Hari demi hari melia jalani dengan penuh harapan baru. Tak seperti dulu arkan yang menjauhi nya saat hamil kali ini arkan selalu ada dan siaga untuk nya. Hingga tak terasa sudah 5 bulan berlalu.
"de' besok kita ke pasar kota ya belanja keperluan sudah lama mas nggak ajak kamu ke kota" ajak arkan di suatu malam. melia terdiam ia masih ingat betul bagaimana ia bertemu dengan ibu mertua yang tak ingin di jumpai nya lagi. "de' kok malah ngelamun".
"ee itu anu mas...aku nggak pengen ke kota, karna sekarang perutku sudah mulai membesar itu buat aku mudah lelah" arkan mengerti maksud istri nya. "ya sudah kamu catat saja apa yang kamu perlukan nanti biar mas aja yang belanja" seketika melia tersedak air liur nya sendiri. " nggak usah mas, mas itu sudah cape kerja jadi kalo ada waktu mending buat istirahat, lagi pula aku nggak butuh apa-apa kok" arkan sama sekali tak curiga dengan sikap istri nya.
"baik lah kalo itu yang kamu mau, mas sih ngikut aja" melia tersenyum lalu memeluk suami nya. "maaf kan aku mas bukan aku mau jahat sama kamu tapi apa yang aku alami dulu, membuatku tak percaya lagi sama mama kamu walau keadaan sudah berbeda" kata melia dalam hati.
Pagi hari nya arkan pergi bekerja sebelum pergi ia selalu pamit pada istri nya. "de' mas berangkat kerja dulu kamu hati-hati di rumah ya" pamit arkan. " loh mas katanya hari ini istirahat...kok berangkat kerja" "iya de' mas nggak nyaman kalo seharian diam di rumah" "ya udah tapi pulang nya jangan sore ya mas, belikan aku es campur di ujung jalan sana kalo pulang" arkan tersenyum "siap ratu ku.."
setelah arkan pergi melia menutup pintu rumah nya. Tapi tak berapa lama suara ketukan pintu membuat nya kembali membuka pintu. saat pintu terbuka melia melotot tak percaya. "mama....ngapain mama ke sini" kata melia pada mama mertua nya yang dulu di kenal sebagai nyonya drajat, tapi kini hanya seorang ibu yng tak berdaya.
"mel tolong ijin kan mama dan radit untuk tinggal bersama kalian, dengan susah payah kami mencari keberadaan kalian akhir nya kami menemukan kalian" melia semakin geram. "maaf ma rumah kami hanya cukup untuk berdua saja dan lagi pula apa mama lupa dengan semua yang mama lalukan terhadap ku dan mas arkan, kami baru memulai hidup yang baru setelah kehidupan kami mama hancurkan" kata melia tanpa jeda "dan kamu kak radit setelah keadaan mu tak berdaya seperti ini kamu datang mencari kami, di mana kamu saat adik mu arkan sedang susah payah berjuang berdiri menopang semua derita yang mama kasih...kemana kamu? Heh...sudah pasti kamu memilih hidup enak dengan orang tuamu yang licik ini".
Radit hanya menunduk, tak seperti ibu nya yang masih memohon. "mel mama mohon beri mama sama radit kesempatan ke dua kalu ini aja" melia melipat tangan di dada. " loh mel kamu hamil? Sudah berapa bulan? Duh cucu mama" kata nyonya drajat yang mengulurkan tangan nya akan menyentuh perut melia.
"jangan berani sentuh aku ma" bentak melia. "mel melihat kamu hamil gini kamu pasti kesusahan mengurus rumah sendiri, maka dari itu ijinkan mama tinggal di sini buat bantu-bantu kamu" dengan PD dan tak tau malu nya nyonya drajat terus membujuk.
"nggak perlu. Aku nggak butuh bantuan siapa pun terutama kalian berdua aku sudah cukup bahagia hidup berdua dengan mas arkan" lalu melia dengan cepat menutup pintu. Brak. "mel kalo nggak ijin kan kami masuk, kami akan tetap di sini sampai arkan pulang dan melihat apa yang sudah kamu lakukan terhadap mama dan kakak nya yang sudah tak berdaya ini" teriak nyonya drajat dari luar.
"bodo amat aku nggak perduli dengan ucapan kalian, mas arkan juga sebagai saksi bagaimana kalian menghancurkan hidup kami" kata melia lirih dan sama sekali tak menghiraukan kedua orang yang ada di luar rumah nya.
Arkan pulang siang hari. Karna pesanan sang istri sangat cocok di minum siang hari. dari kejauhan arkan melihat 2 orang yang sedang tertidur di teras rumah nya. "siapa mereka, kenapa mereka tidur di teras rumah kami dan membawa tas" arkan bermonolog sendiri. Ia berjalan lebih cepat sesampai nya di depan teras rumah nya, arkan terbelalak betapa terkejut nya dia.
"mama...kak radit..?" si empunya nama lalu terbangun "eh arkan kamu sudah pulang nak.. Lihat kelakuan istri kamu, kami tak di ijin kan masuk" arkan mengernyit. "de' mas sudah pulang, buka pintu nya de'". tak berapa lama pintu terbuka. "loh mama kak radit?" kata melia seolah tak mengetahui keberadaan mama mertuanya. " loh kamu nggak tau de' kalo mereka tertidur di teras?" melia menggeleng.
"dia bohong arkan tadi dia mengusir kami, dia tidak mengijin kan kami tinggal di sini" kata nyonya drajat dengan begitu yakin. "enggak orang aku tidur kok, oya mas mana pesenan aku" arkan menyodorkan kantong kresek yang berisi es campur.
Melia masuk membawa kantong kresek tersebut. "arkan tolong ijin kan kami tinggal bersama kamu, lihat kondisi kakak mu buat berjalan saja susah bagaimana dia bisa mencari nafkah untuk mama" arkan terdiam ia tak berani mengambil keputusan sendiri.
"ma aku sangat menghormati mama, dan terina kasih sudah mau berkunjung di gubuk kami, tapi untuk tinggal bersama lagi sepertinya cuma melia yang bisa putuskan, karna arkan masih punya semangat sampai saat ini karna melia" arkan mengatakan hal itu sambil mengusap air mata. "setelah mama campakan kami, rumah dan semua aset mama jual hidup kami berdua seperti gelandangan, dari kampung ke kampung lain kami meminta belas kasihan orang, tapi tak ada satu pun yang mengasihani kami"
Nyonya drajat menunduk begitu pun dengan radit yang turut andil dalam kehancuran hidup adik dan adik ipar nya. "sekarang apa mama dan kak radit masih punya muka memohon kepada orang yang sudah kalian buang dan kalian khianati"
"tapi arkan kami sudah berubah, kami butuh tempat tinggal" nyonya drajat bersimpuh di hadapan arkan. "ma bangun, jangan seperti ini sebesar apa pun kesalahan mama, mama tidak pantas bersimpuh di hadapan putra mama" arkan membantu ibu nya untuk bangun.
Dan pada akhir nya arkan dan melia mengijinkan mereka tinggal bersama. " dengan syarat jangan campuri kehidupan kami berdua" kata melia sebelum menerima kedua nya tinggal bersama "dan yah...untuk kak radit lakukan apa yang mampu kamu lakukan aku nggak mau suami ku jadi tulang punggung untuk mu, jadi berusaha lah semampu mu" sambung melia yang membuat radit merasa sangat rendah. Namun keduanya setuju dengan syarat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments