Di apartemen, sepulang Rifky dari rumah sakit.
Fadli dan juga Ryuka ikut mengantar kepulangan Rifky.
Pria itu sudah menceritakan dari awal, kronologi masalah yang sudah di alaminya, bukti cctv pun sudah di kantongi dan di salin ke beberapa file untuk berjaga-jaga.
Tapi Rifky tidak langsung melaporkannya pada pihak berwajib, karena ada beberapa rencana, agar dia bisa menuntaskan masalah ini sampai ke akarnya.
"Cari tahu tentang foto brengsek ini!" Rifky melempar selembar foto syurnya dengan Alea di atas tempat tidur tanpa busana dan hanya di tutupi selimut di bagian bawah.
Fadli mengambil foto itu, memperhatikan dengan seksama.
"Tapi ini foto asli pak, saya tahu mana foto asli dan foto hasil edit." Ucapnya secara tak sadar.
Ryuka membuang pandangannya ke arah lain, sebisa mungkin dia tidak mau membayangkan apa yang tengah terjadi saat foto itu di ambil.
"Sayang, percaya aku." Bisik Rifky sambil memegang tangan Ryuka.
Fadli seketika sadar apa yang telah dia ucapkan , "M-maksud saya, bisa jadi ada orang suruhan yang bertugas untuk memotret, karena tidak mungkin ini foto hasil tripod dan timer." Ucapnya menyelamatkan diri.
"Kau! Tidak usah banyak berkomentar dan cepat cari tahu, tanggal foto dan tempat nya sudah ku tulis di balik foto itu."
"Bb-baik pak, kalau begitu saya permisi." Fadli meninggalkan apartemen Rifky dalam keadaan karir yang masih terselamatkan.
Ryuka mendadak memikirkan, apa yang sudah Rifky lakukan dengan Alea malam itu, padahal sebelumnya Ryuka tidak ambil pusing apalagi sampai membayangkan, tapi entah kenapa hari ini dia seperti sesak saat melihat foto itu kembali.
"Sayang, aku tidak melakukan itu, kamu percaya kan?"
Kalau aku tidak percaya, artinya aku sama dengan keluargamu dan berarti aku juga terpengaruh dengan Alea.
"Ya ... Walaupun fotonya tidak nyaman saat di pandang, tapi aku percaya, kamu tidak seperti yang orang sangka saat melihat foto ini."
Rifky menarik tubuh Alea ke dalam pelukannya, "Cuma kamu, cuma kamu yang ada di pihakku, yang buatku semangat untuk mengungkap semuanya."
"Selanjutnya, tolong lebih hati-hati."
"Iyaa sayang, maaf sudah membuat kamu tidak nyaman, aku hanya pernah tidur dengan satu wanita."
"Hah? Siapa?"
"Kamu, saat masih menjadi istriku."
Ryuka menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ryuka ... Aku mau bertanya."
" Ya ... "
"Bagian mana yang membuatmu tidak yakin untuk menikah denganku?"
Ryuka memainkan jarinya, pertanyaan yang dia takutkan akhirnya terlontar juga dari mulut Rifky.
"Aku ... Aku hanya takut kamu ingin bersamaku hanya karena pelarian, akibat kekecewaan yang Alea lakukan selama ini. Dan aku sengaja mengulur tentang pernikahan, karena jika kamu ingin kembali pada Alea dan mau memperbaiki semuanya masih ada waktu untuk kamu melakukannya, semuanya belum terlambat, toh kita masih dalam tahap saling mengenal, belum menikah secara resmi, dan semuanya akan rumit jika kita harus bercerai untuk kedua kalinya, aku rasa pernikahan bukan hal yang bisa di permainkan, cukup pernikahan pertamaku saja, dan itu aku lakukan sebagai bakti kepada orang tuaku.
Pandangan Rifky mendadak kosong.
Sedalam itu rasa trauma yang kamu rasakan, saat aku menceraikanmu dengan mudahnya di hadapan banyak orang.
"Maaf sudah menciptakan trauma Ryuka, maaf aku tidak memikirkan perasaanmu, pada saat itu aku belum merasakan kehilangan yang teramat sangat. Tidak ada lagi jalan hidupku untuk kembali bersama dengan wanita licik itu, aku akan meminta restu pada orang tuamu, agar kamu yakin dengan kesungguhanku kali ini."
"Selama aku hidup mandiri, tidak ada tanda-tanda bahwa aku sedang di cari oleh kedua orang tuaku, mereka sudah tidak perduli dengan apa yang terjadi padaku, jadi untuk apa?"
"Kamu seorang wanita Ryuka, pernikahan akan berjalan jika kita sudah mengantongi restu, terkecuali jika orang tuamu sudah tidak ada lagi di dunia. Kapan kita bisa menemui mereka?"
Ryuka menghela nafasnya, rasanya sangat malas harus bertemu dengan kedua orang yang sudah menjadikan dirinya sebagai alat pembayaran.
"Tunggu kamu pulih dulu, tidak mungkin kan kamu menunjukan wajah lebammu itu di depan orang tuaku?"
"Baiklah, tapi lebih cepat lebih baik." Ucap Rifky sambil memeluk Ryuka erat.
"Iya, bersabar sedikit lagi."
***
Hari yang di tunggu pun telah tiba.
2 Minggu setelah semuanya pulih, Ryuka harus menepati janjinya pada Rifky dengan membawa ke rumah orang tuanya.
Perasaanku tidak enak.
Di perjalanan, Rifky terus membahas hal random dan tertawa gembira, seperti anak-anak yang sedang melakukan perjalanan study tour.
"Sebentar lagi sampai sayang." Ucap Rifky sambil bersenandung.
Rifky memarkiran mobil, tepat di depan pagar besi yang sudah terlihat rapuh itu.
Apa mereka masih tinggal disini? Seperti rumah tidak terurus. Batin Ryuka sambil memandang area rumahnya.
Ryuka memberanikan membuka pagar, berjalan perlahan dengan tangan yang terus di genggam oleh Rifky.
"Sayang, tanganmu berkeringat, harusnya aku yang merasa gugup." Ucap Rifky.
Ryuka tahu betul bagaimana watak ayah tirinya dan juga ibu kandung yang selalu mendukung hal aneh yang di lakukan suaminya.
Suara besi yang jatuh di lantai menandakan ada seseorang di dalam sana.
Tengku sedang membetulkan tv pelanggannya, terlihat dari balik gorden transparan yang terpasang.
Ayah.
"Permisi." Ucap Rifky dengan antusias.
Sontak Tengku langsung mendongak ke arah pintu dan melihat Rifky dan Ryuka sedang di luar, terlihat dari jendela bagian dalam.
"Bu ... Ibu ... " Teriak Tengku, yang di susul Mira berlari tergopoh-gopoh dari arah dapur.
"Ada apa yah, kenapa teriak-teriak sih?!"
"Lihat tuh siapa yang datang." Ucap Tengku masih tetap dalam posisi duduk dan tidak berniat untuk membukakan pintu.
"Ryuka?" Gumam Mira, lalu berjalan membukakan pintu untuk anaknya.
"Bu ... " Ucap Ryuka.
Mira sama sekali tidak menanggapi panggilan Ryuka, untuk sekedar memeluk pun tidak dia lakukan, padahal cukup lama mereka tidak bertemu.
"Pak Rifky, apakah sudah selesai menggunakan Ryuka? Pasti sudah kan? Syukurlah kalau begitu, kami butuh Ryuka untuk bekerja agar bisa menghidupi kami lagi, lihatlah keadaan kami sekarang, jadi sengsara seperti ini." Mira terus mengoceh tanpa memberikan kesempatan untuk Rifky berbicara.
Mata Ryuka langsung berkaca, dan Rifky melihat itu, genggaman tangan Rifky pun makin erat pada Ryuka, dengan ibu jari yang mengusap lembut mengisyaratkan untuk tetap mengendalikan emosinya.
"Boleh saya masuk?"
"Mm-masuk? Untuk apa lagi pak?" Tanya Mira.
"Bolehkah?" Ucap Rifky lagi.
"Ss-silahkan." Mira mempersilahkan masuk kedalam ruangan yang sangat banyak barang elektronik yang sudah tidak terpakai, karena pekerjaan Tengku yang sekarang.
"Langsung saja, kembalikan anak kami." Kata Tengku tanpa berbasa-basi.
Hah, anak kami dia bilang? Tak tahu malu! Aku anak ibuku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Uthie
harus di apain gaa orangtua macam itu 😡
2025-04-05
0
Myra Myra
kasihan ruka....
2025-04-05
0