10. Poli Obgyn

...“Pak, sini, Pak. Ketemu dulu sama anaknya.” — Dokter Obgyn...

“Katanya mau ke rumah sakit?”

Lea kebingungan saat mobil yang ia tumpangi memasuki sebuah mall yang cukup elit di kota itu.

“Saya ada perlu sebentar.”

Lea hanya diam dan tak berkomentar. Ia melirik jam di dashboard mobil. Dua menit lagi, waktu menunjukkan pukul sepuluh. Bertepatan dengan jam operasional mall dimulai.

Mobil yang ditumpangi oleh dua orang itu sudah terparkir di basemant, berhadapanan dengan pintu masuk mall. Jadi, mereka tak perlu berjalan jauh untuk mencari pintu masuk.

Luca keluar dari mobilnya dan bergegas membukakan pintu untuk Lea.

Drttt. Drttt.

Ponsel Luca bergetar. Ia langsung mengangkat panggilan dari sahabatnya, sembari memberi isyarat wajah kepada Lea, untuk bergegas masuk ke dalam mall yang sudah mulai beroperasi.

^^^“Luc, cewe yang kemaren pingsan.”^^^

^^^“Ada hubungan apa sama lo?”^^^

Luca mengerutkan keningnya begitu Gerry bertanya tanpa basa basi.

^^^“Gue bisa minta kontaknya—”^^^

“Calon istri.” Seloroh Luca tanpa basa basi sembari sepasang matanya menatap lurus ke depan, ke arah tubuh gadis yang akan menjadi istrinya. Ia berjalan di belakang Lea yang saat itu sedang melihat ke sana ke mari.

Terdengar suara ketawa terbahak-bahak di sebrang sana. Gerry seolah menertawakan khayalan sahabatnya yang sudah dijuluki ‘Jomblo Akut’. Tak pernah pacaran dan introvert, tapi tiba-tiba ingin menikah? Bahkan gadis itu sepertinya jauh lebih muda dari mereka.

“Gue serius.”

Gerry terdiam. Seketika tawanya terhenti.

^^^“Lo bohong, ‘kan?!”^^^

“Kalo ada hal penting, wa a—”

^^^“Gue ngerasa cewe itu familiar.”^^^

^^^“Kayak pernah ketemu. Tapi … gue nggak inget kapan dan di mana?”^^^

Luca tersenyum setengah, seolah mengejek sahabatnya. Pasalnya, Gerry terkenal dengan pemain wanita. Bahkan dalam sebulan ia bisa saja gonta ganti pasangan, karena tampangnya yang tampan dan profesinya yang cukup memukau. Ditambah lagi ia anak konglomerat. Wanita mana yang tidak terpedaya padanya?

Luca menghentikan langkahnya. Kemudian ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana.

“Ge, gue nggak masalah kalo lo mau deketin wanita mana pun.”

“Tapi untuk yang satu ini, jangan pernah lo deketin.”

^^^“What the—”^^^

“Udah ya, gue lagi sama dia sekarang.”

Luca langsung mematikan ponselnya. Kemudian, ia melihat sekelilingnya, mencari sosok Lea yang sudah hilang dari pandangannya. Pria bertubuh atletis itu mempercepat langkahnya. Ia melihat ke sana ke sini untuk mencari Lea. Langkahnya terhenti saat melihat gadis itu berada di sebuah toko boneka.

Luca menghela nafas tenang, begitu melihat Lea sedang sibuk melihat sebuah boneka beruang berwarna coklat dengan pita merah di lehernya.

“Mau saya belikan?”

Lea tersentak kaget saat ada suara bariton mengusiknya dari belakang. Ia menoleh kebelakang sembari mengangkat kepalanya. “Aku bisa beli sendiri.”

Lea mengambil boneka tersebut, kemudian membawanya ke kasir. Saat tiba di kasir, Lea merogoh tas selempangnya untuk membayar tagihan.

“Pakai ini aja, Mbak.” Luca menyerahkan black card-nya. Kemudian, ia mensejajarkan tingginya dengan Lea dari belakang, dan berbisik ke telinga gadis itu. “Anggap ini kado perkenalan kita.”

Seketika wajah Lea memerah seperti tomat mateng. Kasir yang tadinya sibuk mengutak atik mesin EDC, ia pun ikut tersipu karena tingkah Luca yang bikin meleleh.

“Pin-nya, Pak,” ucap kasir tersebut sambil menyerahkan mesin EDC kepada Luca.

Setelah melakukan pembayaran, Luca mengajak Lea pergi ke toko perhiasan.

“Pilih model yang kamu suka,” ucap Luca saat mereka berdua berada di etalase yang berisi cincin berlian.

Deg! Deg! Deg!

Lagi-lagi jantung Lea berdetak tak karuan. Ia memeluk boneka yang dibelikan Luca tadi dengan sangat erat, mencoba menenangkan diri yang saat itu sedang gelisah dan tak tenang.

Karena cukup lama Lea melihat tanpa mengambil keputusan, pramuniaga toko itu menyarankan sebuah produk baru kepada mereka. “Ini model baru yang baru dateng kemaren. Bisa dicoba dulu, Pak.”

Luca mengambil cincin pasangan yang untuk wanita dari kotak yang diberikan oleh pramuniaga tadi. Kemudian, ia mengambil tangan kanan Lea, dan menyarungkan cincin tersebut ke jari manis gadis itu.

“Cantik,” gumam Luca tanpa sadar. Padahal yang ia katakan cantik itu adalah Lea. Bukan cincinnya.

Sesaat kemudian, ia sadar bahwa tangan gadis itu dingin sekali dan telapak tangan gadis itu juga basah. Ia mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya, kemudian mengelap telapak tangan gadis itu.

“Gimana? Kamu suka?” tanya Luca santai.

“Suka.” Lea mengiyakan pertanyaan Luca. Pertanyaan yang ia pikir suka dengan act of service dari Luca, padahal, Luca menanyakan apakah ia suka dengan cincin itu atau tidak?

Luca mencoba cincin pasangan yang khusus pria, dan ternyata ukurannya pas. Sehingga tak perlu pramuniaga itu bersusah payah mencari ukuran yang sesuai dengan jari mereka.

Setelah mereka membeli cincin, Luca memutuskan untuk langsung memakainya tanpa harus mereka simpan lagi di dalam kotak. Lalu, mereka bergegas meninggalkan mall dan menuju ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Luca mendaftarkan administrasi untuk ke poli obgyn. Setelah mendapatkan nomor antrian, mereka menuju ke ruang tunggu poli obgyn, melakukan pengecekan berat badan, pengecekan tensi, menyampaikan keluhan dan menunggu nomor urut mereka dipanggil.

“Ibu Eleanor Lunette?” panggil suster sambil mencari sosok pemilik nama yang ia sebutkan.

“Saya, Sus,” sahut Lea sambil berdiri dari duduknya.

“Silahkan masuk ke ruangan, Bu.”

Lea berjalan sendiri ke dalam ruangan. Sementara Luca, ia bimbang dan bingung. Apa sebaiknya ia ikut? Atau tetap menunggu di luar? Ia pun pura-pura bermain ponsel seolah-olah sedang membalas pesan.

“Suaminya bisa ikut aja, Bu. Nanti ada beberapa hal yang mau dokter sampaikan terkait kehamilan muda.”

Luca langsung berdiri dengan sigap setelah mendengarkan saran suster kepada Lea.

“Maaf tadi ada lagi ada kerjaan,” dusta Luca pada Lea. Padahal jelas sekali ia gugup saat itu.

Keduanya pun masuk ke dalam ruangan, disambut dokter yang ramah.

“Pengecekan pertama ya, Bu?” tanya Dinna, dokter yang terlihat sudah berusia itu. “Ayok kita ke USG dulu.”

Dokter itu berjalan menuju kasur pasien yang berdampingan dengan meja, di mana di atasnya ada alat USG yang disebut transducer.

“Iya, baru pertama, Dok,” jawab Lea dengan suara yang tercekat. Rasanya begitu canggung dengan kehamilan pertama yang tak direncanakan itu.

“Maaf, bajunya saya naikin ya, Bu,” ucap Suster yang menjadi asisten dokter. Ia menaikkkan baru Lea sebatas bawah dada. Kemudian sedikit menurunkan celana Lea, dan membubuhkan cairan pelumas ke perut di bawah pusar gadis itu.

Dingin dan geli rasanya.

Sedangkan Luca, ia masih duduk di meja dokter tadi. Ragu untuk ikut menyaksikan calon bayi, apalagi kondisi perut Lea saat itu terekspos.

Dokter meletakkan alat USG di atas cairan pelumas yang sudah dibubuhkan suster tadi. Kemudian matanya menatap layar monitor yang menampilkan embrio yang sedang bertumbuh di dalam perut Lea.

“Tu … dede-nya udah sebesar biji wijen, Bu,” jelas Dinna mengulum senyum.

Luca mencoba curi-curi pandang ke arah monitor yang tak jauh dari ia berada.

“Loh, bapaknya ke mana, Sus?” tanya Dinna keheranan sambil melihat sekeliling.

“Pak, sini, Pak. Ketemu dulu sama anaknya,” panggil Dinna tanpa basa basi saat mendapati Luca di meja kerjanya.

Luca langsung berdiri dengan kikuk. Ia berjalan mendekat dan berdiri di samping Lea yang sedang berbaring.

“Tuh, Pak. Anaknya sehat. Masih sebesar biji wijen. Dan usia kandungan saat ini lima minggu enam hari.”

Tanpa sadar, hati Luca terasa hangat menatap layar monitor. Meskipun hanya ada gambar hitam putih yang sulit dimengerti orang awam, tapi … rasanya bahagia. Seperti sedang melihat anaknya sendiri.

Mata Lea memanas. Ada perasaan haru dan tak menyangka. Ternyata, sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu.

“Okay, kita lanjut ngobrol di meja ya,” ucap Dinna menyudahi proses USG.

Suster yang sejak tadi sibuk menulis di buku KIA, kini ia beralih membersihkan pelumas yang ada di perut Lea menggunakan tisu. “Selamat ya Pak, Bu.”

Lea dan Luca tersenyum mengiyakan.

Lalu, saat Lea ingin bangkit dari kasur, Luca membantu memapah tubuh gadis itu. Sedangkan perut Lea masih belum tertutup.

Seketika wajah Lea dan Luca memerah. Lea bergegas menutup perutnya dan menaikkan celananya kembali. Kemudian keduanya duduk berhadapanan dengan Dinna.

“Nah, sekarang ‘kan istri Bapak lagi hamil muda,” jelas Dinna dengan serius, “tolong ditahan-tahan dulu ya berhubungan badannya.”

“Sebenarnya aman-aman saja. Tapi, tolong mainnya pelan-pelan ya, Pak.”

Wajah Luca memerah. Ia mendadak malu begitu Dinna menjelaskan tentang hubungan intim dengan wanita hamil. Meskipun akan menikah, tapi sampai saat ini pikirannya belum sampai ke sana. Ia sama sekali tak memikirkan tentang bersetubuh.

“Karena kondisi janin saat ini masih rentan.”

“Terus, Ibu-nya jangan kecapean, jangan banyak pikiran. Happy aja ya, Bu. Apapun masalahnya, di bawa happy, demi anak.”

“Pak,” Dinna menatap Luca yang sejak tadi fokus mendengarkan. “Tolong istrinya diperhatiin ya.”

“Jauhi makanan mentah, makanan yang belum dicuci dengan bersih, terus jangan makan yang bakar-bakar dulu.”

“Saya resepkan beberapa vitamin dan obat penguat janin. Bulan depan kita ketemu lagi ya.”

“Sekali lagi, selamat menjadi Ayah dan Ibu.”

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …...

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

jeng3..

kan eamng anakmu luca..

❤❤❤❤❤

2025-03-22

2

lihat semua
Episodes
1 01. Masuk Kandang Buaya
2 02. Hamil?
3 03. Dapet Istri + Anak
4 04. Ayah Darurat
5 05. Berusaha Menjadi Istri?
6 06. Izinkan Saya
7 07. Calm Down
8 08. Kasih Orangtua
9 09. Pandangan Pertama
10 10. Poli Obgyn
11 11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12 12. Terbiasalah Menjadi Istri
13 13. Bathtub
14 14. Pamer Kemesraan
15 15. Nikah Beneran?
16 16. Batal!
17 17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18 18. Istri, Bukan Pembantu
19 19. Keraguan Hati
20 20. Rasa Penasaran
21 21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22 22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23 23. Menutupi Rasa Bersalah?
24 24. Pria Itu Saya
25 25. Kenapa Tak Jujur?
26 26. Saya Bersyukur
27 27. Perhatikan Istri Saya
28 28. Bapak Suka?
29 29. Mencoba Suami Orang?
30 30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31 31. Menahan Diri
32 32. Hotel Oleander
33 33. Kamu Sudah Berusaha
34 34. Wanita Bekas
35 35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36 36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37 37. Cepatlah Sembuh
38 38. Kamu Kuat
39 39. Penguntit
40 40. I Love You, Eleanor Lunette
41 41. Tak Bisa Diselamatkan
42 42. Semua Karena Lo Berdua
43 43. Dalang Dari Semua Ini
44 44. Andai Gerak Lebih Cepat
45 45. Prediksi Kinan
46 46. Kerjasama
47 47. Gerry Mulai Beraksi
48 48. Mencuri Hati
49 49. Istri Sahabat Sendiri
50 50. Bertepuk Sebelah Tangan
51 51. Izinkan Aku
52 52. Dasar Gila!
53 53. Sering-Sering
54 54. Sepenuh Hati
55 55. Terima Kasih
56 56. Maaf Aku Terlambat
57 57. Terima Kasih, Lea
58 58. Semua Sudah Selesai
Episodes

Updated 58 Episodes

1
01. Masuk Kandang Buaya
2
02. Hamil?
3
03. Dapet Istri + Anak
4
04. Ayah Darurat
5
05. Berusaha Menjadi Istri?
6
06. Izinkan Saya
7
07. Calm Down
8
08. Kasih Orangtua
9
09. Pandangan Pertama
10
10. Poli Obgyn
11
11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12
12. Terbiasalah Menjadi Istri
13
13. Bathtub
14
14. Pamer Kemesraan
15
15. Nikah Beneran?
16
16. Batal!
17
17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18
18. Istri, Bukan Pembantu
19
19. Keraguan Hati
20
20. Rasa Penasaran
21
21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22
22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23
23. Menutupi Rasa Bersalah?
24
24. Pria Itu Saya
25
25. Kenapa Tak Jujur?
26
26. Saya Bersyukur
27
27. Perhatikan Istri Saya
28
28. Bapak Suka?
29
29. Mencoba Suami Orang?
30
30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31
31. Menahan Diri
32
32. Hotel Oleander
33
33. Kamu Sudah Berusaha
34
34. Wanita Bekas
35
35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36
36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37
37. Cepatlah Sembuh
38
38. Kamu Kuat
39
39. Penguntit
40
40. I Love You, Eleanor Lunette
41
41. Tak Bisa Diselamatkan
42
42. Semua Karena Lo Berdua
43
43. Dalang Dari Semua Ini
44
44. Andai Gerak Lebih Cepat
45
45. Prediksi Kinan
46
46. Kerjasama
47
47. Gerry Mulai Beraksi
48
48. Mencuri Hati
49
49. Istri Sahabat Sendiri
50
50. Bertepuk Sebelah Tangan
51
51. Izinkan Aku
52
52. Dasar Gila!
53
53. Sering-Sering
54
54. Sepenuh Hati
55
55. Terima Kasih
56
56. Maaf Aku Terlambat
57
57. Terima Kasih, Lea
58
58. Semua Sudah Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!