Dengan kekuatan yang ada, Ryuka mencoba mengangkat Rifky ... Wanita itu hanya bisa menyeret Rifky ke tempat yang lebih luas, hanya itu yang bisa dia lakukan, karena Rifky sama sekali tidak bisa bangun, matanya hanya terbuka setengah dengan bibir yang sudah pucat pasi.
"Rifky jawab Rifky!!!!!!!" Paksa Ryuka dengan tangisan histerisnya.
Rifky kembali tak sadarkan diri, lalu Ryuka dengan cepat menelpon Fadli dan memintanya untuk cepat datang ke apartemen Rifky.
Hanya butuh waktu 20 menit, Fadli sudah sampai di apartemen, pria itu langsung bergerak cepat dengan meminta bantuan security yang ada untuk membawa Rifky ke dalam mobil dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat, Rifky berbaring dengan kaki Ryuka sebagai bantalan kepalanya.
"Rifky, aku bingung kalau kamu gak jawab, apa sebenarnya yang sudah terjadi!" Ryuka terus menuntut jawaban, tapi Rifky sama sekali tidak merespon.
"Nona, sebaiknya anda bertanya nanti, ketika Pak Rifky sudah mendapat perawatan dari dokter, sebentar lagi sampai UGD, anda harus bersabar nona."
Sesampainya di rumah sakit, semua perawat langsung membantu mengevakuasi Rifky dan membawanya masuk ke UGD untuk pertolongan pertama.
Hampir setengah jam Dokter dan perawat memberikan pertolongan pertama, sedangkan Ryuka dan juga Fadli menunggu dengan khawatir di balik tirai.
"Fadli, apakah Rifky mempunyai musuh?"
"Setau saya tidak nona, pak Rifky berhubungan baik dengan semua kolega nya."
"Lalu siapa yang tega melakukan ini?!" Ucap Ryuka dengan suara isaknya.
Dokter membuka tirai dan memunculkan bagian kepalanya, "Pengantar pasien ada yang bernama Ryuka?"
Dengan cepat Ryuka langsung mendekat, "Sa-saya ... Ada apa dokter? Bagaimana keadaan pasien?"
"Silahkan masuk."
Ryuka pun masuk dan melihat Rifky yang sudah di pasang alat oksigen di hidungnya, dengan selang infus yang sudah terpasang di tangannya.
"Sedari tadi pasien menyebut nama anda, pasien mengalami dehidrasi dan beberapa luka dalam di bagian tubuhnya, untuk sementara waktu pasien harus menginap dulu untuk dilakukan berbagai pemeriksaan, agar semuanya jelas."
"Baik kalau begitu dok, Terimakasih."
"Saya pamit keluar, jika ada masalah bisa langsung panggil saja."
Ryuka pun berjalan mendekat pada Rifky yang terkulai lemah, dengan warna lebam yang sudah nampak di beberapa bagian wajahnya.
"Rifky, wajah tampanmu ... Jadi seperti itu." Ryuka hanya bisa menyentuh wajah di bagian yang tidak ada lebam.
Sampai akhirnya, Rifky siuman.
"Yuka ... sayang." Ucap Rifky dengan suara lemahnya.
*Degh ...
Jantung Ryuka berdebar, kala pertama mendengar Rifky memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Aku disini Rifky."
"Yuka ... Terimakasih sudah datang menyelamatkan aku."
"Jangan bahas apapun dulu Rif, pulihkan dulu tenagamu, baru kamu bisa cerita lebih lengkap, aku selalu disini, tidak akan pergi kemanapun."
Sebelah tangan Rifky terulur, meminta Ryuka untuk menggenggamnya, dan Ryuka melakukan itu, tak lupa memberikan beberapa kecupan semangat di jari-jari tangan Rifky. "Cepat pulih ... Kita mengobrol lagi samapi larut, jika kamu sudah sehat." Ucap Ryuka dan membuat Rifky tersenyum.
Apa harus sering sakit, agar kamu mau bersikap manis terus seperti ini. Batin Rifky.
Karena lembutnya usapan Ryuka di kepalanya, Rifky pun kembali tertidur.
Jam 20.00
Tirai di buka dengan cepat ,menampilkan Hana dan juga Anggita, yang masuk ke bilik pemeriksaan karena Fadli yang mengabarkan tanpa menanyakan terlebih dahulu pada Rifky dan Ryuka.
"Hei, kamu! Kenapa bisa ada kamu disini?! Minggir!!!!" Sentak Hana, di ikuti oleh lambaian tangan Anggita yang juga menyuruh Ryuka menjauh.
"Tante, Rifky sedang istrahat, jangan di ganggu dulu."
"Diam kamu dasar penghancur hubungan anak dengan orang tua."
"Tapi tan—"
"Sebelum Rifky mengenal kamu, dia adalah anak penurut yang tak pernah meninggalkan rumah dalam waktu yang lama seperti sekarang, kehadiran kamu itu sudah menjadi pengacau pada keharmonisan keluarga saya!!!!"
"Shht ... Mama pelan-pelan, ini UGD." Ucap Anggita memperingati Hana.
Kegaduhan itu akhirnya membuat Rifky terjaga dari istirahatnya, matanya perlahan membuka dan melihat kehadiran Hana dan juga adiknya, sedangkan posisi Ryuka jauh beberapa meter dari tempat Rifky berbaring.
"Sayaaang." Panggil Rifky sambil mengulurkan tangannya Tampa memperdulikan Hana dan juga Anggita.
"Rifky! Ini mama nak ... Apa mata kamu sudah di butakan oleh wanita ini?!"
"Pergi!" Ucapnya tak mau tahu.
"Kakak ... Sebenernya apa yang sudah terjadi????" Tanya Anggita.
"PERGIIIII!!!!!!!" Dengan kekuatan penuh Rifky meneriaki ibu dan juga adiknya untuk segera pergi, karena Rifky tidak butuh orang yang tidak ada di pihaknya.
Hana dan juga Gita dengan wajah kesalnya akhirnya pergi meninggalkan bilik, lalu memandang Ryuka dengan tatapan sinis.
Ryuka langsung menghampiri Rifky, mengusap lembut dada prianya itu agar lebih tenang. "Jangan teriak kayak gitu, gak baik." Ucapnya pelan.
"Panggil Fadli." Ucap Rifky masih di liputi rasa kesal.
Ryuka pun menurut lalu memanggil Fadli yang setia duduk menunggu di kursi luar ruangan.
"Fadli, di panggil Rifky."
Fadli pun mengikuti langkah Ryuka masuk ke dalam bilik.
"Kau menyuruh dua orang itu datang kesini hah?!" Tanya Rifky, dan posisi Ryuka yang menggenggam erat tangannya agar emosinya lebih stabil.
"Maksud anda, Bu Hana?" Jawab Fadli heran.
"Menurutmu?! Jangan sekali-kali lagi kau lancang memberitahukan kondisiku pada semua orang, termasuk keluargaku! Ingat itu."
"Bb-baik pak, saya mohon maaf."
Rifky tidak menjawab, lalu membuang pandangannya ke arah Ryuka yang sedari tadi seperti ketakutan melihat Rifky emosi.
Fadli pun keluar dari ruangan, dan kembali berjaga dari luar.
"Maaf ya, aku emosi." Ucap Rifky dengan lembut pada Ryuka.
"Simpan tenagamu, jangan membuangnya percuma."
Rifky mengangguk patuh pada apa yang di katakan Ryuka.
Ini seperti mimpi bagiku, aku seperti mengenal orang yang berbeda. Batin Ryuka.
.
.
Rifky sudah di pindahkan ke ruang rawat, dan Ryuka tetap setia menunggunya, waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dinihari.
Ryuka memutuskan untuk izin bekerja, menunggu semua hasil pemeriksaan Rifky selesai agar dia bisa bekerja lebih tenang.
Esoknya, kesehatan Rifky makin membaik ... Pria itu sudah bertenaga dan bisa tertawa dan bercanda dengan Ryuka.
"Kamu sudah resign kan?" Tanya Rifky yang menyadari jika Ryuka tidak bekerja hari ini."
"Hanya izin."
"Resign, dan ayo kita menikah." Ajak Rifky dengan kesadaran penuh.
"Jangan terburu-buru." Sahut Ryuka.
Aku hanya takut ini pelarian dari rasa kecewamu pada Alea.
"Dan jangan membuatku menunggu terlalu lama, ini menyiksa." Ucap Rifky sambil mengetuk pelan dadanya sendiri.
Ryuka tersenyum, dan menganggukkan kepalanya.
Siang harinya, hasil pemeriksaan sudah keluar.
Kondisi organ dalam Rifky di nyatakan baik, dan luka dalamnya sudah sedikit pulih Karena obat-obatan yang di berikan sejak semalam.
"Tunggu cairan infusnya habis, sesudah itu anda boleh pulang ya pak Rifky." Ucap Dokter visit, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Rifky tetap berwajah muram, jika dia tidak dalam keadaan sakit seperti sekarang, pastinya Ryuka akan meninggalkannya seperti biasa.
"Bisakah aku tinggal disini saja, agar kamu tetap ada disini menjagaku."
"Hus! Kamu ini ... Orang tuh pengen cepet pulang, ini malah minta tinggal disini."
"Aku benci sendirian." Sahut Rifky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Uthie
Cieee... cepetan dehhh nikah 👍😆😆🤩
2025-04-05
0