Kenyataan Menyakitkan

"Bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?"

"Apa? Katakan saja."

"Aku sudah mengirimkan beberapa bukti ke Dzulfikar. Apa kamu bisa mengambil hasilnya nanti? Aku tidak tahu akan berapa lama berada di sini. Sepertinya mereka hanya ingin menjauhkan ku dari pondok."

"Tenang saja, nanti aku yang urus."

"Tolong awasi pondok. Jangan sampai sesuatu terjadi di sana."

"Oke. Aku pergi dulu."

Putra segera meninggalkan sel di mana Zyan berada. Polisi yang bertugas menjaga sudah kembali. Pria itu tidak mau terlihat mencurigakan hingga membuat operasinya selama ini berantakan. Sepeninggal putra, Zyan kembali ke tempatnya. Dia kembali mendudukkan tubuhnya di lantai, berdampingan dengan penghuni sel lain.

Dua polisi yang baru saja selesai mencari udara segar, kembali duduk di depan meja sambil mengobrol. Zyan memejamkan matanya seperti orang tidur. Namun dia menajamkan telinga, ingin mencuri dengar pembicaraan kedua polisi tersebut. Siapa tahu ada informasi penting yang bisa didapat olehnya.

"Kita diminta menjaga keamanan hotel Blue Lagoon malam ini. Banyak tamu penting yang datang."

"Aku tahu. Kabarnya ada beberapa pengusaha dari Singapura, Malaysia dan Australia yang datang."

"Semenjak kasino dibuka, hotel selalu ramai. Kita juga kecipratan bagian yang cukup besar."

"Tentu saja, mereka itu tidak sayang menghamburkan uang untuk berjudi."

"Tapi apa tidak akan ada masalah dengan kasino itu? Bukannya kemarin masih ada yang menentangnya?"

"Mereka sudah dibereskan," ujar salah satu polisi dengan suara pelan.

Pria itu kemudian memberi tanda pada rekannya untuk tidak membicarakan masalah kasino lagi. Keduanya kembali meninggalkan tempat mereka. Begitu mereka pergi, Zyan membuka matanya. Pria itu sama sekali tidak tahu kalau ada kasino di kota ini. Dia kemudian melihat pria di sampingnya.

"Petugas tadi membicarakan soal kasino. Memangnya ada kasino di sini?"

"Kamu pasti tidak tinggal di sini."

"Aku tinggal di Pagar Anam."

"Pantas saja. Di sini memang ada kasino. Baru dibuka dua bulan yang lalu."

"Di mana tempatnya?"

"Hotel Blue Lagoon. Di lantai teratas hotel itu. Sebuah kasino yang cukup besar dengan beragam permainan di sana. Aku sendiri pernah ke sana dua kali dan berakhir di sini."

"Kenapa?"

"Aku memukuli bandarnya karena selalu kalah."

Melihat orang di sampingnya yang banyak tahu soal kasino, Zyan pun terus bertanya padanya. Masalah kasino ternyata luput dari perhatiannya. Sang walikota diam-diam membuka pusat perjudian di kota ini. Pantas saja kalau pelancong di kota ini naik tiga kali lipat dalam kurun waktu dua bulan. Ternyata ada pemicu di baliknya.

"Selain kasino, di sana ada apalagi?"

"Aku dengar di sana juga melakukan prostitusi terselubung. Banyak gadis muda yang datang akhir-akhir ini. Dan mereka sangat cantik dan seksi."

"Walikota mengijinkannya?"

"Tentu saja. Kasino dan prostitusi menghasilkan banyak uang. Siapa juga yang tidak tergiur dengan uang yang banyak."

Kepala Zyan hanya mengangguk saja. Pria itu akan meminta bantuan Putra menyelidiki informasi yang baru saja didapatnya.

***

"Bang, ada kabar soal Bang Zyan? Sudah semalam dia ditahan. Apa dia ditahan di kantor Polsek sini?"

Khawatir akan keadaan Zyan, Nisa menanyakan kabar pria itu pada sang Kakak. Dia tahu kalau atasan Zyan menempatkan beberapa agen untuk mendampingi Zyan dan Husein tahu soal keberadaan agen-agen tersebut.

"Zyan ditahan di kantor Bandar Baru."

"Kenapa ditahan di sana?"

"Entahlah. Tapi keadaannya baik. Abang sudah bicara dengan Putra. Dia akan mencari cara agar Zyan dibebaskan. Zyan titip pesan supaya kita tetap berhati-hati, pasti ada maksud lain kenapa dia sampai ditahan."

"Apa orang yang berurusan dengannya dulu sudah menyadari keberadaannya?"

"Abang ngga yakin. Kamu tidak usah khawatir, Zyan baik-baik saja. Dia sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini."

Kepala Nisa mengangguk paham. Husein buru-buru mengakhiri pembicaraan tentang Zyan ketika melihat Barly datang mendekat. Sejak melihat rekaman cctv yang ditunjukkan Zyan, pria itu sudah malas berhubungan dengan Barly. Mengingat kalau pria itu adalah salah satu penyebab sang ayah meregang nyawa. Tanpa melihat pada Barly, Husein segera menjauhi Nisa.

