Yuna terkejut saat membuka matanya, dia mendapati seorang wanita yang tengah berdiri memegang nampan memandang ramah kepadanya.
"Nona sudah bangun? Ini saya bawakan bubur ayam dan susu untuk nona, silahkan di makan nona." Ucap wanita itu sembari meletakkan nampan di atas nakas.
"Ma, maaf kau siapa? Dan dimana aku sekarang?" Tanya Yuna dengan lembut sembari memandangi ke arah tubuhnya sendiri.
Yuna baru menyadari jika pakaian yang di kenakannya sudah tidak sama dengan pakaian yang semalam ia kenakan. Sekarang dia memakai gaun tidur yang berbahan satin yang sangat nyaman.
"Saya Talia, salah satu pelayan di rumah ini nona, dan sekarang anda ada di kediaman keluarga Lim nona."
"Ha? Keluarga Lim? Ma, maksudmu aku sedang berada di rumah tuan muda Benzie Lim? Bagaimana bisa aku tiba-tiba berada disini?" Tanya Yuna kebingungan.
"Tuan muda Benzie yang membawa anda kesini nona, dan sepertinya anda dalam keadaan pingsan saat dibawa kesini." Jawab Talia sembari mengambil mangkuk bubur.
"Makan lah dulu nona, saya tidak di izinkan keluar dari kamar ini sebelum anda menghabiskan bubur ini." Ucap Talia lagi sembari memberikan mangkuk bubur itu ke tangan Yuna.
Perlahan tapi pasti Yuna melahap makanannya dengan perasaan yang masih sedikit bingung. Sambil makan, Yuna terus mengingat-ingat kejadian semalam, sontak saja Yuna menghentikan makannya, dia membulatkan matanya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Sepintas Yuna mengingat saat dia menarik kerah Benzie lalu mendaratkan bibirnya pada bibir Benzie.
"Tidak, tidak mungkin aku berani melakukan itu, tidak mungkin, tidaak!" Teriak Yuna dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari terus menggeleng-gelengkan kepalanya.
Talia sang pelayan yang sejak tadi masih berdiri mengawasi Yuna terlihat kebingungan melihat tingkah aneh Yuna.
"Nona, nona apa yang terjadi nona?" Tanya Talia merasa panik sembari mengguncang lembut tubuh Yuna.
Yuna tersentak saat tubuhnya di guncang oleh pelayan itu, sejenak Yuna terdiam lalu kemudian menampilkan senyum kikuknya ke pada Talia yang tengah menatapnya bingung.
"Aku, aku tidak apa-apa. Maaf jika membuatmu bingung." Jawab Yuna cengengesan yang kemudian melanjutkan makannya.
Yuna sudah menghabiskan bubur dan susunya, Talia pun akhirnya keluar meninggalkan Yuna seorang diri di kamar tamu yang sangat luas dan mewah itu. Namun Yuna tidak seperti wanita lain yang tergiur dengan fasilitas yang mewah, dia bahkan merasa gelisah dan tidak nyaman karena rumah itu sangat asing baginya.
Yuna memutuskan untuk keluar dari rumah Benzie dan berniat kembali ke kostnya, dia berfikir di kost nya dia bisa melanjutkan istirahat dengan tenang tanpa ada rasa takut seperti saat ini. Yuna keluar begitu saja dari rumah Benzie, Yuna berjalan kaki menuju gerbang yang jaraknya cukup jauh dari loby rumah Benzie.
Yuna bahkan harus melewati taman yang ukurannya sangat luas agar bisa sampai ke pintu gerbang, Yuna yang masih belum pulih sepenuhnya mulai tersengal saat baru berada di tengah taman
"Yang benar saja, hanya untuk menuju pintu gerbang dari rumah ini aku sudah ngos-ngosan." Keluh Yuna sembari mengusap butiran keringat yang mulai bercucuran.
"Aaghhhh" ( suara teriakan )
Yuna yang mendengar suara teriakan itu sontak terkejut dan mencari sumber suara itu.
"To, to, tolongg" Suara teriakan lagi.
Yuna sontak saja berlari memasuki taman yang cukup luas menuju ke sumber suara itu, Yuna melihat ke segala arah dengan cemas, tak lama Yuna melihat sebuah telaga di tengah taman, telaga yang sangat indah namun sontak saja membuat mata Yuna membulat sempurna saat melihat ada sebuah kursi roda yang sudah terbalik, dan tangan melambai-lambai dari dalam air, tak pikir panjang Yuna langsung berlari ke arah telaga itu, ia menyeburkan dirinya ke dalam telaga, lalu meraih tangan yang sejak tadi terus melambai-lambai, kemudian ia pun langsung mengangkat tubuh yang sudah terkulai lemas dan tak sadarkan diri itu ke dermaga kayu buatan yang ada di tepi telaga itu.
Yuna dengan sigap menekan bagian paru-paru wanita yang sudah berumur itu, tak lama air pun berkeluaran dari mulut wanita itu sehingga membuatnya terbatuk-batuk.
"Nyonya apa anda baik-baik saja?" Tanya Yuna dengan nafas yang terengah-engah.
"Aku, a, aku baik, terima kasih kau telah menyelamatkan nyawaku anak manis." Ucap wanita tua itu dengan nafas yang juga terengah-engah sambil sesekali masih ter batuk.
Yuna pun membantu wanita tua itu untuk duduk, sambil sesekali menepuk-nepuk punggung wanita itu berharap hal itu dapat meredakan batuknya.
"Sebenarnya apa yang anda lakukan disini nyonya? Dan apa yang membuatmu bisa terjatuh ke telaga itu?" Tanya Yuna penasaran sambil terus mengusap-usap punggung wanita tua itu.
Saat mulai merasa sedikit tenang, akhirnya wanita tua itu pun mulai menjelaskan.
"Aku memang sering menghabiskan waktuku disini, tempat ini membuatku tenang. Biasanya selalu ada pelayan yang menemaniku, tapi tadi aku menyuruhnya untuk membuatkan aku jus, namun tak lama saat dia pergi, aku merasa kursi rodaku seperti hilang kendali hingga terus membawaku sampai ke tepi telaga, aku yang sangat panik pun akhirnya terjatuh masuk ke telaga itu." Jelas wanita tua itu.
"Baiklah nyonya, biar kubantu menaiki kursi rodamu dan akan ku antar anda pulang." Ucap Yuna.
Yuna mendorong kursi roda itu keluar dari taman, di perjalanan Yuna memberanikan diri untuk kembali bertanya.
"Apakah nyonya tinggal dirumah ini? Apa itu berarti nyonya bagian dari keluarga Lim?" Tanya Yuna dengan ragu-ragu.
Mendengar pertanyaan Yuna, wanita tua itu pun tersenyum sambil mengangguk pelan.
"Ya, aku Maria, ibu dari putra semata wayang ku Jericho Lim." Jawab Maria.
Yuna yang merasa tidak mengenal siapa itu Jericho Lim pun merasa semakin bingung, namun dia tak mau terlalu banyak bertanya.
"Saya tidak tau siapa yang nyonya sebutkan, karena saya hanya mengenal satu orang saja yaitu Tuan muda Benzie." Ucap Yuna polos.
"Benzie Lim adalah cucuku, dia anak tunggal Jericho Lim putraku yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu" Jawab Maria dengan nada menurun.
"Ma, maafkan saya nyonya, saya tidak bermaksud." Ucap Yuna yang mendadak menjadi merasa bersalah dan takut.
Yuna pun bergegas mendorong kursi roda menuju ke rumah keluarga Lim. Maria tampak mulai menggigil, hal itu membuat Yuna semakin panik dan melajukan langkahnya.
"Nyonya besar, apa yang terjadi padamu nyonya besar?" Tanya Toni kepala pelayan keluarga Lim.
"Maaf tuan, aku menemukan nyonya Maria tenggelam di telaga tengah taman." Jawab Yuna.
"Ayo bawa nyonya masuk ke kamarnya dan segera ganti pakaiannya! Aku akan menelpon dokter Hans." Perintah Toni pada salah satu pelayan wanita.
Kantor Utama Blue Light Group
Benzie kembali ke ruangannya setelah menyelesaikan meeting lanjutan nya sekaligus makan siang bersama Mr. Wong dan Mr. Tiong.
Benzie yang merasa sedikit lelah dan kurang tidur itu kembali duduk di kursi kejayaannya sambil memijat pelipis matanya.
Setelah selesai bertemu dengan Benzie dan membahas masalah pembangunan cabang hotel mereka yang baru, Mr. Wong memutuskan untuk langsung kembali ke Hongkong, Alex pun turut mengantarkan nya ke bandara, sementara Mr. Tiong memilih tinggal satu malam lagi di hotel Blue Light milik Benzie.
Drrrttt..
Ponsel Benzie bergetar menandakan panggilan masuk.
"Ada apa?" Tanya Benzie datar saat menerima telpon.
"Apa katamu? Baiklah aku segera pulang!" Ucap Benzie menutup telponnya dan kemudian langsung bergegas pergi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Ima Ashahri
makin seru thoor
2021-11-26
1
Widya Tamrin Widya
jadi pengasuh nenek aja Yuna minta tuh sama kenzi
2021-10-16
1
Mulyani Taufik
mulai seru nih😀
2021-09-30
1