingin memastikan apa yang sedang terjadi didalam sana.
"Tidak mungkin suara itu" ucap Divana dengan bibir bergetar, dia mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Suara itu seperti suara Samuel kekasihnya.
Divana memberanikan diri mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu, ia ingin memastikan pemilik suara itu.
"Akhhh.... Ini nikmat sekali baby" Samuel terus mengerang menikmati permainan Lauren di bawah sana.
Lauren dengan semangat mengulum milik Samuel selayaknya makan es krim, ia menggerakkan wajahnya maju mundur.
"Aku sudah tidak tahan baby"
Samuel langsung mencabut miliknya dari mulut Lauren. Di baliknya tubuh wanita itu hingga membelakanginya, Cristin sedikit membungkukan tubuhnya sembari berpegangan pada pintu.
Dari arah belakang Samuel dengan perlahan memasukkan miliknya kedalam bagian inti Lauren.
Blesss.....
"Akh... " pekik mereka berdua.
Saking asiknya bercinta, mereka sampai tidak menyadari kalau sejak tadi ada sepasang mata yang sedang mengintipnya, tapi memang poisi Divana tidak terlihat sehingga mereka tidak mengetahuinya.
Tangan Divana mengepal erat, dia bisa melihat apa yang sedang di lakukan Kekasihnya dengan sahabatnya di dalam sana.
Air mata Divana mengalir begitu saja, hatinya serasa hancur berkeping-keping. Sungguh dia tidak menyangka kalau kekasih dan sahabatnya tega menghianatinya, padahal selama ini ia begitu tulus menyayangi mereka.
Mata Divana masih tidak lepas dari sosok kedua manusia yang sedang sibuk bercinta di dalam sana, malam yang seharusnya di rayakan bersamanya justru kekasihnya habisnya dengan orang lain. Ingin rasanya Divana mendobrak pintunya dan memakinya. Tetapi Divana sadar kalau tindakannya itu justru akan mempermalukan dirinya sendiri.
Divana menghapus air matanya dengan kasar, ia menatap kekasihnya yang sedang asik bercinta, kalau begini caranya ia pun bisa melakukannya dengan orang lain, percuma saja selama ini ia menjaga kesuciannya tapi dengan kejam kekasihnya itu malah menghianatinya.
Apa alasan kekasihnya itu menghianatinya? Apa karena dia tidak mau di sentuh sehingga kekasihnya itu lebih memilih wanita lain daripada dirinya? Atau memang kekasihnya sudah tidak mencintainya lagi? Entahlah Divana pusing memikirkannya.
Dia melangkah pergi dari sana karena tidak mau ada seseorang yang melihatnya.
Divana yang bekerja di salah satu perusahaan ternama yang ada di kota itu dengan gaji yang fantastis, bahkan penghasilannya tak jauh berbeda dengan Samuel.
Dia pergi dari rumahnya karena kedua orang tuanya tidak menyukai hubungannya dengan Samuel, kedua orang tuanya menilai kalau pria itu tidak baik untuk putrinya. Namun, Divana yang sudah mencintai Samuel lebih memilih meninggalkan keluarga dan memilih kekasihnya itu
Tapi dengan tidak tahu dirinya, Samuel yang sudah ia bela mati-matian, bahkan ia rela mengorbankan keluarganya demi memilihnya, tetapi kekasihnya itu justru menghianatinya. Andai, Divana tahu kalau kejadiannya akan seperti ini pasti dia akan lebih memilih meninggalkan pria itu dan mendengarkan kemauan orang tuanya.
****
"Ayo pulang Za, kepalaku pusing sekali" ajak Xavier yang tidak tahu kenapa tiba-tiba kepalanya terasa pusing.
"Tapi acaranya belum selesai tuan" sahut Reza mengingatkan.
"Biarkan saja, yang penting kita sudah datang kemari" kata Xavier
Reza mengangguk patuh, kemudian mereka berdua beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan acara tersebut, sebelum itu Xavier menyempatkan diri berpamitan dengan tuan Vino dan juga yang lain.
Saat tiba di lobi Xavier tidak sengaja menabrak seorang perempuan.
Brugh...
"Awww.... " teriak orang itu sembari menutup matanya.
Xavier bingung, sebab. Tidak terjadi sesuatu dengan wanita itu tapi kenapa wanita itu berteriak.
"Anda kenapa" tanya Xavier sembari menatap wajah wanita itu.
Dengan perlahan wanita itu membuka matanya, ia memegang kepalanya ternyata tidak terasa apa-apa, ia mengira kalau dia akan jatuh dan terbentur lantai tapi ternyata tidak.
"Eh, maaf tuan" malu Wanita itu yang tak lain adalah Divana, ia tidak memperhatikan jalan sehingga menabrak seseorang.
Xavier tidak menyahut, lelaki itu masih setia merangkul pinggul wanita itu, keduanya tidak ada jarak, tatapan matanya saling terkunci satu sama lain, Xavier tertegun melihat mata wanita itu yang basah. Apa yang terjadi padanya, kenapa dia menangis? Tapi Xavier buru-buru menepis pemikiran itu.
"Kalau jalan pakai mata" ucap Xavier dan melepaskan rangkulannya di pinggul Divana.
"Maaf tuan, mataku terhalang air mata jadi tidak melihat anda" Divana beralasan, wanita itu mengerucutkan bibirnya sebal sembari menghapus air matanya.
Xavier fokus menatap bibir mungil wanita itu, "bibirnya lucu sekali" batinnya.
"Tua ayo" Reza menyadarkan Xavier.
Xavier mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju ke mobil. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba suara Divana menghentikannya
"Tuan tunggu" panggil Divana.
"Ada apa?" Tanya Xavier menoleh menatap Divana.
"Maukah tuan bermalam dengan ku? Saya janji akan membayarmu tuan, saya butuh seseorang untuk menemaniku malam ini" ucap Divana.
Gila, Divana benar-benar gila rasa kecewanya menutupi akal sehatnya, ia rela membayar pria asing untuk menemaninya. Apakah wanita itu tidak takut terjadi sesuatu dengannya? Sementara mereka belum pernah mengenal satu sama lain.
Xavier terkesiap dengan penawaran yang di berikan wanita itu, ia membalikkan tubuhnya dan keduanya saling berhadapan.
"Hanya menemani?" Tanya Xavier tidak mengerti.
Divana menatap wajah Xavier lekat, wajahnya yang hampir sempurna membuat dia semakin yakin ingin menghabiskan malam bersama lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
"Tidak, aku ingin anda menjadi pemuas nafsuku malam ini" jawab Divana.
Xavier terkejut, matanya menatap Divana dengan Tajam, baru kali ini ada seorang wanita yang berani membayar dirinya, apa wajahnya mirip seperti gigolo sehingga wanita itu berani menyewanya? Xavier benar-benar tidak habis pikir dengan wanita itu.
"Jangn asal bicara nona, kita tidak saling kenal, dan saya juga bukan seorang gigolo" ucap Xavier tampak tidak senang dengan penawaran Divana.
"Sebab itu saya menawarkan hal ini pada anda, bermalam lah dengan saya dan setelah itu anda bisa pergi, saya akan membayar anda dengan harga tinggi, bagaimana?" Tanya Divana.
"Tapi saya bukan gigol* nona"
"Maka dari itu jadilah gig*lo untuk malam ini saja, biar anda bisa merasakan bagaimana rasanya jadi gig*lo, saya akan membayarmu lima puluh juta" ucap Divana asal.
Hampir saja Reza keselek dengan air ludahnya sendiri, wanita ini benar-benar gila, apa wanita itu tidak tahu kalau dia sedang berhadapan dengan Xavier Zibrano.
"Ambil aja tawarannya tuan, anda tidak akn rugi bermalam dengan wanita cantik ini, tidak hanya uang yang anda dapatkan, anda juga mendapatkan kenikmatan" ceplos Reza.
Xavier langsung menatap tajam asistennya itu.
"Bulan ini gajimu saya potong" ancam Xavier.
"Ayolah tuan, siapa tahu wanita ini jodoh anda" ucap Reza tidak takut dengan ancaman Xavier.
Bos nya itu terlalu lempeng, tidak ada salahnya belok dikit bukan pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments