Pagi itu, Mandala baru saja selesai menerima tamu dari kepolisian dan kantor pajak, ketika Danu datang dengan cengar-cengir penuh arti. Melihat gelagat yang seperti ini, ada hal bagus yang sayangnya patut dijadikan bahan bully_an oleh keempat sekawan orang kepercayaannya ini. Jika tadi tamu-tamu yang diterimanya datang dengan substansi materi pembicaraan yang pelik, kini sosok pengawal setianya sepertinya datang dengan kesejukan.
" Ada apa cengar-cengir ? ", tanyanya tanpa mengubah posisi duduk yang rileks bersandar di singgasana kerjanya.
" Nona itu..... dia bekerja di rumah sakit mu ", kata Danu sumringah.
Mandala membalasnya dengan kekehan geli, atas informasi kadaluarsa itu.
" Sebentar boss Mand..... ini... ", Danu menyerahkan file pada Mandala. " Akan lengkap penderitaan mu setelah membaca nya ".
Mendengar penuturan itu, Mandala menegakkan duduknya. Menerima berkas file dari Danu yang diserahkan dalam file case berwarna kuning. Dahinya berkerut, ia yakin para empat sekawan itu pasti sudah membacanya. Dasar !!!!! tapi percuma saja mendebat mereka.
" Bagus ya namanya...... Mesya Adonia Orlin .... "
" Ssssst.... ", buru-buru Mandala menghentikan ulah Danu yang mencoba menceritakan isi file itu.
Danu tersenyum kecil, sambil mengangkat bahu. Lalu ia memilih untuk duduk di sofa empuk di ruang kerja boss besar yang juga sahabatnya itu. Sambil menikmati sisa snack yang disediakan untuk tamu sebelumnya. Sementara Mandala membaca dengan serius lembar demi lembar file ditangannya.
' Dua puluh tiga tahun.... seorang dokter dengan IPK tertinggi, namun belum bersedia mengambil spesialisis. Berkali-kali menjadi ketua tim medis relawan dari rumah sakitnya untuk daerah bencana........ single '.
Mandala mengerutkan keningnya, lalu menatap dalam foto dalam profil itu.
" Ini hari terakhirnya libur setelah sift panjang... Besok dia masuk malam. Bagaimana?? mau kau kunjungi gadis kecil itu ?? ", tanya Danu begitu Mandala meletakkan berkas itu diatas meja.
" Mand.... nona itu memintaku kembali untuk mengucapkan rasa terima kasihnya padamu ", tiba-tiba saja Arjuna nyelonong masuk.
" Tidak kau berikan nomer kontak ku padanya ?".
" Sudah.... tapi kenapa dia tidak secara langsung menghubungi mu ya ? ".
Mandala pun merasa gemas sendiri mendengar pernyataan Arjuna. Gadis itu .... benar-benar tidak menganggapnya. Atau mungkin gadis itu telah terpesona dengan sosok Arjuna yang manis dan humble??
" Hei... hei... hei.... jangan berpikiran macam-macam ", seolah Arjuna bisa memahami yang dipikirkan Mandala. " Aku tidak berani dengan gadis itu..... kau tau' dia seperti seorang panglima putri. Tidak untuk dipermainkan ".
" Ya.... ", Danu mengiyakan seraya mengangguk-anggukan kepalanya. Sependapat dengan yang disampaikan Arjuna.
" Kau juga akan menjadikannya mainanmu?..... waah... kalau yang ini aku sangat tidak setuju Mand ".
" Ya... aku juga, tidak setuju ", Danu kembali sependapat.
Mandala menatap kedua kawannya bergantian. Yang ditatap saling berpandangan dan terkikik geli. Baru kali ini keduanya melihat si boss besar galau tingkat abege... di usia menjelang tiga puluh tahun. Dan itu disebabkan oleh gadis berusia enam tahun dibawahnya, yang belum lagi beranjak menjadi wanita dewasa. Gadis yang sedang ranum-ranumnya.
" Dia sudah mengambil mobilnya dari bengkel ? ", tanya Mandala.
" Belum lah.... baru sore ini selesai perbaikannya ', sahut Danu cepat. Selain kemampuan mengemudi dan teknik mekaniknya yang mumpuni, pemuda ini memang mempunyai banyak relasi bengkel otomotif.
" Bagus... tolong, kau telpon pihak bengkel. Katakan pada mereka sore ini aku yang akan mengambil mobil itu... jangan beritahukan pada pemiliknya. Aku yang akan mengantarkannya langsung ".
" Hah ??!!?", dan Danu pun melongo tak percaya dengan yang didengarnya.
" Sudah jatuh cinta dia ... ", bisik Arjuna.
💠💠✨💏✨💏✨💏✨💏✨💏✨💠💠
" Tidak usah marah-marah.... dari pada hasilnya nanti kurang bagus. Lebih baik bersabar saja ".
" Iya... tapi seharusnya mereka tidak menjanjikan jadi sore ini terlebih dahulu dong.... ".
Orlin terlihat kesal sesaat setelah menerima telpon dari bengkel tempat mobilnya dibetulkan. Pak Paraman sang Ayah hanya tersenyum-senyum geli melihat tingkah anak gadisnya itu. Ia paham kekecewaan anak semata wayangnya itu. Karena malam ini mereka seharusnya akan makan malam bersama di sebuah restoran masakan Jepang yang sudah dipesan oleh putri cantiknya itu. Masih dalam rangka merayakan ulangtahunnya.
" Kita pergi naik taxi saja ya... masih bisa'kan ?", hiburnya kemudian.
