"Maaf pak saya harus kembali ke kantor, nanti saya bisa di pecat jika seenaknya begini."
"Jj-jangan ... Tinggalkan saya, aah ... maksudnya, jangan tolak tawaran saya, kamu bisa mengerjakan pekerjaan kapan saja, sesukamu, sebisamu, tolong aku Ryuka, aku tidak bisa melakukan semuanya sendiri semenjak kau melayaniku pada waktu itu."
"Lalu sebenernya, pelayanan apa yang bapak inginkan?" Tanya Ryuka dengan malas.
"Menyiapkan pakaian, makanan, sama seperti dulu saat kamuasin bersamaku?"
Ah ... Sudah gila, aku tidak mau melayaninya seperti dulu, aku ingat betul saat pria itu memaksa aku tidur seranjang dengannya, bisa habis masa depanku, itu kan hanya akan aku berikan pada suamiku nanti.
"Maaf pak, jika semuanya seperti dulu saya tidak bisa, tapi jika untuk pakaian dan makanan, saya masih bisa menyanggupi."
"Bb-baiklah, apapun itu ... Yang terpenting setiap hari, kau harus menunjukan wajahmu itu di hadapanku."
"Wajahku? Ada apa dengan wajahku?"
"Itu artinya, kau harus hadir disini melayani semu kebutuhanku."
"Disini? Bukan di rumah yang dulu?" Kata Ryuka memastikan dengan mata yang berbinar.
"Ya disini."
"Baiklah, deal! Tapi saya tidak bisa pulang larut, karena besok pagi harus lanjut bekerja."
"Hanya saran, pekerjaanmu sebagai cleanyservice dengan gaji yang tak seberapa itu lebih baik kau tinggalkan, bekerjalah dengan baik disini, kesejahteraan ada di depan mata."
"Maaf pak, saya menyukai pekerjaan saya saat ini. kalau tidak ada lagi yang harus di bahas, saya pamit kembali ke kantor." Ryuka berdiri dan hendak meninggalkan Rifky, tapi Rifky dengan cepat menahan tangannya.
Aku tidak bisa memaksa berlebihan, semuanya harus dengan perlahan. Rifky.
"Aku antar."
"Tidak usah pak, saya naik ojek online."
"Tidak ada penolakan."
Dasar, pemaksa.
Rifky berjalan lebih dulu dilorong apartemen di ikuti Ryuka di belakangnya.
Apalagi sebenarnya motif lelaki ini, sampai dia memaksaku bekerja dengannya, awas saja jika dia berbuat kriminal karena masih menyimpan amarah pada ayah. Batin Ryuka.
Rifky sudah mengirim chat pada Glen agar tidak memberikan punishment pada Ryuka karena sudah meninggalkan kantor pada jam kerja, dan mau tidak mau Glen mengiyakan permintaan rekan bisnisnya itu.
***
Keesokan harinya.
Ryuka bekerja seperti biasa di kantor, tapi fikirannya tetap memikirkan bagaimana nanti sore dia menjalani kegiatan di apartemen Rifky.
Waktu yang di khawatirkan pun tiba, Ryuka menginjakan kakinya tepat di depan apartemen setelah menuruni bus yang dia tumpangi dari kantor.
"Fiuh ... Semangat, demi 10x lipat gaji." Gumamnya sambil memandapng gedung yang menjulang tinggi.
Ryuka masuk ke apartemen tanpa menunggu persetujuan Rifky, karena sebelumnya Rifky sudah memberitahu pasword pintunya.
Lagi-lagi Ryuka menghela nafasnya saat hendak memulai pekerjaannya, pertama-tama dia mengecek isi kulkas yang sudah terisi penuh bahan makanan mentah, sepertinya Rifky sudah menyiapkan semuanya sehingga Ryuka dengan mudah memasak apapun yang ada di fikirannya.
"Daging teriyaki, dan salad wortel ... Sepertinya cocok di makan saat pulang kantor."
Ryuka mengerjakan semuanya dengan cekatan, hampir satu jam lebih semua masakan dan nasi sudah siap di hidangkan, tak lupa Ryuka mencuci piring agar dapur mewah Rifky tidak ternodai pemandangannya.
"Sudah jam 6, dia belum pulang juga." Ucap Ryuka sambil melihat jam dinding.
"Aku ke kamar saja, menyiapkan baju nya nanti."
Ryuka sedikit tercengang saat melihat foto cukup besar yang terpajang di dinding kamar, foto pernikahanya dengan Rifky.
"Mm-maksudnya apa ini?" Tangannya menyentuh foto itu dengan lembut.
Suara bariton terdengar dari arah belakang, ternyata Rifky sudah pulang dari kantor dan Ryuka tidak menyadari itu.
"Indah bukan fotonya?" Ucap Rifky sambil berjalan mendekat.
"Ng ... Maaf pak, saya lancang masuk kamar, hanya ingin menyiapkan pakaian bapak untuk malam." Kata Ryuka sedikit membungkukkan badannya.
"Aku lapar."
"Sudah saya hidangkan makanan di meja pak, silahkan di makan." Ryuka keluar dari kamar, memberikan waktu untuk Rifky mengganti pakaiannya.
Setelah beberapa menit, Ryuka memilih memainkan ponselnya duduk di sofa, sedangkan Rifky berjalan ke arah dapur untuk melihat makanan apa yang sudah di siapkan oleh mantan istrinya itu.
"Ryuka, temani saya." Panggil Rifky.
"CK ... Ada-ada saja." Gumam Ryuka pelan, tapi tetap berjalan menghampiri Rifky.
Ryuka duduk tepat di samping Rifky, dia menolak makan karena sudah makan lebih dulu.
"Enak, kau pernah kursus memasak?"
"Terimakasih, tidak pernah pak ... Saya belajar dari internet."
Rifky hanya menganggukkan wajahnya.
"Oh ya, maaf lancang ... Kenapa bapak sekarang tidak tinggal di rumah, bersama orang tua dan adik anda?"
"Mereka tidak ada di pihakku, saat ini ... Hanya aku sendiri yang menyemangati setiap masalah yang datang."
Ryuka menunduk, dia tau masalah mana yang Rifky maksud.
"Badai pasti berlalu, nanti pelangi juga akan datang pada kehidupan bapak."
"Dan aku sudah melihat pelanginya disini." Celetuk Rifky yang membuat Ryuka sedikit salah tingkah.
"Ng ... Jika sudah selesai, aku mau membereskan semuanya, lalu bersiap untuk pulang, baju untuk laundry sudah aku siapkan, baju kerja untuk besok sudah aku siapkan juga beserta accesories nya."
"Ryuka ... "
"Ya?"
"Bisakah .... "
"Apa?"
Sial, berat sekali untuk bilang bahwa aku menginginkannya.
"Bisakah kau lembur? Semalam aku mimpi buruk dan aku sedikit ketakutan, lagipula besok weekend, kau libur bekerja."
Ryuka sedikit menahan tawanya, ketika membayangkan sifat arogan Rifky ternyata bisa takut karena mimpi buruk.
"Hanya malam ini saja ya, saya akan menjaga anda dari situ." Ryuka menunjuk sofa besar di ruang tengah.
Malam harinya.
Rifky keluar dari kamarnya, terlihat menunjukan pukul 23.00, Ryuka sudah terlelap di bawah selimut, menggunakan kaos dan celana pendek Rifky, karena wanita itu sama sekali tidak ada persiapan untuk menginap.
"Cantik." Gumam Rifky.
Malam itu, terbesit fikiran kotor di benak Rifky untuk melakukan hal yang tidak semestinya dia lakukan pada seorang yang tidak mempunyai status hubungan apapun.
"Sepertinya aku tidak ada pilihan lain, selain melakukan hal itu ... Agar kamu mau terus hidup bersamaku Ryuka." Kata Rifky dengan tatapannya yang sendu dan berjalan makin mendekat ke arah sofa.
"Bodohnya aku, menyia-nyiakan saat dulu kau masih menjadi istri sah ku, penyesalan yang teramat sakit aku rasakan saat ini, aku ingin menyentuhmu, melindungimu di sepanjang hidupku."
"Ryuka, maafkan aku ... Maaf sudah egois."
Rifky membuka selimut Ryuka dengan perlahan, jarinya mengelus lembut rambut yang menghalangi mata Ryuka, "Istriku." Gumam Rifky, wajahnya makin mendekat, dan hanya berjarak beberapa cm dari bibir Ryuka.
Hembusan nafas Rifky akhirnya membuat Ryuka terjaga, sontak wanita itu membuka mata lebar-lebar dan langsung beringsut menghindar, tapi kedua tangan Rifky berhasil menahan kedua bahunya. "Ryuka, aku mencintaimu." Lolos sudah kata-kata itu terlontar dari mulut Rifky, kata yang selama ini terasa berat di ucapkan.
"Pak! Jangan seperti ini ... Saya takut! Kita bukan pasangan suami istri lagi, kita sudah bercerai!"
"Tapi aku mencintaimu Ryuka, sangat mencintaimu." Rifky berusaha memeluk Ryuka, tapi dengan kekuatan penuh Ryuka berusaha menghindar dan menghalau dengan kedua tangannya.
"Pak jangaaaan!!!!!!" Teriak Ryuka yang sama sekali tak di indahkan oleh Rifky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments