Orlin menunduk dalam mendengarkan kicauan kepala unit gawat darurat yang memarahinya karena terlalu gegabah mengeluarkan perintah penggunaan kelima mobil ambulance yang ada. Ia hanya berkali-kali menganguk dan meminta maaf untuk perbuatan yang sudah dilakukannya itu. Walaupun dalam hatinya yang terdalam ia beradu bantah dengan pria botak dihadapannya.
' Memangnya bapak lupa ya dengan ikrar bapak sebagai dokter.... inget pak, nolong orang itu nggak boleh pandang bulu. Nah... kalau yang sakit bapak ... yang botak nggak punya bulu... gimana terus ??? '
" Dokter Orliiiiin...... "
" Ah ya.... sa saya pak ", ia tergeragap.
" Setelah ini..... tulis semua resume medis pasien yang kau masukkan ke IGD hari ini. Tidak boleh ada bantuan .... sama sekali !!!! ".
" Baik .. siap dr. Burhan. Saya laksanakan segera "
Dan akhirnya dokter dengan nama dada Adonia Orlin itupun menghabiskan long siftnya saat malam dengan menulis indah tentang resume medis sebelas pasien anak-anak korban kecelakaan yang diselamatkan tadi pagi. Untung cuma sebelas yang harus observasi dan rawat inap, syukurnya. Ia menghabiskan waktu jaga malamnya dengan ditemani air putih hangat dengan madu dan jeruk nipis serta aneka buah kupas yang membuatnya tetap berenergi saat harus membuat catatan untuk setiap pasien imutnya.
" Mau kubantu Lin? ", sebuah suara bass menawarkan kebaikan.
Gadis itu mendongak dan mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Dokter Dipta yang macho dengan bekas jambang tercukur rapi, tersenyum tulus dihadapannya. Orlin mengibaskan tangannya dengan gaya kocak, sambil berkata
" Mas mau..... disumpahin sama dr.Burhan jadi botak liciiiiiin kayak dia???? ... Rugi berat loh mas... imagemu sebagai dokter UGD yang macho dengan brewok aduhai... lenyaaaap ", ucap Orlin dengan jenaka seraya membuat gerakan lucu dengan jemarinya.
Dipta Anggara..... si dokter macho itupun menjitak orang dihadapannya dengan gemas.
Sesungguhnya mereka berdua adalah teman seangkatan, namun karena program-program akselerasi yang diikuti Orlin membuat gadis itu terpaut tiga tahun lebih muda dengan Dipta dan beberapa teman seangkatannya. Dan bagi Dipta, Orlin bukan hanya teman tapi adalah adik manisnya.
" Nih.... Martabak ... nggak usah dikomentari macam-macam. Makan saja.... "
" Okey...... terimakasih ", jawab Orlin cepat seraya menyambar bungkusan yang diangsurkan di depan hidungnya.
" Kamu nggak capek ??? "
" Nggak ... tapi kesel ", jawab Orlin cepat. " Si biru baru aja diservis... di mandiin ..... sekarang penyok depannya.... gara-gara nyium pantat si mobil Eropa ".
" Laah... kena tuntut dong kamu "
" Untungnya enggak... si bapak yang punya mobil baik, nggak minta ganti rugi. Lagian..... kita 'kan sama-sama korban ".
" Terus keselnya dimana ?????? "
Tak ada jawaban spontan terlontar dari bibir manis itu. Hanya sudut mata itu yang mengerucut dan menyampaikan sayatan kesal pada sang penanya.
" Mobil mu penyok Mas..... dan terpaksa harus diderek.... mau ??? "
" Iya.. iya... iya.... ", Dipta tertawa. " Tapi sudah masuk bengkel 'kan ? ".
Dan pertanyaan itupun dijawab dengan anggukan yang membuat poni dokter Orlin bergerak menggemaskan. Dipta malah mengacak-acaknya dengan gemas, sungguh adik perempuan yang manis .... begitulah yang dirasakannya. Sementara si korban pengrusakan poni terlihat sewot dan sedikit kesal.
" Hush... hush... hush... ", sambil Orlin membuat gerakan seperti mengusir ayam. " Menjauh dariku tuan dokter usil..... selain martabak mu.... jangan ada yang mendekat dalam radius seratus meter "
Dan dokter Dipta pun tertawa sambil beranjak meninggalkan gadis yang tak mau diganggu itu. Tapi sebuah cubitan kecil diujung hidung mancung itu berhasil mendarat sempurna. Membuat siempunya semakin memberengut kesal.
Orlin menarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Bukan karena kesebelas resume medis yang harus diselesaikannya, tapi karena hatinya serasa diremas. Ia menyukai kedekatan dengan Dipta Anggara, teman seangkatannya di sekolah kedokteran hingga mereka tetap menjadi rekan kerja seperti saat ini.
Kau bisa bayangkan bagaimana rasanya memendam rasa suka, sayang bahkan mempertahankan cinta pertama selama bertahun-tahun. Kau dekat dengannya, hampir setiap momentum hidupmu ada dia .... tapi kau tak bisa mengungkapkan rasa sayangmu tidak sekedar sebagai teman. Tapi sebagai manusia berbeda jenis. Dan kau terbungkam serta termampatkan, saat mengerti tak ada lagi harapan untuk mu. Karena dia hanya menganggapmu...... adik kecilnya yang manis.
Orlin menyentuh kardus yang mengeluarkan wangi menggoda selera dari dalamnya. Wangi coklat dan susu berpadu dengan gurihnya butter..... martabak manis. Ia akan melewati malam ini dengan makanan lezat itu. Dan besok pagi adalah salah satu hari besar yang ditunggunya, hari ulangtahun sang Ayah.
☘☘☘☘ ☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Malam itu disebuah restoran mewah yang tengah menyajikan sajian musik jazz bagi para pelanggannya, nampak Mandala duduk bersama keempat orang sahabatnya. Mereka baru saja selesai menikmati makanan malam dan saat ini sedang bersantai dengan ditemani white wine yang disesap perlahan.
Kelima pria tampan itu sungguh mencuri perhatian hampir semua wanita yang ada ditempat itu. Bagaimana tidak??? kelima-limanya tampan, kharismatik dengan pesona yang berbeda. Namun demikian hampir semua mata tentunya sepakat dengan bagaimana pesona luar biasa yang dimiliki Mandala. Walaupun jarang sekali nampak senyum terkembang diwajahnya. Namun dinginnya seperti pesona sang raja dari negeri dingin.... kaisar salju.
" Mand... lihat dua gadis di seberang sana.... dekat piano.... mereka seperti ingin menculik mu ", bisik Bramasta.
" Hem.... ", lenguh Mandala cuek.
" Tak kau beri sinyal seperti biasanya..... ", Teddy sedikit keheranan
Hanya Danu dan Arjuna yang tidak heran dengan sikap Mandala sesore hingga malam ini. Pria tampan itu baru saja merasakan pahitnya ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita muda. Dengan tambahan sebuah hardikan pula. Danu dan Arjuna saling berpandangan dan kemudian tersenyum geli.
" Ada kejadian apa sebenarnya ? ", tanya Teddy kemudian.
" Kalian menyembunyikan sesuatu..... waaah keterlaluan !!! ", Brams menimpali.
" Boleh ku ceritakan Mand ? ", tanya Danu
" Hei... ", tiba-tiba saja Brams berseru jengah. " Sejak kapan kalian harus menunggu persetujuannya.... ayo cerita ada apa ?", Brams mulai tidak sabaran.
" Oke... oke... ", dan Danu pun mulai bercerita dengan mendapatkan dukungan dari Arjuna. Keduanya bercerita dengan awalan serius, namun pada akhirnya berubah menjadi menggelikan.
Mandala menyedekapkan kedua lengannya di dada. Ia tersenyum simrk mendengar kenikmatan tawa cekikikan dari empat orang kepercayaan itu. Sepertinya hal sial dan konyol yang berhubungan dengan dirinya, menjadi hiburan tersendiri untuk empat sekawan itu.
Arjuna dan Danu masih sibuk menceritakan tentang kejadian kecelakaan di jalan toll yang persis tepat di depan mobil mereka. Mandala yang semula hanya memilih diam di dalam mobil, akhirnya memutuskan untuk keluar. Saat itulah, gadis mungil berbaju biru itu menghampirinya. Telapak tangan gadis itu memerah oleh darah yang masih terlihat sedikit basah. Mandala menatap tak bergeming dari tegak berdirinya.
" Bapak .... saya meminta maaf karena mobil bapak sudah saya tabrak. Saya akan bertanggungjawab..... mohon bapak bersabar sebentar. Bantuan dua orang anak buah bapak sangat berarti..... saya berterima kasih sekali ", gadis itu berucap sambil sedikit membungkuk. Membuat Mandala salah tingkah.
" Tunggu.... ", dengan refleks yang cepat Mandala menahan gadis itu dengan meraih lengannya. " Bagaimana kau akan menggantinya ? ".
Tatapan sang gadis tiba-tiba saja berubah menjadi tajam menikam. Membuat Mandala menyadari kekurang tepatannya dalam memilih kata. Perlahan iapun melepaskan cekalan jemarinya pada lengan mungil itu.
" Saya akan ganti.... IGD Ars Internasional Hospital, saya bekerja disana. Bapak bisa memerintahkan anak buah bapak mencari saya di sana"
" Tidak!!! setelah ini... kau nona, yang ikut ke kantor ku ", tegas Mandala.
Saat itulah suara raungan sirine ambulance yang sepertinya lebih dari dua mobil terdengar semakin mendekat. Mandala masih menatap paras gadis itu menanti jawaban.
" Maaf ... urusan nyawa manusia lebih penting dari pada seonggok mesin. Pengawal bapak sudah tahu identitasku...... silahkan temui saya malam nanti di IGD ", ucap gadis itu tegas, keras dengan kilatan mata yang tajam seolah menampar Mandala.
" Lihatlah anak-anak itu..... seharusnya bapak bersukur tidak mengalami kesakitan seperti mereka ".
Dan gadis itupun berlalu meninggalkan Mandala yang masih terpaku, terkesima dan terpesona. Wanita muda pertama yang sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan padanya. Justru ia menangkap tatapan benci dan sinis yang diarahkan padanya. Seolah gadis itu menatap sesosok tirani yang menyebalkan dan menjijikkan.
Dan kejadian itu benar-benar membuat Mandala mati kutu. Melalui Arjuna, ia menyampaikan tidak akan meminta ganti rugi, bahkan ia juga sudah membantu memesankan sekaligus telah membayar mobil derek untuk mobil murah di gadis. Tapi gadis itu sama sekali tidak menyampaikan terimakasih, ia menyampaikannya lewat Arjuna. Dengan tergesa-gesa, si gadis lalu masuk kedalam ambulance terakhir. Namun ada senyuman tulus yang dilemparkan sesaat sebelum tangan mungilnya menutup pintu belakang mobil putih bersirine nyaring itu.
Dan Mandala..... merasa tiba-tiba saja hatinya begitu sepi. Seolah ruang kosong dalam hatinya benar-benar menjadi hampa. Sepertinya ada relik penting dihatinya yang terbawa oleh pergi bersama gadis bersenyum indah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Agna
Seorang Orlin benar² mengalihkan duniax seorang Mandala
2024-11-06
0
Erna Yunita
Ah...... dewi cupid menancapkan panah asmara tepat di hati Mandala.... Semoga saja berjodoh 🥰
2024-11-15
0
Erna Yunita
Bapak..... buuuuuuuaaahhaaaaaaa...
emang wajahnya kebapakan apa
2024-11-15
0