Arka tak habis pikir mengingat kembali peristiwa yang baru saja dilaluinya, bagaimana bisa batu-batu zato itu menghilang dari tempatnya? Pasti ada yang mengambilnya, begitulah yang ada di dalam pikirannya saat ini. Tapi siapa? Dan apa maksudnya? Semua pertanyaan itu mengiang di dalam kepalanya, hingga akhirnya ia membicarakan hal itu dengan ayahnya, Bei Rangga.
“Ayah,” kata Arka kepada Ayahnya, Bei Rangga. “Apakah Ayah juga berpikir seperti apa yang aku pikirkan?” tanya Arka kemudian.
“Mengenai hilangnya batu-batu Zato itu?” jawab Bei Rangga singkat.
“Iya,” lanjut Arka, “Aku Yakin pasti ada yang sudah mengambilnya.” Jelas Arka
“Iya, aku juga juga berpikir seperti itu,” Bei Rangga terdiam sejenak, “tapi siapa?” lanjutnya.
“Arka,” panggil Bei Rangga, “coba kamu ingat kembali, “ Bei Rangga terhenti sejenak, “waktu Bei Tama menghadapi amukan badai petir itu.” Kata Bei Rangga seperti memberikan waktu kepada Arka untuk kembali mengingat peristiwa di pondok jaga utara pada malam itu.
“Iya, Ayah, kenapa?” Tanya Arka
“Dan coba kamu ingat kembali saat Nyi Lirah berkomunikasi dengan Bei Tama melalui Mayaru!” lanjut Bei Rangga. “Apakah Nyi Lirah tidak menangkap sesuatu yang ganjil?” tanya Bei Rangga kemudian.
“Sesuatu yang ganjil?” guman Arka.
“Iya, Ayah sudah berteman lama dengan Bei Tama, dan Ayah yakin untuk menghadapi serangan badai petir seperti yang terjadi di pondok jaga utara itu bukanlah sesuatu yang sulit baginya,” Bei Ranga terhenti sejenak. Arka nampak mendengarkan dengan seksama.
“Tapi, jika kemudian Bei Tama menghilang, “ Bei Rangga terdiam sesaat, “Atau setidaknya sampai saat ini keberdaannya tidak diketahui, itu yang menimbulkan pertanyaan.” Kata Bai Rangga.
Arka masih terdiam mendengarkan penjelasan ayahnya, ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh ayahnya kemudian.
“Seandainya ia sengaja menghilangkan jejaknya sendiri,” Bei Rangga mencoba menerka-nerka, “dan mengambil semua batu Zato yang ada di sana, hmm.. “ Bei Rangga tidak meneruskan ucapannya.
Arka yang sedari tadi mendengarkan dengan seksama, mencoba menimpai ucapan ayahnya.
“Iya Ayah, seandainya semua itu adalah rekayasa Bei Tama?, “ Arka nampak ragu meneruskan ucapannya.
“Ayah tidak berpikir sampai ke arah sana, Arka.” Kata Bei Rangga menyanggah pendapat Arka.
“Tapi apakah kamu menemukan petunjuk lain selain dari batu Zato itu Arka?” tanya Bei Rangga.
“Ehmm.. tidak Yah,.. tapi,” Arka berhenti sejenak, Bei Tama nampak mengerutkan dahinya, ia menunggu kelanjutan kalimat Arka.
“Tapi kami membawa beberapa bunga Sambutara.” Jawab Arka ragu-ragu.
“Bunga Sambutara?” Tanya Bei Rangga nampak heran. Kemudian Arka menceritakan perihal idenya membawa bunga Sambutara itu kepada Nyi Lirah sampai akhirnya mereka mendapat pesan khusus dari Nyi Lirah yang mengatakan bahwa kehadiran gadis tanpa nama itu akan membawa perubahan besar bagi dunia Loka Pralaya, terutama bagi klan Lontara. Bei Arka mendengarkan semua cerita Arka dengan penuh perhatian, dirinya seperti mendapat pentunjuk baru mengenai kasus itu. Namun sepertinya ia ragu terhadap prediksinya sendiri. Kemudian ia kembali berkata kepada Arka.
“Oh, begitu, “ Bei Rangga berhenti sesaat, “setahuku bunga Sambutara memang menyimpan energi juga, namun dia tidak memberikan informasi yang kita butukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi,” kata Bei Rangga, “hanya batu Zatolah yang bisa menyimpan memori terhadap peristiwa yang terjadi di sekelilingnya.” Kata Bei Rangga.
“Tapi, mungkin ada gunanya juga bunga-bunga itu, siapa tahu.” Kata Bei Rangga kemudian.
“Iya Yah.” Jawab Arka singkat. “Tapi apakah Ayah tidak curiga dengan Bei Tama?” kata Arka seperti berbisik. “Bagaimana jika Bei Tama sengaja menghilang, kemudian mengambil semua batu Zato itu, untuk menghilangkan jejak?” lanjut Arka.
“Itu tidak mungkin, Arka,” jawab Bei Rangga, “apa motifnya Bei Tama melakukan hal itu?” kata Bei Rangga seperti memberi pertanyaan kepada Arka.
Arka tertegun mendegar jawaban ayahnya, ia mulai meragukan argumentasinya sendiri, tapi ia masih saja mencoba mencari titik terang dari kasus itu.
“Jika Bei Tama tidak melakukan hal itu, berarti ada orang lain yang terlibat.” Kata Arka seperti berguman kepada dirinya sendiri. “Tapi,... siapa ya?” lanjutnya.
“Ayah juga sedang meraba-raba, seandainya ada pihak lain yang bermain di sini, “ Bei Rangga kembali terhenti sesaat, “ia bukanlah sosok sembarangan, sebab Bei Tama adalah ksatria tangguh di Klan kita, tak semudah itu dikalahkan oleh orang lain.” Kata Bei Rangga menguatkan argumentasinya sendiri.
“Ayah,” kata Arka seperti ingin mengalihkan pembicaraan.
“Iya.” Jawab Bei Rangga singkat.
“Ada hal yang mengusik pikiran Arka selama ini,” Arka menghentikan ucapannya, seperti meminta perhatian lebih dari ayahnya.
“Hmm,.. apa itu?” tanya Bei Rangga.
“Arka penasaran dengan laut Sagara Sugra,” tanya Arka.
“Sagara Sugra?, samudra yang ada di utara kampung kita?” kata Bei Rangga balik bertanya.
“Iya, Ayah.” Kata Arka, “sedari aku kecil, aku tidak pernah melihat penduduk klan kita berlayar di laut itu.” lanjutnya. Lanjut Arka.
“Iya,” kata Bei Rangga singkat. “Karena sampai saat ini tak ada seorangpun dari kita yang sanggup melakukan hal itu.” lanjutnya.
“Lautan itu menyimpan misteri yang belum pernah terpecahkan sampai saat ini,” kata Bei Rangga seperti ingin memberi penjelasan lebih lanjut tentang Sagara Sugra.
“Sagara Sugra, memiliki ombak yang sangat ganas,” kata Bei Rangga. “ Dan menurut cerita yang Ayah dengar dari leluhur kita, ada makhluk yang sangat menyeramkan yang menguasai samudra itu,” Bei Rangga menghela nafasnya dalam-dalam, “dan apa yang ada di seberang laut itu, kami semua belum ada yang tahu.” Kata Bei Rangga.
“Hmm,.. apa mungkin,” Kata Arka ragu-ragu, “hilangnya Bei Tama ada kaitannya dengan Sagara Sugra, Ayah?” tanya Arka.
Bei Rangga mengerutkan dahinya, sepertinya pertanyaan Arka tak terpikirkan olehnya sama sekali. Apakah ada keterkaitan antara hilangnya Bei Tama dengan Sagara Sugra, itu merupakan misteri yang sulit dijawab, sebab selama ini, ia belum pernah mendengar kabar ataupun cerita tentang keterkaitannya dengan Sagara Sugra. Tapi di dalam hatinya, ia menduga bahwa hilangnya Bei Tama, ada kemungkinan, walaupun mungkin sangat kecil dengan samudra itu. Apalagi untuk menghilangkan semua batu Zato yang tercipta di situ adalah bukan perkara mudah, tidak semudah itu mengambil semua batu zato sekaligus, apalagi dilakukan dalam waktu satu malam, pasti ada kekuatan besar yang terlibat dalam kasus ini.
“Ayah tidak dapat memastikan hal itu, Arka,” kata Bei Rangga kemudian. “Namun hal itu mungkin saja bisa terjadi, walaupun kemungkinannya kecil.” Lanjut Bei Rangga.
“Misalnya apa Ayah?” tanya Arka penasaran, “kemungkinan kecilnya bagaimana?” lanjut Arka.
“Misanya adalah, ada seseorang yang mempunyai hubungan dengan makhluk penjaga Sagara Sugra, “ jawab Bei Rangga agak memelankan suaranya. “Tapi,...” Bei Rangga ragu untuk meneruskan kalimatnya.
“Tapi, kenapa ayah?” tanya Arka mendesak Ayahnya untuk memberikan jawaban.
“Tapi rasanya hal itu mustahil.” Jawab Bei Rangga selanjutnya.
“Kenapa bisa mustahil?” tanya Arka tidak puas dengan jawaban ayahnya.
“Iya, itu mustahil, karena menjalin hubungan dengan makhluk itu adalah hal yang sangat berbahaya,” jawab Bei Rangga, ia nampak mengatur nafasnya untuk memberikan alasan yang lebih logis.
“Pertama,” kata Bei Rangga melanjutkan, “penguasa Sagara Sugra tidak pernah melakukan sesuatu tanpa imbalan, dan kamu tahu apa yang akan diminta oleh makhluk itu?” tanya Bei Rangga menyipitkan matanya.
“Apa Ayah?” tanya Arka semakin penasaran.
“Perbudakan!” jawab Bei Ranga singkat.
“Perbudakan?” tanya Arka, “maksud Ayah?” lanjutnya.
“Iya, menjalin hubungan dengan makhluk itu memiliki konsekwensi perbudakan, barang siapa yang menjalin hubungan dengannya, maka ia dituntut untuk memberikan balasan berupa perbudakan.” Jawab Bei Rangga.
“Hmm, aku belum mengerti, Ayah.” Kata Arka menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
“Hmm, begini,” kata Bei Rangga, “menjalin hubungan dengan makhluk itu berarti meminta bantuan kepadanya, dan kamu tahu apa yang bisa diberikan oleh makhluk penguasa Sagara Sugra itu?” tanya Bei Rangga, Arka hanya menggelengkan kepalanya.
“Ia bisa memberikan kekuatan yang luar biasa kepada seseorang yang memintanya, bahkan kekuatan itu tak kan sanggup dilawan oleh tetua klan sekalipun.” Jawab Bei Rangga meneruskan ucapannya.
“Lalu?” tanya Arka.
“Dan sebagai imbalannya, makhluk itu akan meminta tumbal, yaitu perbudakan.” Lanjut Bei Rangga seperti tidak ingin meneruskan ucapannya.
“Perbudakan seperti apa yang Ayah maksud?” desak Arka.
“Ayah tak sanggup membayangkannya Arka.” Kata Bei Rangga. “Sebab, bukan hanya satu orang yang ia minta ditumbalkan sebagai budak,” Bei Rangga menghela nafasnya.
Arka semakin penasaran dengan jawaban ayahnya itu, ia terus saja mendesak ayahnya untuk melanjutkan ceritanya. Dengan nada yang berat Bei Rangga meneruskan ceritanya.
“Perbudakan itu adalah perbudakan seluruh klan Arka!” jawab Bei Rangga. Arka tersentak mendengar jawabab ayahnya itu.
“Berarti siapapun yang melakukan hubungan dengan makhluk itu, harus merelakan seluruh klan mejadi budak bagi penguasa Sagara Sugra?” tanya Arka memastikan kesimpulannya.
“Iya.” Jawab Bei Rangga singkat.
“Lalu apa yang akan terjadi pada orang itu, Ayah?” tanya Arka, “bagaimana nasib seseorang yang rela menjadikan dirinya pelayan bagi Penguasa Sagara Sugra?” lanjutnya.
Bei Rangga menghela nafasnya lagi, kemudian ia melanjutkan: “Ia akan menjadi sosok tanpa tanding, menguasai kekuatan gelap yang menyesatkan,... “ Bei Rangga berhenti sejenak. “Dan ini sangat mengerikan.
Mendengar jawaban ayahnya yang seperti itu, Arka tak habis pikir membayangkan, apakah ada orang yang sebodoh itu mau menjalin hubungan dengan makhluk itu. Tapi, barangkali ambisi dan keserakahan bisa membuat seseorang mengorbankan apapun demi tujuannya itu. Pikiran Arka menerawang jauh, ia sependapat bahwa hal itu memang mungkin, tapi mendengar cerita yang didengarnya itu, rasanya kemungkinannya akan sangat kecil.
Pembicaraan mereka terhenti sampai di situ, Bei Rangga nampak ingin melanjutkan aktivitasnya hari itu, berjaga di pondok jaga timur, tempatnya ia bertugas. Dan Arka juga melakukan hal yang sama, ia segera bersiap untuk melakukan tugas jaga di pondok utara, tempat yang berdekatan dengan pantai Sambutara, yang nama lautnya adalah Sagara Sugra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments