09. Pandangan Pertama

...“Mungkin, saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Bapak.” — Luca Harrison...

“Maaf, kemaren saya nggak bisa mengendalikan emosi saya.” Johan terlihat menyesal usai menampar Luca semalam. Meskipun ia harus kehilangan pekerjaan, ia tak akan menyesal jika pria itu yang telah merusak anaknya.

Tapi ternyata … bukan Luca yang merusak anaknya.

“Saya … sudah tau, janin yang diperut anak saya ….” Johan tak mampu melanjutkan pembicaraannya. Ia malu sebagai kepala keluarga yang gagal.

“Saya juga kalau jadi Pak Johan, saya akan menampar orang yang merusak anak saya.” Luca mengatakannya dengan gamblang. “Tapi, bukan itu permasalahannya sekarang.”

Johan mengangkat wajahnya. Rasa bersalah karena salah sasaran itu, seketika sirna. Pria yang ada di depannya saat ini, terlihat serius dengan masalah yang anaknya hadapi.

“Sebelum semua orang menyadari ini, sebaiknya kita mengatur pernikahan se—”

“Sejak kapan, Pak Luca kenal dengan anak saya?” potong Johan penasaran. “Dan, atas dasar apa Bapak—”

“Luca, panggil nama saja. Karena kedepannya kita akan menjadi keluarga, Bapak bisa berbicara santai dengan saya.”

Johan terbelalak. Percaya diri pria di depannya tinggi sekali. Meskipun ia belum menyetujui pernikahan itu, tapi kenapa ia sudah yakin bahwa pernikahan ini akan tetap berjalan dengan mulus?

Johan hanya bisa mengangguk pelan. Kemudian ia menghela nafas berat.

“Jadi, sejak kapan kamu kenal dengan anak saya?”

“Atas dasar apa kamu menikahinya? Kalian ‘kan tidak saling mencintai?”

Di saat Johan bertanya tanpa henti, Renata dan Lea terlihat menuruni tangga menuju ruang tamu, tanpa sepengetahuan dua orang pria itu.

Lea, gadis itu enggan mandi. Pikirnya, untuk apa berpenampilan rapi di depan pria yang tidak ia cintai? Toh pernikahan mereka juga sebatas kontrak.

“Mungkin akan terdengar aneh. Karena, seumur hidup, saya belum pernah pacaran ataupun suka sama seseorang.”

Johan mengerutkan dahinya seraya membatin. “Jawaban apa itu? Lantas, kau menikahi anakku karena apa?!”

“Tapi, sejak pertama ketemu Lea, saya tak bisa berhenti memikirkannya.” Luca mengatakannya dengan mimik wajah yang serius. Tak ada sedikit pun keraguan yang tersirat. Bahkan saat ia mengatakan hal tersebut, ia menatap mata Johan, calon ayah mertuanya.

“Mungkin, saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Bapak.”

Seketika, Lea dan Renata yang ingin memasuki ruang tamu, ibu dan anak itu menghentikan langkahnya, begitu mereka mendengarkan pernyataan lugas Luca tanpa basa basi.

“Mungkin, saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Bapak.”

Deg! Deg! Deg!

Saat itu juga, jantung Lea berdetak dengan sangat kencang. Seperti ada bom yang ingin meledak. Entah karena terkejut, atau karena ia belum terbiasa dengan sesuatu yang disebut cinta?

Lea melangkah mundur. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang tamu. Sementatar Renata, ia menoleh ke belakang, melihat ke arah anaknya sembari tersenyum lega.

“Mama harap, kamu bahagia, Sayang,” lirih Renata pelan. Kemudian, Renata memasuki ruang tamu meninggalkan Lea. Ia sengaja memberikan waktu untuk anaknya berfikir dengan tenang.

Johan yang semula berfikiran negatif terhadap Luca, ia mulai melunak. Meskipun ia tak bisa percaya sepenuhnya. Karena bagaimanapun, ia juga seorang pria.

Tapi … pria di depannya itu sangat gentle. Dia berani menyatakan perasaannya langsung dan meminta langsung anaknya untuk dinikahi. Ada sedikit lega di sela-sela rumitnya permasalahan yang ia hadapi akhir-akhir ini.

“Tentukanlah, kapan kalian ingin menikah,” seloroh Johan menyerahkan semua keputusan kepada Luca.

Luca dan Renata menghela nafas lega. Perselisihan antara mereka bertiga, pada akhirnya menemukan titik terang. Dan awal yang baru untuk kehidupan putri mereka.

“Tolong jaga Lea kami,” pinta Renata yang baru saja duduk di sampin Johan. “Kami membesarkannya dengan sangat manja.”

“Saya akan berusaha menjadi suami yang baik … Ma.” Luca tersenyum kikuk. Karena, ia sudah resmi diterima di keluarga itu. Jadi, panggilan pun berubah menjadi Mama dan Papa.

Sementara Luca dan kedua orangtuanya sibuk berbincang di ruang tamu, Lea kembali ke kamarnya. Ia bergegas mandi, kemudian memilih pakaian yang menurutnya bagus dan indah.

“Mungkin, saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Bapak.”

Lagi-lagi kalimat itu berkeliaran di fikiran Lea. Sejak tadi, jantungnya tak pernah sekalipun berdetak dengan normal. Pria itu sukses membuat seluruh sel di tubuhnya menjadi berantakan.

“Dasar plin plan!” rutuk Lea kesal. Gadis itu memoles lipstick di bibir sensualnya.

“Mungkin, saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama anak Bapak.”

Deg! Deg! Deg!

Lea menampar kedua pipinya menggunakan kedua tangannya. “Sadar Lea. Itu semua hanya sandiwara!”

Kemudian Lea menarik nafas panjang, dan menghembuskannya secara perlahan. Ia melakukannya berulang kali agar detak jantungnya kembali normal.

Tok! Tok! Tok!

Lea yang saat itu sedang berada di depan cermin meja rias, ia menoleh ke arah pintu.

Tok! Tok! Tok!

“Tumben?” pikir Lea. Kalau Yati dan Johan yang mengetok, pasti bersuara. Sedangkan ibunya, kalau mengetuk pintu, pasti langsung membuka pintu. Terus, siapa itu?

“Nggak mungkin dia,” batin Lea sembari berjalan menuju pintu kamar.

Ceklek!

“Hai!” sapa Luca kaku. Terlihat senyuman yang kikuk dan tidak natural.

“Kak Luca?” Lea terkejut. “Kok—”

“Ehem.” Luca mendehem mencoba menenangkan diri. “Tadi, saya sudah izin ke orangtua kamu untuk naik ke sini.”

“Oh.” Lea mengangguk dengan wajah tertegun. “Terus?”

“Kamu udah sarapan?” tanya Luca basa basi.

Lea mengangguk mengiyakan. Tenggorokannya tercekat dan lidahnya mendadak kelu. Rasanya sulit sekali berbicara dengan pria yang ada di depannya. Entah kenapa? Padahal, dua hari yang lalu ia masih bisa santai di depan pria itu.

“Kita … ke rumah sakit, ya?”

Lea mengangkat wajahnya. Mendongak ke arah Luca yang lebih tinggi darinya.

“Kita harus tau kondisi janinnya. Karena sejak tau kalau kamu hamil, kamu belum pernah cek ke dokter, ‘kan?”

Benar yang dikatakan Luca. Selama ini, Lea terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Bahkan, ia seringkali menyiksa janinnya dengan stress berlebihan dan enggan makan.

Lagi-lagi Lea mengangguk. Ia kembali ke kasur untuk mengambil ponsel dan tas selempangnya. Lalu ia beranjak pergi bersama Luca menuruni tangga.

“Izin bawa Lea ya, Ma, Pa,” ucap Luca dengan sopan.

Lea tercengang-cengang mendengarkan ucapan Luca. “Mama? Papa? Sejak kapan?”

Gadis itu berjalan mengikuti punggung kekar Luca. Ia sangat gugup hari ini. Mungkin, karena ini pertama kali baginya pergi berduaan dengan seseorang. Terlebih lagi pria itu kelak akan menjadi suaminya.

Luca membukakan pintu mobil untuk Lea. Kemudian, setelah Lea masuk, ia menutup kembali pintunya dan masuk ke kursi kemudi.

“Oh, iya,” Luca meraih sebuah paper bag yang ada di kursi penumpang. Lalu memberikannya kepada Lea. “Ini ada beberapa camilan, aman buat ibu hamil.”

“Saya sudah mencari tahu dari internet.”

Luca menyalakan mesin mobil dan mobil tersebut langsung melaju menuju tujuan.

Sorot mata pria itu begitu tegas dan menatap fokus ke depan. Kemeja lengan panjang yang ia pakai, memberikan kesan wibawa. Terlebih lagi lengan bajunya dilipat sebatas siku. Menampilkan urat-urat yang sangat indah untuk dipandang.

Lea membuka paperbag yang diberikan Luca. Kemudian ia melihat ada banyak sekali camilan di dalamnya.

“Kalau pengen makan sesuatu, katakan saja.”

“Kak, a—aku belum terbiasa,” ucap Lea. “Kakak aneh.”

Luca menyadari keraguan dan kebimbangan gadis itu. Kemudian ia menepikan mobil, dan menatap lurus ke depan. “Cobalah untuk terbiasa.”

“Sudah dipikirkan, kontraknya sampai kapan?”