"Nisa, ayo kita pulang. Sudah cukup kamu berada di sini."

"Aku akan tinggal sampai tujuh hari Amma. Aku juga tidak bisa meninggalkan Ummi sendirian."

"Aku tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku."

"Abang saja yang pulang. Biar aku di sini."

"Aku suamimu. Kamu wajib berada di sampingku dan mengurusku."

Barly sudah tidak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi. Pria itu harus membawa pergi Nisa dari pondok sebelum orang-orang yang akan mengeksekusi tanah Amma datang. Barly memang menginginkan tanah mertuanya, tapi dia juga mencintai Nisa dan tak ingin wanita itu terluka.

"Apa Abang peduli padaku? Pada keluargaku? Pada Amma?"

"Tentu saja."

"Kalau Abang peduli, Abang tidak akan memintaku pulang sekarang. Aku masih punya kepentingan di sini. Keluargaku sedang berduka dan aku tidak mungkin pergi begitu saja. Dan satu lagi, kenapa Abang melepaskan Vina? Santri yang menjaga kamar Vina mengatakan kalau Abang yang memintanya membuka pintu."

"Aku melakukan itu demi kamu dan keluarga ini. Pengacara Vina mengancam kalau Vina tidak bisa pergi dari sini, maka kalian semua akan dituntut."

"Aku tidak takut."

"Tapi Abang yang takut. Abang takut sesuatu terjadi padamu. Sudah cukup kejadian yang menimpa Amma. Abang tidak mau hal lain terjadi. Abang ke kantor dulu sekarang. Abang harap sore nanti kamu sudah pulang ke rumah."

Barly segera mengakhiri perdebatan di antara mereka. Pria itu mendekati Nisa lalu mencium keningnya. Tidak ada balasan dari Nisa. Dia diam saja ketika Barly meninggalkannya. Sepeninggal Barly, Nisa bermaksud menuju rumah kaca yang ada di bagian belakang. Namun langkahnya tertahan oleh Tina, Agam dan Febri.

"Kak.. bagaimana dengan Pak Reza? Apa dia masih ditahan?" tanya Tina.

"Iya."

"Tapi Pak Reza baik-baik aja kan?" kali ini Agam yang bertanya.

"Tenang saja. Dia baik-baik saja. Dia itu lebih kuat dari yang kalian kira."

"Kemarin waktu aku lihat Pak Reza nodongin pistol, keren banget. Udah kaya agen rahasia aja," sambung Febri.

Nisa hanya mengulum senyumnya saja. Andai ketiga murid Zyan tahu kalau wali kelas mereka memang seorang agen rahasia, pasti mereka akan terkejut.

"Kalian masih tinggal di sini kan?"

"Iya, Kak. Kita ngga ngerepotin kan?"

"Ngga, kok. Makasih ya, kalian udah mau bantuin."

"Sama-sama, Kak. Amma itu sudah kami anggap orang tua sendiri. Walau kita baru bertemu sekali, tapi kasih sayang Amma bisa kami rasakan sampai sekarang."

Tina dan Febri mengamini apa yang dikatakan Agam. Nisa mengusak puncak kepala ketiga murid Zyan yang baru saja lulus SMA. Wanita itu kemudian berpamitan. Dia melanjutkan niatnya menuju rumah kaca. Tepatnya menuju markas Zyan yang ada di ruang bawah tanah rumah kaca. Nisa memang menyebut tempat itu sebagai markas. Karena semua isi di dalam ruang bawah tanah tersebut memang cocok disebut markas.

Sesampainya di markas, lampu di seluruh ruangan masih menyala. Berarti Zyan sudah datang ke sini sebelumnya. Nisa segera menuju komputer yang ada di depan deretan layar yang memperlihatkan rekaman cctv. Wanita itu segera menyalakan komputer dan memasukkan kata sandi. Zyan memang memberitahu Nisa kata sandi komputernya.

Begitu komputer menyala, Nisa langsung mengecek rekaman cctv yang terjadi saat insiden yang menewaskan ayahnya terjadi. Wanita itu mencari tanggal rekaman malam saat Revina keluar dari rumah sang ayah. Setelah mencari-cari, akhirnya dia menemukan rekaman ketika Revina keluar asrama putri di malam hari.

Rekaman yang sudah dilihat Zyan dan Husein kini juga dilihat oleh Nisa. Tubuh wanita itu seakan membeku ketika melihat Barly memasuki kamar yang dimasuki oleh Revina. Dilihat dari waktunya, pria itu hampir satu jam lamanya berada di sana, sebelum akhirnya Revina keluar dan disusul Barly kemudian.

