04. Ayah Darurat

...“Om coba nikah kontrak aja sama Lea? Terus jadi ayah darurat.” — Tari Harrison...

Suasana yang sempat hening sesaat, mendadak cair saat Lea bersuara. “Kak, jangan ditanggepin ya omongan Tari.”

Gadis yang sedang berbadan dua itu terlihat sedikit pucat. Bibirnya yang pecah-pecah dan cekungan di bawah matanya yang begitu jelas, membuat Luca sejak tadi memperhatikan Lea.

Pria dengan ketampanan dewa itu penasaran, di usia energik dan bersemangat gadis itu, kenapa wajahnya terlihat putus asa? Apa … jangan-jangan benar yang dikatakan oleh Tari tadi?

“Iya,” sahut Luca memaksakan senyum. “Tari emang suka bercanda.”

“Tapi aku serius, Kak,” sela Tari. “Jadi gini. Sebulan yang lalu tuh—”

“Tar, kayaknya kita balik aja ya?” ajak Lea mulai risih. Ia merasa belum siap untuk berbagi aibnya saat ini dengan orang lain.

Dimas yang sejak tadi terpesona dengan ketampanan Luca, ia mendadak ingin berbicara. Kali ini, Dimas pun menjadi serius ingin membantu Lea. “Le, kayaknya kita harus minta bantuan orang lain deh.”

“Kalo kita yang masih ingusan gini mencoba cari jalan keluar—”

“Stop, Dim!” bentak Lea dengan nada yang sedikit tinggi.

Luca yang sejak tadi menjadi pihak keempat dari tiga orang itu, ia dibuat kebingungan. Mungkin saja tebakannya tadi benar. Semua yang dikatakan Tari itu benar dan fakta. Tapi … kenapa harus dia? Pria yang belum pernah pacaran, apalagi bercinta, harus menjadi suaminya?

“Maaf, Kak Luca. Aku nggak tau candaan sahabat aku bakalan kayak gini.” Lea bergegas pergi meninggalkan taman tersebut.

Bruk!

Tak lama usai ia meninggalkan taman tersebut, tiga orang yang tersisa di taman, terkejut dengan bunyi yang mereka dengar.

“Den! Den Luca! Ada yang pingsan!” teriak Titi cemas.

Tari, Dimas dan Luca yang semula terkejut, dibuat cemas saat mendengarkan teriakan Titi. Merekapun bergegas mendekati arah suara teriakan Titi.

“Astaga, Lea!” Tari terkejut dan bergegas bersimpuh ke lantai mendekati Lea yang pingsan.

“Om, kita ke rumah sakit ya?” Tari panik. Sampai-sampai ia tak sadar kembali memanggil Luca dengan sebutan Om.

“Nggak usah. Kita ke kamar tamu aja. Aku akan panggilkan dokter langganan,” ucap Luca sambil berjongkok. Kemudian ia memapah tubuh Lea yang terasa begitu ringan. “Bi Titi, tolong telfon Gerry. Bilang ada yang pingsan.”

“Siap, Den.”

...🌸...

Saat menunggu kedatangan Gerry, sahabat sekaligus dokter langganan di rumah itu, Tari menceritakan semuanya kepada Luca dengan jujur. Tak ada yang ia tutupi saat itu.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Luca pun memahami situasi saat itu.

“Om, bantuin aku ya?” Tari memelas dengan kedua tangan yang ia satukan separas dada. “Semua ini salahku.”

“Salah aku juga, Om Luca,” timpal Dimas dengan wajah yang memohon.

“Kemaren itu aku nggak sadar, karena itu pertama kalinya minum alk—”

“Tapi dia masih muda, Tari,” tolak Luca yang tak setuju dengan ide gila ponakannya itu.

Benar, dia sedang berusaha mencari calon istri karena desakan orangtua, tapi bukan begini caranya. Ia terpaksa menikah di usia muda pun karena itu persyaratan untuk ia dapat duduk di kursi direktur di perusahaan keluarganya.

“Om coba nikah kontrak aja sama Lea? Terus jadi ayah darurat buat—"

“Hush!” Luca mencubit bibir ponakannya. Kemudian menyentil dahi Tari,

“Aw!”

“Pernikahan itu bukan buat mainan, Dek.”

“Yaudah, tinggal nikah beneran, Om.”

“Ya nggak segampang itu juga.” Luca yang awalnya tidak tau menau tentang permasalahan ini, kini ia ikut pusing dengan akibat dari perbuatan keponakannya.

Pria dengan tinggi 185 sentimeter itu bangkit dari duduknya. Ia menyadari kehadiran sahabatnya dengan tas perlengkapan medis.

“What’s up? Siapa yang sakit?” tanya Gerry, pria yang juga tak kalah tampan dengan Luca.

“Teman ponakan gue. Pingsan. Ada di kamar.” Luca menunjukkan kamar yang tak jauh dari ia duduk menggunakan isyarat bibir.

Gerry hanya mengangguk dan bergegas ke kamar tersebut.

Sementara itu, Tari, Dimas dan Luca masih di ruang keluarga dengan pikiran mereka masing-masing.

“Gini deh, Om bantuin.”

Wajah Tari dan Dimas langsung cerah.

“Om bantu bicarain dengan orangtua Lea.”

“Jangan, Om!” tolak Dimas dan Tari bersamaan.

“Orangtuanya harus tau, Dek. Dan nanti biar orangtuanya yang bertanggungjawab.”

“Yaudah deh, Om. Aku sama Dimas coba cari cowo lain aja deh buat nikah sama Lea.”

Luca menghela nafas panjang. Ia mengusap wajahnya menggunakan tangan kekarnya. Kaos lengan pendek warna putih yang ia kenakan saat ini sedikit ketat, sampai menampilkan otot tangan yang membuat mata Dimas berbinar-binar.

“Heh, Dim!” Tari menutup mata Dimas dengan intonasi suara yang kesal. “Pikirin Lea! Jangan gatel lo!”

“Ntar kalo Lea udah aman, gue cariin lo batang yang enak!”

“Dih, Tari!” wajah Dimas memerah. “Lo ini. Gue ‘kan becanda doang! Diseriusin segala!”

Drttt. Drttt.

Ponsel Lea bergetar.

“Mampus. Lea dicariin emak bapaknya!” celetuk Tari pusing.

“Om aja yang angkat.”

“Jangan!” Tari menyambar ponsel Lea, kemudian menjawab panggilan tersebut.

“Halo, Tante.”

“Oh. Lea lagi di kamar mandi, Tan.”

“Oh … tenang, Tan,” Tari cengengesan karena berusaha tenang. “Lea mulai membaik. Mungkin dia butuh udara segar.”

“Oh, ini kita dirumah nenek. Soalnya Nenek Tari suka kesepian.”

“Iya, aku jagain kok Lea nya, Tan.”

Panggilan pun terputus.

Sementara itu, di saat Tari, Luca dan Dimas sibuk berbincang, Gerry yang saat ini sedang berada di dalam kamar dan memeriksa Lea, ia menatap Lea dengan seksama.

"Apa kita pernah ketemu?" lirih Gerry pelan.

...🌸...

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Sementara Lea, ia masih belum sadarkan diri.

Sebelum pulang, Gerry sempat mengabarkan Luca, bahwa saat ini Lea sedang hamil dan kekurangan nutrisi, sehingga mengakibatkan tubuhnya lemah.

“Om, aku mau beli makanan bentar.”

“Kan Bi Titi udah masak?”

“Bentar aja, Om.”

Luca hanya mengangguk pelan. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya di ruang keluarga.

Sepuluh menit. Dua puluh menit. Satu jam. Dua jam. Dan sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dua orang yang tadinya pamit beli makanan, sampai sekarang belum pulang.

Ting! Ting!

Ada pesan masuk dari Tari.

^^^“Om, aku titip Lea, ya?”^^^

^^^“Om pedekate aja dulu. Siapa tau cocok.”^^^

^^^"Semoga berhasil, Om!"^^^

^^^"Semangat! Tari mendukung asmara, Om!"^^^

Luca menghela nafas berat karena kesal. Ia memijat-mijat pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Tingkah keponakannya itu benar-benar membuat kesabarannya diuji. Sudah berapa kali ia katakan bahwa ia tak akan menikahi gadis itu.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung .......

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

😀😀😀😀😀
astaga..
ditinggalin..

❤❤❤❤❤

2025-03-22

2

Susi Akbarini

Susi Akbarini

1.85 meter = 185 centimeter

2025-03-22

2

lihat semua
Episodes
1 01. Masuk Kandang Buaya
2 02. Hamil?
3 03. Dapet Istri + Anak
4 04. Ayah Darurat
5 05. Berusaha Menjadi Istri?
6 06. Izinkan Saya
7 07. Calm Down
8 08. Kasih Orangtua
9 09. Pandangan Pertama
10 10. Poli Obgyn
11 11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12 12. Terbiasalah Menjadi Istri
13 13. Bathtub
14 14. Pamer Kemesraan
15 15. Nikah Beneran?
16 16. Batal!
17 17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18 18. Istri, Bukan Pembantu
19 19. Keraguan Hati
20 20. Rasa Penasaran
21 21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22 22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23 23. Menutupi Rasa Bersalah?
24 24. Pria Itu Saya
25 25. Kenapa Tak Jujur?
26 26. Saya Bersyukur
27 27. Perhatikan Istri Saya
28 28. Bapak Suka?
29 29. Mencoba Suami Orang?
30 30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31 31. Menahan Diri
32 32. Hotel Oleander
33 33. Kamu Sudah Berusaha
34 34. Wanita Bekas
35 35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36 36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37 37. Cepatlah Sembuh
38 38. Kamu Kuat
39 39. Penguntit
40 40. I Love You, Eleanor Lunette
41 41. Tak Bisa Diselamatkan
42 42. Semua Karena Lo Berdua
43 43. Dalang Dari Semua Ini
44 44. Andai Gerak Lebih Cepat
45 45. Prediksi Kinan
46 46. Kerjasama
47 47. Gerry Mulai Beraksi
48 48. Mencuri Hati
49 49. Istri Sahabat Sendiri
50 50. Bertepuk Sebelah Tangan
51 51. Izinkan Aku
52 52. Dasar Gila!
53 53. Sering-Sering
54 54. Sepenuh Hati
55 55. Terima Kasih
56 56. Maaf Aku Terlambat
57 57. Terima Kasih, Lea
58 58. Semua Sudah Selesai
59 GERRY ANDERSON's Love Story
60 SUDAH LAUNCHING NOVEL GERRY
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Masuk Kandang Buaya
2
02. Hamil?
3
03. Dapet Istri + Anak
4
04. Ayah Darurat
5
05. Berusaha Menjadi Istri?
6
06. Izinkan Saya
7
07. Calm Down
8
08. Kasih Orangtua
9
09. Pandangan Pertama
10
10. Poli Obgyn
11
11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12
12. Terbiasalah Menjadi Istri
13
13. Bathtub
14
14. Pamer Kemesraan
15
15. Nikah Beneran?
16
16. Batal!
17
17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18
18. Istri, Bukan Pembantu
19
19. Keraguan Hati
20
20. Rasa Penasaran
21
21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22
22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23
23. Menutupi Rasa Bersalah?
24
24. Pria Itu Saya
25
25. Kenapa Tak Jujur?
26
26. Saya Bersyukur
27
27. Perhatikan Istri Saya
28
28. Bapak Suka?
29
29. Mencoba Suami Orang?
30
30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31
31. Menahan Diri
32
32. Hotel Oleander
33
33. Kamu Sudah Berusaha
34
34. Wanita Bekas
35
35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36
36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37
37. Cepatlah Sembuh
38
38. Kamu Kuat
39
39. Penguntit
40
40. I Love You, Eleanor Lunette
41
41. Tak Bisa Diselamatkan
42
42. Semua Karena Lo Berdua
43
43. Dalang Dari Semua Ini
44
44. Andai Gerak Lebih Cepat
45
45. Prediksi Kinan
46
46. Kerjasama
47
47. Gerry Mulai Beraksi
48
48. Mencuri Hati
49
49. Istri Sahabat Sendiri
50
50. Bertepuk Sebelah Tangan
51
51. Izinkan Aku
52
52. Dasar Gila!
53
53. Sering-Sering
54
54. Sepenuh Hati
55
55. Terima Kasih
56
56. Maaf Aku Terlambat
57
57. Terima Kasih, Lea
58
58. Semua Sudah Selesai
59
GERRY ANDERSON's Love Story
60
SUDAH LAUNCHING NOVEL GERRY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!