Yuna kembali merenung di ruang make up, dia terus menatap nanar dirinya di depan cermin. Yuna yang dulu merasa sangat nyaman tanpa make up, dengan memakai baju kaos seadanya, kini telah berubah menjadi Yuna yang elegant, tampil memukau dengan make up dan dress mini yang semakin mempertegas bentuk tubuhnya.
Yuna juga kembali teringat dengan obrolannya dan Tere tadi sebelum berangkat kerja.
"Halo kakak"
"Halo Tere, ada apa? Ada berita apa lagi tentang ibu?" Ucap Yuna sedikit panik saat menerima telpon dari adiknya.
"Tidak kak, hanya saja ada hal penting yang harus kita bicarakan kak."
"Katakan lah!" Ucap Yuna tidak sabar.
"Kak, tadi dokter bilang jika ibu harus di operasi, mengingat keadaan jantung ibu yang sudah parah. Dokter memutuskan untuk mengambil tindakan by pass kak. Tapi biayanya tidak sedikit." Ucap Tere lirih.
"Berapa?" Tanya Yuna tegas.
"Biayanya sekitar 200 juta kak." Jawab Tere pelan dan sedikit gugup.
"200 juta?" Tanya Yuna yang sontak membulatkan matanya.
"Iya kak, dan minimal kita harus deposit sebagian dananya terlebih dahulu ke pihak rumah sakit kak, agar ibu bisa segera di operasi."
"Baiklah, kau tenang saja ya, aku akan mengupayakannya dalam Minggu ini." Ucap Yuna menahan Isak tangisnya agar tak di dengar oleh adiknya.
"Tapi dokter bilang paling lama dalam waktu dua hari minimal harus sudah deposit sebagian kak." Ucap Tere lirih seperti sedang menangis.
"Ok kau tenang lah, ini biar jadi urusanku. Kau hanya perlu menjaga ibu dengan baik selama di rumah sakit. Kau mengerti ?" Jelas Yuna sembari meneteskan air mata.
Yuna menyeka air matanya yang menetes saat mengingat itu, dia kembali memoles pipi mulusnya dengan bedak sementara pikirannya terus berkelana bagaimana caranya agar mendapat uang 100 juta dalam tempo dua hari.
"Yuna apa kau ada masalah?" Tanya Cindy yang menghamburkan lamunan Yuna.
"Oh aku, aku baik-baik saja" Jawab Yuna sembari tersenyum.
"Benarkah begitu? Aku melihatmu terus melamun sejak tadi, jika ada masalah tak usah sungkan berbagi denganku." Ucap Cindy dengan sangat ramah.
Sementara Katy yang sedang duduk di sofa, hanya menatap Yuna dengan sangat sinis. Ternyata dengan membuat Yuna tepar tak cukup membuat Benzie menjadi ilfil padanya.
"Yuna Ikut lah denganku!" Ucap Nensy saat memasuki ruang make up.
"Kenapa hanya Yuna saja mami? Harusnya kami semua juga ikut kontes dong mami biar adil." Ketus Katy.
"Ini bukan kontes, Tuan muda Benzie ingin Yuna kembali menemaninya." Ucap Nensy santai.
"Apa tidak salah orang sekelas tuan muda Benzie lebih memilih gadis kampungan ini dari pada aku?" Ucap Katy yang jadi sangat marah sambil berdiri dari duduknya.
"Jaga lah sikapmu Katy, bukankah aku selalu mengajarkan para ladies ku untuk selalu bersikap elegant?" Ucap Nensy memperingati Katy.
"Ayo Yuna, tuan Muda sudah menunggu" Ucap Nensy lagi.
Yuna pun bangkit dari duduknya, kemudian berjalan melewati Katy yang masih berdiri terdiam karena peringatan Nensy padanya.
"Takkan kubiarkan kau menggeser posisiku di club' ini, selama aku disini, maka hanya ada satu saja primadona disini. Yaitu aku!" Ucap Katy dalam hati sembari menatap sinis ke arah Yuna yang sudah menjauh darinya.
Ruang VVIP Blue Light Club'
"Maaf sudah membuat anda menunggu lama tuan muda." Ucap Nensy saat kembali memasuki ruang itu.
Benzie yang sedang meneguk minumannya, langsung meletakkan gelasnya kembali ke meja saat melihat Nensy dan Yuna telah datang.
Benzie memberi kode dengan tangannya, yang artinya menyuruh Nensy meninggalkan ruangan itu.
"Baiklah tuan muda, selamat menikmati waktu malammu." Ucap Nensy menunduk kemudian berlalu pergi.
Sementara Yuna masih saja berdiri sambil terus menundukkan kepala, dia masih saja takut dan gugup saat berhadapan dengan Benzie, apalagi malam ini hanya ada mereka berdua di ruangan mewah itu.
"Apa kau akan terus berdiri disitu sampai club' ini tutup?" Tanya Benzie sembari meraih gelasnya lagi.
Yuna yang mendengar itu pun sontak saja langsung duduk di samping Benzie. Yuna yang gugup mencoba menuangkan alkohol ke gelas yang masih kosong, lalu meminum nya perlahan demi membunuh kegugupannya saat berduaan dengan Benzie.
"Ada apa gerangan tuan muda datang kembali kesini dan mencari ku?" Yuna memberanikan diri memulai perbincangan.
"Apa kau sadar menanyakan hal itu padaku?" Tanya Benzie merasa heran dan tak percaya.
Dengan polosnya Yuna mengangguk menegaskan jika dia dalam keadaan sadar dan itu membuat Benzie semakin merasa takjub pada kepolosan Yuna.
"Apa aku harus punya alasan khusus untuk mengunjungi club' ku sendiri?" Jawab Benzie enteng.
"Oh maaf tuan muda bukan begitu maksudnya, saya pikir anda kesini untuk memarahi saya lagi karena sudah merepotkan anda semalam." Ucap Yuna lagi sembari kembali menundukkan kepalanya.
Setelah beberapa menit saling diam dan hanya minum akhirnya Benzie membuka obrolan kembali.
"Masalah kau yang menumpahkan sup ke jas mahal ku, sudah aku anggap impas dan kau tak perlu melakukan apapun untuk menebus kesalahanmu."
"Benarkah tuan muda?" Yuna langsung berbinar mendengar itu, dia mendadak merasa sedikit lega tanpa harus merasa takut akan dipecat.
Saking senangnya, Tanpa Yuna sadar kedua tangannya memegang lengan kokoh milik Benzie, Sementara Benzie hanya diam sambil mengerutkan dahi nya.
"Ya, karena kau telah menyelamatkan nenek ku, jadi semua ku anggap impas."
"Ah iya, nyonya Maria, bagaimana kabarnya saat ini? Apa dia sudah membaik?" Tanya Yuna sedikit ingin tau keadaan wanita tua yang di tolongnya.
"Dia sudah membaik, hanya saja dia ingin kau segera menemuinya karena dia ingin berterima kasih padamu secara khusus." Ucap Benzie sambil meneguk minumannya.
"Katakan pada nyonya Maria tak perlu sungkan, nyonya Maria sudah berterima kasih kepadaku secara langsung saat aku menolongnya. Aku pun sudah tak memikirkan itu lagi."
"Apa kau sedang menolakku?" Tanya Benzie mengernyitkan dahi nya.
"Wanita ini, apakah benar sepolos ini? Gadis-gadis di luar sana bahkan rela menempuh cara apapun asal bisa mendekati aku, sedangkan dia malah menolak untuk bertemu nenekku yang sebenernya sangat bisa membantunya untuk mendekatiku." celetuk Benzie dalam hati.
"Maafkan saya tuan muda, bukan begitu maksud saya, hanya saja dalam dua hari ini sepertinya saya akan sangat sibuk mencari tambahan pekerjaan lagi tuan, karena saya sangat membutuhkan..."
"Aku akan membayar untuk itu, anggap saja kau sedang mendapat job dari ku." Ucap Benzie yang langsung memotong ucapan Yuna.
Yuna yang mendengar itu pun jadi semakin berbinar semangat.
"Benarkah tuan muda, apakah ini semacam kerja sampingan untuk merawat nyonya Maria?" Tanya Yuna sumringah dengan mata berbinar-binar.
Benzie yang mendengar pertanyaan Yuna semakin terbelalak di buatnya, Benzie benar-benar merasa aneh dengan cara berfikir Yuna.
"Tidak perlu merawatnya, aku sudah punya pelayan khusus untuk masalah itu. Kau hanya perlu ikut bersamaku untuk menemuinya sekali lagi, jika kau bersedia maka aku akan membayarmu."
"Baik tuan, saya bersedia, tapi apakah saya bisa langsung mendapat bayarannya dalam waktu dua hari ini tuan? Maaf jika saya lancang tapi saya benar-benar membutuhkan nya." Ucap Yuna pelan sembari menundukkan kepalanya lagi.
"Berapa yang kau butuhkan?" Tanya Benzie santai.
"Sebenarnya saya membutuhkan banyak, tapi.." Jawab Yuna sedikit ragu-ragu.
"Sebutkan saja! Berapa pun itu tak jadi masalah." Jawab Benzie santai.
"Se, seratus juta tuan muda" Jawab Yuna gugup dan takut.
Yuna takut Benzie menolak membayar sebanyak itu hanya untuk menemui neneknya.
"Deal." Ucap Benzie singkat sembari meneguk lagi minumannya.
"Gadis ini ternyata lebih mencintai uang yang tak seberapa dari pada mengambil kesempatan untuk mendekati ku. Matanya langsung berbinar saat berbicara masalah uang, bukankah jika dia berhasil mendekatiku akan lebih banyak mendapat keuntungan ? Benar-benar gadis bodoh!" Gumam Benzie dalam hati.
"Masukkan nomor rekening mu!" Pinta Benzie singkat sembari memberikan ponselnya pada Yuna.
Yuna pun memasukkan nomor rekeningnya pada aplikasi mobile banking milik Benzie.
"Sudah kukirim, kau periksa lah!" Ucap Benzie memasukkan kembali ponselnya ke saku.
"Tak bisa tuan muda, karena ponsel saya di tahan mami Nensy setiap jam kerja, lagi pula tak perlu saya periksa, saya percaya dengan anda."
"Besok sebelum jam 12 siang, akan ada orang yang menjemput ke rumahmu, jadi persiapkan dirimu!"
"Apa anda sudah tau tempat tinggal saya?" Tanya Yuna terkejut.
"Bukan hal yang sulit bagi supirku untuk mencari tau alamatmu." Jawab Benzie sembari memiringkan senyumannya.
"Emm begitu ya? Baiklah." Jawab Yuna sedikit cengengesan sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Sekarang ceritakan bagaimana kau bisa menyelamatkan nenek ku!"
Yuna pun mulai menceritakan secara detail dari awal menemukan Maria hingga akhirnya dia mengantarkan Maria pulang.
Sementara Benzie hanya diam dan terus menyimak penjelasan Yuna.
"Begitu rupanya. Lalu kenapa kau pergi begitu saja dari rumahku? Apa kau tidak belajar etika yang baik?"
"Soal itu saya benar-benar minta maaf tuan muda, karena ada hal yang sangat penting yang harus aku urus saat itu." Jawab Yuna lirih sembari kembali menundukkan kepalanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.20 dini hari, kali ini Benzie pun tak berniat untuk memarahi Yuna karena sudah pergi seenaknya meninggalkan rumahnya tanpa pamit. Setelah merasa puas dengan hasil perbincangannya dengan Yuna, Benzie pun memutuskan langsung kembali pulang ke rumahnya dan langsung beristirahat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Ririn Setyowati
makin seru kayaknya😊😊😊😊
2021-11-27
1
Widya Tamrin Widya
semangat Thor ......l!! lanjut
2021-10-16
0
Masraini Siregar
ohh babang bhenze U Love you full😘😘
2021-06-25
0