Lima tahun kemudian
Didalam ruangan CEO terlihat seorang asisten yang sedang di marahi oleh atasannya. Sudah lima tahun Reza sang asisten belum juga menemukan keberadaan Divana.
"Sudah lima tahun Za, lima tahun. Dan sampai kamu masih belum bisa menemukan gadis itu, memangnya apa yang selama ini kamu lakukan hah? Mencari satu orang wanita saja kamu tidak becus" maki Xavier.
Hanya berbekal nama saja tanpa foto tentu sangat mustahil bagi Reza untuk dapat menemukan keberadaan gadis itu, tidak hanya satu nama Divana di dunia ini, banyak orang lain yang juga menggunakan nama tersebut.
Waktu itu Reza sudah mencoba meminta rekaman CCTV di kedua hotel itu, tapi naas. Rekaman itu hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Entah siapa yang menghapusnya masih menjadi misteri.
"Didunia ini banyak yang menggunakan nama Divana tuan, saya kesulitan menemukannya" Reza membela diri. "Andai saat itu anda memotretnya, pasti saya sudah bisa menemukan gadis itu" imbuhnya.
"Arggghhhh..... Sial" umpat Xavier kesal. Mana sempat kepikiran mengambil gambar, yang ada ia keburu nafsu melihat tubuh telanjang gadis itu di hadapannya.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan gadis itu tuan" ucap Reza.
"Lupakan saja" ucap Xavier.
"Maksud anda tuan? Kita akan menghentikan pencarian gadis itu" tanya Reza.
"Iya hentikan saja" jawab Xavier yang sudah merasa putus asa mencari keberadaan Divana, lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi Xavier, dia berusaha mencari keberadaan gadis itu, tapi sampai sekarang usahanya masih belum membuahkan hasil.
"Anda yakin tuan" Reza memastikan keputusan atasannya.
"Jangan banyak tanya Reza, kau membuat kepala ku pusing" kesal Xavier.
Reza menghela nafas sabar, sejak datang ke perusahaan atasannya ini sudah marah-marah, seperti wanita yang sedang PMS.
"Bagaimana untuk acara pembukaan hotel besok Za? Sudah siap semua belum?" tanya Xavier setelah mampu meredakan emosinya.
"Sudah tuan, kita tinggal berangkat saja, saya sudah menyiapkan pesawat anda untuk besok ke pulau Bali" kata Reza.
"Baguslah, kalau begitu, kamu bisa keluar sekarang" ucap Xavier.
Reza pun pamit pergi dari ruangan Sean.
Besok merupakan hari pembukaan salah satu hotel baru milik perusahaan Zibrano di pulau Bali, semua keluar Zibrano akan terbang kebali untuk menghadiri acara tersebut.
*****
Mentari terbit menyinari bumi, membangunkan seorang wanita cantik yang sedang terlelap dengan kedua putranya. Wanita itu membuka matanya dan melihat kedua putranya yang masih terlelap.
Divana menyingkap selimutnya dan turun dari ranjangnya, ia berjalan kedapur membuat sarapan untuk kedua anaknya.
Usai membuat sarapan Divana masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Tiga puluh menit berlalu, Divana keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan yang sudah berpakaian. Setelah itu barulah ia membangunkan kedua putranya.
"Noah, Noel... . Ayo bangun sayang sudah pagi, katanya kalian mau jalan-jalan kepantai hmm" ucap Naura lembut sembari menepuk pipi kedua putranya pelan.
"Lima menit lagi mama, Naoel macih ngantuk" sahut si kecil Noel yang masih cadel sambil memejamkan matanya.
Berbeda dengan si sulung Noah, dia langsung membuka matanya tanpa drama apapun.
"Jam berapa ma" tanya Noah sambil mengucek matanya.
"Sudah jam tujuh, ayo bangun katanya mau jalan-jalan ke pantai" kata Divana.
Noah mengangguk dan kemudian beranjak duduk. Ia menoleh pada kembarannya yang masih terlelap.
"Ayo ma, Noel tinggal aja tidak usah di ajak, biarin dia di rumah sendirian, biar di culik hantu" ucap Noah menakuti kembarannya, membuat Noel langsung membuka matanya
"Ikut ma, Noel nda mau di lumah cendilian takut di culik hantu" pekik Noel dan mendudukan tubuhnya
"Makanya bangun, dasar pemalas" cibir Noah membuat Noel menatap sebal pada kembarannya itu.
Divana menggelengkan kepalanya melihat perdebatan anak kembarnya itu. Meskipun mereka kembar mereka memiliki sifat yang berbeda, Noah memiliki sifat yang pendiam dan juga pemberani, sementara si kecil Noel dia cenderung manja, cengeng dan juga cerewet.
Lima tahun sudah terlewati begitu cepat oleh Divana, dia masih tetap setia tinggal di pulau Bali. Hanya dia tidak tinggal di rumahnya yang dulu, ia tidak mau kedua putranya di hina oleh tetangganya yang ada di sana, ia memilih pindah demi menjaga mental sang buah hati.
Noah dan Noel tumbuh dengan baik, meskipun tidak memiliki ayah tapi mereka tidak kekurangan kasih sayang sedikit pun, karena Divana selalu ada untuk mereka. Dia tidak hanya berperan sebagai ibu, ia juga berperan sebagai ayah.
Beberapa kali kedua putranya itu menanyakan tentang sosok ayahnya, tapi Divana mencoba memberi pengertian kepada mereka dan bersyukur mereka pun mengerti, hingga sekarang mereka tidak lagi bertanya mengenai ayahnya lagi.
Kini mereka bertiga sudah duduk di meja makan, mereka makan dengan tenang tapi tidak dengan si kecil Noel, , mulutnya terus mengoceh di sela-sela makannya.
"Ayam golengna enak, Noel cuka, tapi Noel bocan makan ayam telus" celoteh Noel.
Keuangan Divana yang cukup baik membuat wanita itu bisa memberikan makanan sesuai yang putranya inginkan.
"Berisik Noel, makan yang tenang jangan banyak bicara" tegur Noah.
"Ih bialin, mulut-mulutna Noel kok, kenapa Noah yang lepot" seru Noel tidak terima.
"Biarin Noel, bukan bialin" ledek Noah kepada kembarannya.
"Bukan calahku, calahin lidahnya Noel yang keplecet" balas Noel tidak mau kalah.
"Ribut terus, mama ada pisau nih, mau tidak?" sela Divana yang sudah jengah dengan perdebatan mereka berdua.
Mereka menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan makannya dengan tenang. Setelah selesai makan mereka bersiap-siap pergi ke pantai.
"Sudah siap" tanya Divana yang duduk di bangku kemudi.
"Siap mama, Let's go...... " teriak Noel semangat.
Divana melanjukan mobilnya menuju ke salah satu pantai yang ada di pulau Bali.
Bali terkenal akan keindahan alamnya yang bervariasi, keindahan alam ini di dukung oleh keunikan budaya Bali yang sangat erat dengan Agama hindu, banyak wisatawan manca negara yang tertarik datang ke pulau tersebut untuk melihat keindahan alamnya dan juga menyaksikan budaya Bali yang unik.
Divana memarkirkan mobilnya, dan membantu kedua buah hatinya untuk turun.
"Wow, ini cangat celu cekali. cepat Noah, kita buat ictana pacil" seru Noel semangat.
Dia langsung berlari kencang menuju ke pantai. Divana menggelengkan kepalanya melihat tingkah si kecil Noel, putranya itu sangat aktif sekali.
"Ck, seperti tidak pernah ke pantai saja" cibir Noah yang berjalan sembari menggandeng lengan mamanya.
"Tidak boleh begitu sayang, mungkin adikmu merasa bahagia karena akhirnya kita bisa jalan-jalan lagi" tegur Divana.
Karena kesibukannya, Divana jarang mengajak putranya jalan-jalan, sebab, dia harus mencari uang untuk kebutuhan mereka, tidak hanya untuk makan saja tapi untuk sekolah juga, Divana harus memikirkan itu semua seorang diri.
Brughh......
Karena tidak memperhatikan jalan, tak sengaja Noel menabrak seseorang.
"Maaf, Noel nda cengaja" ucap Noel dengan mata yang berkaca-kaca karena takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments