Sudah seminggu lamanya Zyan dan empat anak buahnya dibebaskan dari tugasnya. Pria itu setiap hari hanya menghabiskan waktu di rumah. Namun begitu, dia tetap mencari informasi dari rekan-rekannya yang masih berada di Bais. Dia juga tetap berkoordinasi dengan Ahsan. Mengumpulkan setiap informasi yang dirasa berguna untuk mereka.
Selama seminggu ini Zyan hanya berdiam di rumahnya saja. Pria itu tinggal bersama teman masa kecilnya semasa di panti asuhan. Hubungan keduanya sangat dekat, sudah seperti saudara. Bahkan di kartu keluarga, hubungan yang tercantum adalah sepupu. Armin namanya, usianya hanya berbeda satu tahun saja. Armin memanggil Zyan dengan sebutan Abang.
"Sekarang apa rencanamu?"
"Aku masih mengumpulkan informasi tentang misi terakhirku yang berantakan. Apa masih ada yang mengawasi rumah kita?"
"Hem.."
"Kalau sesuatu terjadi padaku, kamu lakukan seperti apa yang kita sepakati."
"Jangan menakutiku. Abang pasti akan baik-baik saja."
Kepala Zyan mengangguk pelan. Intuisinya mengatakan masa tenang yang dirasakannya sekarang hanya bersifat sementara. Entah mengapa pria itu yakin akan ada badai yang menghantamnya. Deringan ponsel Zyan menghentikan pembicaraan kedua orang tersebut. Zyan masuk ke dalam kamar untuk menjawab panggilan.
"Halo.."
"Di mana kamu sekarang?" terdengar suara Mayjen Gantika dari seberang.
"Sedang di rumah, Pak."
"Kamu harus berhati-hati. Ada yang mengincarmu dan juga anggota timmu. Peringatkan anggota timmu, berhati-hati lah. Aku akan mencoba melindungi kalian semampuku."
"Terima kasih, Pak."
Setelah panggilan berakhir, Zyan masih terdiam di tempatnya. Apa yang ditakutkannya menjadi kenyataan. Dia dan semua anggota timnya berada dalam bahaya. Kasus kematian Margo tidak sesederhana yang terlihat. Orang di belakangnya ingin menyingkirkan semua bukti termasuk keberadaan dirinya dan anak buahnya. Zyan pun segera menghubungi Ahsan. Tak butuh waktu lama, pria itu segera menjawab panggilannya.
"Halo.."
"Kita bertemu malam ini di tempat biasa jam sembilan malam. Hubungi yang lain, minta mereka berhati-hati. Ada yang sedang mengincar nyawa kita."
"Baik, Kapten."
Zyan segera mengakhiri panggilan. Pria itu berjalan menuju lemari pakaiannya. Disibaknya pakaian yang menggantung. Di bagian dalam lemari terdapat tombol, segera diputarnya tombol terbesit. Bagian dalam lemari bergeser, sekarang di hadapannya sudah terpampang senjata pribadi miliknya.
Ada empat buah pistol yang dimiliki pria itu. Mulai dari Glock 17, Dessert eagle, SIG Sauer P226 dan G2 Premium. Lalu ada senapan serbu dan senapan runduk serta beberapa macam belati. Beberapa pack peluru yang sesuai dengan senjata yang dimiliki. Selain itu, ada juga granat suara, granat gas airmata, granat asap berwarna dan granat tabir asap. Sejak bertugas sebagai agen rahasia, Zyan sudah mengumpulkan banyak alat tempur yang menunjang pekerjaannya dan bisa digunakan untuk menjaga keselamatannya.
Pria itu mengambil pistol G2 Premium, mengisinya dengan peluru dan membawa peluru cadangan. Diselipkannya pistol tersebut ke balik pinggangnya. Kemudian Zyan mengambil jaket untuk melapisi tubuh luarnya. Pria itu mengambil kunci motor sportnya lalu keluar dari kamar. Sebelum pergi, dia berbicara sebentar dengan Armin.
"Aku akan pergi. Jika aku tidak kembali dalam beberapa hari, jalankan rencana kita. Kamu harus melepaskan diri dari kecurigaan mereka. Aku akan menghubungimu kalau situasinya sudah memungkinkan."
"Hati-hati."
Keduanya berpelukan sebentar. Armin mengantarkan Zyan sampai ke garasi. Pria itu segera memakai helm full facenya. Waktu pertemuannya dengan Ahsan hanya menyisakan waktu setengah jam lagi. Dia segera melajukan kendaraannya keluar dari garasi. Dari kaca spionnya, nampak sebuah kendaraan mengikutinya.
***
Kuningan, Jawa Barat. Pukul 21.00
Sepasang kekasih nampak sedang berburu kuliner di alun-alun Cibingbin. Sejak di non-aktifkan, Deri kembali ke kampung halamannya. Orang tua pria itu tinggal di desa Pananggapan, Kabupaten Brebes. Selama pulang kampung, Deri banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-temannya. Salah satunya adalah Ani yang sudah tiga tahun ini menjadi kekasihnya. Rencananya akhir tahun ini mereka akan menikah.
Malam ini, Deri mengajak Ani makan di luar. Mereka mencari makan ke daerah Cibingbin. Daerah ini dekat dengan perbatasan Kuningan dan Brebes. Jaraknya hanya sekitar setengah jam saja dari desa Pananggapan. Untuk sampai ke sana, harus melewati jalan lurus di mana jarang terdapat perumahan warga. Di beberapa tempat, hanya ada pepohonan dan hamparan sawah saja. Dan jarak lampu jalan antara satu dan lainnya tidak terlalu berdekatan.
Selesai menikmati makanan dan membeli oleh-oleh untuk yang di rumah, Deri mengajak Ani pulang. Setelah memakaikan helm ke kepala Ani, Deri segera menaiki tunggangannya lalu melakukannya dengan kecepatan sedang. Roda kendaraan yang dikemudikan Deri mulai memasuki jalan panjang yang kanan kirinya hanya ada pepohonan dan hamparan sawah saja. Tidak ada kendaraan yang melintas karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Karena dalam perjalanan, Deri tidak sadar kalau sedari tadi ada panggilan masuk dari Ahsan ke ponselnya.
Tiba-tiba dari arah belakang, muncul empat kendaraan bermotor. Mereka menggerung kendaraan hingga cukup mengganggu Deri. Bahkan mereka membunyikan klakson dan memainkan lampu motor. Ketika mendekati motor Deri, salah satunya menendang motor dengan kencang. Deri kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Empat motor itu berhenti. Para pengendara yang terdiri dari enam orang segera mengeluarkan senjata tajam dari saku masing-masing. Tanpa ampun mereka menyerang Deri. Kemampuan Deri sebenarnya cukup tinggi, hanya saja konsentrasinya terbagi antara menghadapi musuh dengan melindungi Ani.
Karena tidak berhati-hati, salah seorang penyerangnya berhasil menendang Deri hingga jatuh tersungkur. Yang lain menarik Ani lalu mengancamnya dengan menaruh pisau ke dekat lehernya. Melihat itu, Deri pun mencoba bernegosiasi agar mereka melepaskan Ani. Namun yang didapat Deri hanyalah pukulan dan tendangan. Pria itu tidak bisa membalas karena khawatir dengan keselamatan Ani. Gadis itu hanya bisa menangis sambil memohon agar menghentikan tindakan mereka. Salah satu pria yang diyakini sebagai pimpinannya mendekati Deri lalu menusukkan pisau ke perut pria itu beberapa kali.
"DERI!!!" teriak Ani kencang.
Gadis itu melepaskan diri lalu menghambur ke arah Deri. Tubuh kekasihnya itu jatuh ambruk ke tanah dengan luka tusukan dan darah yang terus keluar. Belum sempat nyawa Deri meninggalkan raga, salah satu penyerangnya mendekat lalu menyayat leher Ani. Deri hanya mampu memandangi kekasihnya yang juga berada di ujung maut. Tak lama kemudian sepasang kekasih itu ambruk dengan tubuh bersimbah darah. Setelah yakin kedua orang itu sudah tidak bernyawa, mereka segera meninggalkan tempat tersebut.
"Target clear!"
***
Magelang, Jawa Tengah. Pukul 21.00
Di salah satu hotel yang ada di kota Magelang, nampak serombongan orang keluar dari ballroom. Mereka adalah keluarga pasangan pengantin yang menikah hari ini. Usai mengadakan pesta resepsi, mereka pun bersiap pulang ke kediaman masing-masing. Salah satu di antara mereka adalah Yanto, anak buah Zyan yang memilih kembali ke Magelang usai di non-aktifkan. Pasangan yang menikah adalah adik perempuan Yanto.
"Yanto, kamu antar Pakde dan Bude ya," ujar Ayah Yanto.
"Iya, Ayah."
Yanto meminta Pakde dan Budenya menunggu di depan lobi, sementara dirinya mengambil mobil. Tak butuh waktu lama, kendaraan roda empat tersebut sudah sampai di depan lobi. Pasangan paruh baya itu segera masuk ke dalamnya. Sambil membunyikan klakson, Yanto melajukan kendaraannya.
"Yanto, Desi sudah menikah. Terus giliranmu kapan?" tanya Bude.
"Nanti saja, Bude. Kalau sudah nemu calonnya," jawab Yanto sambil melihat ke kaca spion tengah.
"Kamu cuti berapa lama?" kali ini Pakde yang bertanya.
"Lumayan lama, Pakde. Kan tahu sendiri, sejak kerja, aku belum pernah ambil cuti. Pulang buat lebaran juga cuma tiga kali."
Kepala Pakde mengangguk. Memang sejak diterima bekerja di Jakarta, Yanto tidak pernah ambil cuti. Selama empat tahun bekerja, baru sekali dia pulang ke Magelang untuk merayakan lebaran. Sisanya pria itu masih menjalankan tugas negara.
Mobil yang dikemudikan Yanto berbelok memasuki daerah perumahan di mana Pakde dan Budenya tinggal. Setelah berjalan selama kurang lebih dua ratus meter, akhirnya kendaraan tersebut berhenti. Sebelum turun, Pakde melihat pada Yanto sebentar.
"Terima kasih ya, Yanto."
"Sama-sama, Pakde."
"Hati-hati di jalan. Langsung pulang ke rumah."
"Iya."
Pakde turun dari mobil bersama dengan istrinya. Keduanya masih bertahan di depan rumah, melihat mobil yang dikendarai Yanto kembali melaju. Usai mengantarkan Pakde dan Budenya, Yanto memang bermaksud langsung pulang. Pria itu melakukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Di saat sedang menyetir, konsentrasinya terganggu dengan deringan ponselnya. Segera saja pria itu menjawab panggilan dengan mode loudspeak.
"Halo San, apa kabar?"
"Baik. Kamu lagi di mana?"
"Aku lagi di jalan pulang. Adikku baru saja menikah. Apa ada kabar baik?"
"Kamu harus berhati-hati, ada yang sedang mengincar kita. Aku diminta kapten menghubungi kalian semua. Tadi aku hubungi Deri tapi tidak diangkat."
"Ini kan malam Minggu, mungkin dia sedang dengan pacarnya. Siapa yang mengincar kita."
"Orang yang berada di balik kematian Margo..."
Konsentrasi Yanto mendengar perkataan rekannya terganggu ketika tiba-tiba sebuah truk dari belakang menabrak kendaraannya. Mobil Yanto yang dalam kecepatan sedang menjadi meluncur cepat akibat dorongan dari truk di belakangnya. Kemudian tanpa diduga, dari arah depan muncul Jeep wrangler dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Yanto tidak dapat menghindar ketika mobil di depannya menabraknya, begitu pula dengan truk di belakangnya.
Kondisi mobil Yanto seperti habis dipress saja. Tubuh pria itu tergencet antara dashboard dan kursi yang ditumpanginya. Darah sudah banyak mengalir dari kepalanya akibat benturan keras. Matanya melihat ke arah luar, nampak seseorang mendekati mobilnya. Setelah itu pria itu langsung terkulai tak bernyawa akibat luka yang dialaminya.
"Target clear!"
***
Yang nanya apa novel ini masih ada hubungannya dengan keluarga Hikmat, jawabannya ngga ya. Ini tokoh baru dan ngga ada sangkut pautnya dengan novel terdahulu.
Besok aku libur ya. Selama puasa, aku up sehabis buka. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Mohon maaf atas semua kesalahan yang dilakukan sengaja atau tidak sengaja🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
waduhh anak buah Zyan sekaligus meninggal dibunuh oleh musuh...semoga saja Zyan dan Ahsan bisa selamat dari kejaran target clear nya musuh.
Kira2 perjanjian apa antara Zyan ma sepupunya ya klo terjadi apa2 sama Zyan nanti, penasaran...
2025-02-28
5
Kartini Rotua Situmorang
tp mdh2an koneksi PU nya kuat juga y thor. greget soalnya. cukuplah didunia nyata rakyat ga bisa berbuat apa2 dgn situasi yg terjadi. klo di dunia halu begitu juga, bisa2 gemes sendiri
2025-03-01
3
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
wadduh teman seperjuangan Zyan udah 2 orang yg di clear-kan ....AQ cuma bisa berdo'a aja semoga Zyan bertahan dan bisa mengirim para pengkhianat ke neraka ...aamiin 🤲🏻
2025-02-28
4