Lea yang sempat hanyut dengan langkah sat set dan gentle pria itu, seketika tersentak dan dibuat sadar kalau semua itu hanya sandiwara.

“Sampai aku lahiran aja, Kak.” Lea membuang pandangannya ke kiri, menatap hamparan lapangan bola yang kosong. Sama seperti kosongnya pikiran dia saat itu.

Luca mengangguk. “Okay. Nanti kita tulis kontraknya dan … ayo menjadi pasangan seperti umumnya.”

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …....

Episodes
1 01. Masuk Kandang Buaya
2 02. Hamil?
3 03. Dapet Istri + Anak
4 04. Ayah Darurat
5 05. Berusaha Menjadi Istri?
6 06. Izinkan Saya
7 07. Calm Down
8 08. Kasih Orangtua
9 09. Pandangan Pertama
10 10. Poli Obgyn
11 11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12 12. Terbiasalah Menjadi Istri
13 13. Bathtub
14 14. Pamer Kemesraan
15 15. Nikah Beneran?
16 16. Batal!
17 17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18 18. Istri, Bukan Pembantu
19 19. Keraguan Hati
20 20. Rasa Penasaran
21 21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22 22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23 23. Menutupi Rasa Bersalah?
24 24. Pria Itu Saya
25 25. Kenapa Tak Jujur?
26 26. Saya Bersyukur
27 27. Perhatikan Istri Saya
28 28. Bapak Suka?
29 29. Mencoba Suami Orang?
30 30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31 31. Menahan Diri
32 32. Hotel Oleander
33 33. Kamu Sudah Berusaha
34 34. Wanita Bekas
35 35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36 36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37 37. Cepatlah Sembuh
38 38. Kamu Kuat
39 39. Penguntit
40 40. I Love You, Eleanor Lunette
41 41. Tak Bisa Diselamatkan
42 42. Semua Karena Lo Berdua
43 43. Dalang Dari Semua Ini
44 44. Andai Gerak Lebih Cepat
45 45. Prediksi Kinan
46 46. Kerjasama
47 47. Gerry Mulai Beraksi
48 48. Mencuri Hati
49 49. Istri Sahabat Sendiri
50 50. Bertepuk Sebelah Tangan
51 51. Izinkan Aku
52 52. Dasar Gila!
53 53. Sering-Sering
54 54. Sepenuh Hati
55 55. Terima Kasih
56 56. Maaf Aku Terlambat
57 57. Terima Kasih, Lea
58 58. Semua Sudah Selesai
Episodes

Updated 58 Episodes

1
01. Masuk Kandang Buaya
2
02. Hamil?
3
03. Dapet Istri + Anak
4
04. Ayah Darurat
5
05. Berusaha Menjadi Istri?
6
06. Izinkan Saya
7
07. Calm Down
8
08. Kasih Orangtua
9
09. Pandangan Pertama
10
10. Poli Obgyn
11
11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
12
12. Terbiasalah Menjadi Istri
13
13. Bathtub
14
14. Pamer Kemesraan
15
15. Nikah Beneran?
16
16. Batal!
17
17. Ada Apa Dengan Black Moon?
18
18. Istri, Bukan Pembantu
19
19. Keraguan Hati
20
20. Rasa Penasaran
21
21. Kejadian Malam Itu - Part 1
22
22. Kejadian Malam Itu - Part 2
23
23. Menutupi Rasa Bersalah?
24
24. Pria Itu Saya
25
25. Kenapa Tak Jujur?
26
26. Saya Bersyukur
27
27. Perhatikan Istri Saya
28
28. Bapak Suka?
29
29. Mencoba Suami Orang?
30
30. Ada Sesuatu Yang Disembunyikan
31
31. Menahan Diri
32
32. Hotel Oleander
33
33. Kamu Sudah Berusaha
34
34. Wanita Bekas
35
35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
36
36. Ayah Darurat ... Mungkinkah?
37
37. Cepatlah Sembuh
38
38. Kamu Kuat
39
39. Penguntit
40
40. I Love You, Eleanor Lunette
41
41. Tak Bisa Diselamatkan
42
42. Semua Karena Lo Berdua
43
43. Dalang Dari Semua Ini
44
44. Andai Gerak Lebih Cepat
45
45. Prediksi Kinan
46
46. Kerjasama
47
47. Gerry Mulai Beraksi
48
48. Mencuri Hati
49
49. Istri Sahabat Sendiri
50
50. Bertepuk Sebelah Tangan
51
51. Izinkan Aku
52
52. Dasar Gila!
53
53. Sering-Sering
54
54. Sepenuh Hati
55
55. Terima Kasih
56
56. Maaf Aku Terlambat
57
57. Terima Kasih, Lea
58
58. Semua Sudah Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!