" Baiklah .... ", Orlin pasrah. Adalah suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri saat bisa membawa ayahnya jalan-jalan dengan mobil yang terbeli dengan hasil jerih payahnya. Tapi mau bagaimana lagi..... akhirnya mereka berdua pergi dengan taxi online menuju restoran Jepang yang letaknya sedikit agak jauh dari rumah.
Dan kini pasangan ayah dan putri itu sudah duduk di dalam suasana hangat sebuah restoran bergaya negeri sakura. Sambil berbincang dan tertawa hangat, keduanya nampak bermandikan cahaya kasih sayang. Kemesraan ayah dan putri yang membuat sebagian pengunjung pria menatap iri.
Mereka yang sudah menjadi seorang ayah tentu berharap bisa menjadi seperti itu. Namun mereka yang masih muda dan lajang, berharap bertukar posisi dengan pria paruh baya itu untuk bisa merasakan perhatian dan kelembutan gadis cantik bersenyum menawan itu.
Seperti sesok pria dewasa muda yang kini tak lepas dari kerling indah sepasang mata dan segaris senyum manis penghias wajah jelita di seberang sana. Mandala..... yang kebetulan berada ditempat sama. Tak berhenti mengawasi dua sosok yang telah menyita tiga perempat konsentrasinya. Bahkan dalam perbincangan bisnis dengan customer dari pemerintaham yang berniat menyewa salah satu resort dan hotelnya untuk event kebudayaan dunia..... seolah-olah menjadi tidak menarik lagi.
Arjuna dan Teddy yang menyadari ketidakfokusan sang boss besar, saling mengisi dan mengambil inisiatif untuk menjelaskan kemampuan hotel dan resort yang mereka miliki pada pihak penyelenggara. Sementara Mandala sudah tidak peduli sama sekali. Ia telah benar-benar kehilangan kendali atas keprofesionalannya sendiri. Yang ada dalam benaknya hanyalah kumpulan alasan ganjil supaya ia bisa mendekat pada sang gadis diseberang sana, yang sama sekali tidak menyadari bahwa gesture cantiknya mendapat perhatian penuh.
' Hai ... aku sudah memperbaiki mobilmu. Hai... kita ketemu lagi ya, jangan panggil aku bapak ya. Hai Nona.... kau itu bekerja di rumah sakit milikku, tolong perhatikan aku '
Aaah.... gila, umpat Mandala dalam hati. Sungguh dia benar-benar sudah gila. Bahkan untuk sebuah kalimat pembuka saja, ia begitu kesulitan. Kemampuan kognitif otaknya serta kepiawaian verbalnya seolah menguap begitu saja. Frustasi..... pasti !!!!! .
Bahkan ketika tercapai kesepakatan dengan klien-klien barunya malam ini, sama sekali tidak membuat hatinya bermekaran oleh rasa senang. Ia hanya memberikan jabat tangan dan senyum semu, pemamis hubungan bisnis. Hingga para kliennya beranjak pulang, ia tetap duduk menikmati pemandangan indah di depannya.
" Oooh.... jadi gadis itu ada di sini? kau juga sengaja memilih tempat yang sama dengannya ?? ", tebak Teddy yang memang baru mengetahui cerita tentang si gadis dari mulut manis beracun Danu. Yang mendramatisir cerita pertemuan Mandala dengan nona Orlin, begitu mereka menyebutnya.
" Tidak..... ini kebetulan ", sahut Mandala tanpa melepaskan pandangan dari meja di seberang sana.
" Berarti takdir Mand.... kenapa tak kau pepet dan sikat saja sekarang ...", Arjuna memanasi sahabatnya.
" Kau pikir dia seperti gadis-gadis murahan itu yang rela merangkak padaku ..... tidak! tidak! ... dia punya nilai dan tak terbeli. Lihat pria itu.... dia ayahnya. Aku mengenalnya... "
" Oh... heiii itu... ", sergah Teddy cepat. " Bapak Kianara Paraman.... dosen kita dulu ".
Mandala mengangguk mengiyakan perkataan Teddy. Dahulu mereka berdua satu angkatan di fakultas yang sama saat mengsmbil jurusan S1 ekonomi. Dan salah satu dosen favorit mereka adalah bapak Kianara Paraman, yang tegas, disiplin dan sangat memperhatikan para mahasiswanya.
" Menurut kalian.... apa yang harus ku lakukan?", Mandala meminta pendapat.
" Mari kita sapa beliau ", seraya berdiri Teddy mendahului gerakan Mandala.
" Kau ikut juga... ", perintah Teddy pada Arjuna yang nampak malah duduk santai.
" Aku jugaaaa.... ", desah pemuda itu lucu seraya menirukan logat melayu salah satu karakter kartun yang terkenal dengan jargonnya 'dua singgit... dua singgit'.
Lalu ketiga pria tampan itu bergerak menghampiri dua orang yang duduk tepat di meja makan pinggir balkon. Kehadiran mereka tak urung akhirnya mendapatkan perhatian dari si cantik yang kemudian menatap waspada pada tiga pemuda itu. Tak ada balasan senyum dari bibirnya yang tiba-tiba saja terkatup rapat dan mengetat erat. Padahal tiga pemuda tampan itu menghampiri dengan senyum ramah terkembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Erna Yunita
He he.... .. gara-gara dipanggil bapak yahhh.... sedikit tercubit sih😅
Dekati dengan senyuman manismu aja.....
2024-11-15
0
Vivo Smart
jangan insecure dong bos 😁
2024-06-27
0
Bonny Liberty
dahsyat nya the power of naksir 🤩 bikin orang pintar jadi Oon maksimal 🤣🤣🤣🤣🤪
2023-12-01
1