Tangan Nisa mengepal erat melihat adegan di depannya. Tidak ada pikiran lain yang terlintas di benaknya kecuali ada hubungan terselubung antara suaminya dan Revina. Wanita itu kembali mengikuti pergerakan Revina. Nampak Revina memasuki rumah Amma dari belakang rumah. Dada Nisa bergemuruh hebat setelah melihat isi rekaman. Perasaan marah, kecewa dan bersalah menghantamnya bersamaan. Dia segera bangun dari duduknya lalu keluar dari markas.

***

Dengan menggunakan sepeda motor, Nisa menuju kantor polisi di mana Zyan ditahan. Hanya pria itu yang bisa diajaknya bicara saat ini. Pasti Zyan sudah melihat isi rekaman tersebut. Sebelum pergi ke kantor polisi, Nisa mampir ke rumahnya yang memang berada di Bandar Baru. Dia mengambil sikat gigi milik Barly. Wanita itu akan membandingkan DNA suaminya dengan sp*rma yang didapat dari Revina.

Setelah memarkirkan motornya, Nisa tidak langsung masuk ke dalam. Dia menghubungi putra lebih dulu. Tak berapa lama kemudian Putra muncul.

"Putra, aku mau bertemu Bang Zyan, apa bisa?"

"Bisa. Tapi tidak bisa lama."

"Tidak masalah."

"Ayo ikut aku."

"Sebentar. Bisa tolong uji ini untukku. Tolong bandingkan dengan barang bukti yang dikirim Bang Zyan. Dia sudah bilang soal itu padamu kan?"

"Iya, sudah. Apa kamu menemukan bukti baru?"

Nisa hanya menganggukkan kepala saja. Wanita itu tidak sanggup mengatakan kalau bukti baru yang diserahkan olehnya adalah DNA suaminya sendiri. Putra mengambil barang yang diserahkan Nisa, kemudian pria itu mengajak Nisa masuk ke kantor polisi. Dia membawanya pada petugas yang menjaga sel. Dengan sedikit sogokan, akhirnya sang petugas mengijinkan Nisa bertemu dengan Zyan. Wanita itu diminta menunggu di ruangan lain.

Lima menit berselang, pintu ruangan di mana Nisa menunggu terbuka. Zyan masuk dengan tangan terborgol. Pria itu segera duduk di hadapan Nisa. Keduanya terhalang oleh meja persegi. Sejenak Zyan memandangi wajah Nisa. Matanya memerah dan sedikit sembab seperti habis menangis.

"Kamu baik-baik saja?"

"Bagaimana aku baik-baik saja kalau aku tahu orang yang bersekongkol dengan Vina adalah suamiku sendiri."

Airmata Nisa langsung jatuh setelah mengatakan itu. Perasaannya benar-benar hancur, orang yang dicintainya menjadi penyebab dirinya kehilangan sang ayah. Jawaban Nisa tentu saja membuat Zyan terkejut.

"Nisa, kamu.."

"Aku sudah melihat rekamannya. Bang Barly bertemu dengan Vina malam-malam di kamar tertutup. Apalagi yang mereka lakukan kalau bukan melakukan..."

Ucapan Nisa terhenti begitu saja. Dia tidak sanggup untuk meneruskannya. Hanya buliran bening saja yang terus keluar dari kedua matanya.

"Ini salahku. Semua salahku. Andai aku tidak bersikeras menikah dengannya, Amma pasti masih baik-baik saja. Ini semua salahku, salahku.."

***

Ini penampakan Nisa, versiku

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

dni GK jauh beda dr cerita kasus terakhir Adit sma2 inginenguasi tanh milik Amma yg di pondok.bs JD utk dijadikan tempt judi jg portitusi Krn te2 yg jauh dr kota jg keramaian JD aman utk para pejabat membuat tempt maksiat.nah skrg Nisa sdh tau klu barly bersekongkol dgn Vina dan BKN hanya tu aja dia jg sdh berzina dgn Vina dan mengganti Nisa jgn mau lh km Nisa di ajak TDR bareng SM barly walau dia Mash suami tp apa GK jijik km dgn suami yg suka celap celup

2025-03-18

5

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

Ternyata Nisa udah tau duluan dengan melihat rekaman cctv,klo suaminya Barly terlibat dan ada affair dengan Revina...pasti shock banget dan perasaan bersalah semakin besar karena tekadnya yg kekeh ingin menikah dengan Barly ternyata membawa duka untuk keluarganya.
Satu lagi kejutan ternyata di pulau itu ada casino segala,...Dan pantes si Barly menginginkan tanah milik Amma karena mungkin dia punya rencana mau merubah ponpes menjadi tempat maksiat.

2025-03-18

1

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

yg sabar Nisa.....semua orang gk tau cerita kedepannya akan seperti apa.....kalo orang tau nasib ke depan akan begini begitu pasti banyak orang yg akan memilih untuk tdk melakukannnya....semua nasib seseorang hanya Allah yg tau dan Allah yg atur.... kadarullah emang udah waktunya Amma meninggalnya seperti itu.... do'a akan saja semoga masalahnya cepet selesai .....dan semua oknum yg terlibat segera dpt ganjaran yg setimpal, aamiin 🤲🏻🥰

2025-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!