Bab 16. Tertarik

Langkah kaki Seraphina dan Lucian bergema di sepanjang lorong gua yang kini terasa semakin gelap. Mereka baru saja berpisah dengan Dewi Malam, dan kini beban yang mereka tanggung terasa lebih berat dari sebelumnya.

Lucian berjalan dengan ekspresi kosong, seolah masih mencerna perubahan dalam dirinya.

Sementara itu, Seraphina menatap cincin di jarinya dengan penuh waspada.

Cincin itu…

Bukan sekadar aksesoris biasa.

Bukan juga sekadar simbol belaka.

Melainkan serpihan jiwa dari seorang ahli nujum kuno.

Dan yang lebih mengejutkan, cincin ini telah lama menekan kekuatan Lucian.

Tanpa segel yang dibuatnya, kekuatan warisan Lucian mungkin sudah meledak tak terkendali, menghancurkan tubuhnya sendiri.

Seraphina menyipitkan mata.

"Jadi selama ini… keberadaannya bukan hanya aksesoris semata. Dia benar-benar hidup."

Sebuah suara tiba-tiba terdengar di kepalanya.

"Kau akhirnya menyadarinya, anak muda."

Seraphina terhenyak.

Suara itu dalam, dingin, dan dipenuhi kebijaksanaan zaman.

Seraphina segera menyadari bahwa cincin itu kini tengah berkomunikasi dengannya.

"Kau… siapa?"

Cincin itu berkilau samar, lalu suara itu menjawab:

"Aku adalah salah satu dari tujuh ahli nujum terbesar dalam sejarah. Namun, aku telah lama mati. Yang tersisa dariku hanyalah serpihan jiwaku dalam benda ini."

"Ahli nujum terbesar…?"

Seraphina menggertakkan gigi.

"Lalu, kenapa kau berada di sini?"

"Untuk mengawasi kekuatan warisan itu."

Mata Seraphina sedikit melebar.

"Kau tahu soal Lucian?"

"Tentu saja. Kekuatan yang diwarisi anak itu… adalah sesuatu yang bahkan para Dewa tak ingin bangkit kembali."

Seraphina mengerutkan kening.

"Lalu, jika segel ini terbuka… apa yang akan terjadi?"

Suara dalam cincin itu terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab dengan nada muram.

"Jika segel ini terbuka tanpa kendali… maka Lucian akan menjadi kehancuran dunia ini."

Seraphina menggigit bibirnya.

"Separah itu?"

Cincin itu kembali berkilau.

"Lebih buruk dari yang kau bayangkan, anak muda."

Seraphina mengembuskan napas berat.

"Baiklah… untuk saat ini, aku akan tetap menyembunyikan ini."

Cincin itu tidak membalas, tetapi kilau samar darinya menandakan bahwa ia setuju.

---

Keluar dari Gua

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka melihat cahaya samar dari luar.

Mereka telah mendekati pintu keluar gua.

Seraphina melirik Lucian yang masih tampak diam.

Dia mungkin belum menyadari semua detail tentang kondisinya, tapi Seraphina tahu…

Lucian sudah berubah.

Bahkan auranya terasa berbeda—lebih berat, lebih dalam, lebih misterius.

Saat mereka akhirnya melangkah keluar, suara langkah kaki lain segera terdengar.

“Lucian! Seraphina!”

Tim mereka langsung menghampiri.

Salah satu dari mereka, seorang pendekar dari Kuil Ksatria, menatap mereka dengan ekspresi khawatir.

“Apa yang terjadi? Kalian lama sekali!”

Seorang gadis dari Kuil Roh juga ikut bersuara, “Kami sempat berpikir sesuatu terjadi pada kalian!”

Seraphina tersenyum tipis, mencoba meyakinkan mereka.

“Kami hanya terjebak di dalam sedikit lebih lama dari yang lain.”

Salah satu anggota tim, yang berasal dari Kuil Assassin, mengamati mereka dengan tatapan tajam.

“Serius?”

Lucian menatapnya sekilas, lalu menjawab, “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Suara Lucian lebih dingin dari biasanya, tetapi tampaknya tak ada yang mencurigainya.

Salah satu anggota dari Kuil Dewa Obat mendekati mereka dengan ekspresi serius.

“Kalau begitu, ayo kita kembali ke kota. Pemimpin tim lain sudah menunggu.”

Seraphina dan Lucian mengangguk, lalu mengikuti mereka.

Tak ada yang tahu…

Rahasia besar yang baru saja mereka bawa keluar dari gua itu.

Tak ada yang tahu…

Bahwa dunia mungkin baru saja mendekati kehancurannya sendiri.

---

Di Balik Senyum Dewi Malam

Di dalam kegelapan gua, Dewi Malam masih berdiri di tempatnya, tersenyum samar.

Dia tahu…

Bahwa Seraphina dan Lucian kini telah membawa sesuatu yang jauh lebih besar dari yang mereka kira.

Dan dengan suara lembut, dia bergumam pada dirinya sendiri,

"Permainan ini baru saja dimulai."

"Semoga kalian siap untuk menghadapi nasib kalian sendiri."

Dengan satu gerakan tangannya, gua itu kembali ditelan oleh kegelapan abadi, seolah tak pernah ada yang menyentuhnya sebelumnya.

.

.

Angin malam bertiup lembut di antara pepohonan lebat yang menjulang tinggi di hutan belantara. Cahaya bulan samar-samar menembus celah dedaunan, menerangi jalan setapak yang dilalui Seraphina dan timnya.

Mereka masih dalam perjalanan kembali ke kota, menuju stasiun yang akan membawa mereka pulang setelah misi mereka di gua selesai.

Namun, setelah peristiwa besar yang terjadi di dalam gua itu…

Seraphina menyembunyikan semua jejak kekuatannya kembali.

Dia kembali menjadi gadis yang tampak biasa—tidak terlalu mencolok, tidak terlalu kuat, tidak terlalu menarik perhatian.

Namun, satu orang tidak berhenti memperhatikannya.

Lucian.

Lucian terus menatapnya.

Dari jauh, dari dekat, dari sudut matanya.

Entah kenapa, setiap kali dia melihat Seraphina, dadanya terasa bergetar.

Sebuah perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Menarik.

Lucian tidak bisa mengerti perasaan ini.

Bukan karena cinta, bukan karena obsesi… tapi ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuatnya ingin terus memperhatikannya.

Mengingatkannya pada sesuatu yang familiar…

Atau mungkin…

Sesuatu yang telah ditakdirkan?

Dia tersenyum tipis.

Ah, ini cukup menyenangkan, pikirnya.

---

Mereka telah berjalan selama beberapa jam, namun hutan ini tampak semakin aneh.

Suara burung malam yang biasanya terdengar kini menghilang.

Udara menjadi lebih dingin, dan suasana terasa ganjil.

Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka bergetar pelan.

“Mundur!” seru pendekar dari Kuil Ksatria sambil mencabut pedangnya.

Seraphina langsung merasakan sesuatu yang salah.

Aura sihir…

Sangat besar.

Dari balik semak-semak, puluhan makhluk gelap dengan mata merah menyala muncul.

Mereka tampak seperti serigala hitam raksasa, tetapi dengan tubuh yang lebih besar dan bulu yang bersinar keunguan di bawah sinar bulan.

“Darkfangs,” bisik salah satu anggota tim mereka dari Kuil Assassin.

“Dan jumlah mereka…” seseorang dari Kuil Roh menelan ludahnya.

“… sangat banyak.”

Darkfangs adalah makhluk yang seharusnya tidak muncul di daerah ini.

Mereka bukan sekadar serigala biasa, tetapi makhluk hasil mutasi dari kutukan kegelapan.

Dan melihat jumlah mereka yang lebih dari dua puluh ekor, ini jelas bukan serangan biasa.

Mereka telah dikirim oleh seseorang.

“Siapkan formasi!” seru pemimpin tim, Lucian.

Dengan cepat, mereka membentuk formasi pertahanan.

Ksatria dan Warrior berdiri di depan, menjadi tameng utama.

Penyihir dan Dewa Obat di belakang, menyiapkan serangan jarak jauh dan penyembuhan.

Assassin dan Necromancer di sisi, siap melancarkan serangan mematikan dari bayangan.

Seraphina berdiri di tengah, menyembunyikan kekuatannya seperti biasa.

Meski dia tahu bahwa dia bisa membantai semua Darkfangs ini dalam sekejap, dia tidak boleh menarik perhatian.

Untuk saat ini…

Dia harus tetap berada dalam bayang-bayang.

---

Darkfangs menerjang dalam gelombang besar.

Raungan mereka menggema di seluruh hutan, menciptakan getaran yang menakutkan di udara.

CLANG!

Pedang pertama menebas salah satu serigala, namun makhluk itu hanya terdorong mundur dan kembali menerjang dengan ganas.

Mereka lebih kuat dari yang dibayangkan.

Salah satu Darkfangs meloncat ke arah seorang penyihir, namun seorang Warrior menghantamnya dengan tameng besar, menghempaskannya ke tanah.

Seorang assassin bergerak cepat, melompat ke atas pohon dan menusukkan belatinya ke punggung salah satu Darkfangs, membunuhnya dalam sekali serangan.

Seraphina mengamati semuanya dengan tenang.

Lucian sendiri bertarung dengan cara yang aneh.

Biasanya, seorang Necromancer akan memanggil mayat hidup atau roh untuk bertarung.

Namun, Lucian tidak melakukan itu.

Sebaliknya, dia hanya menggunakan kekuatan fisiknya sendiri.

Menarik…

Seraphina tahu bahwa Lucian saat ini memiliki kekuatan luar biasa yang tersegel dalam dirinya.

Jika saja dia bisa mengendalikannya…

Maka pertarungan ini akan selesai dalam sekejap.

Namun, Lucian masih menyembunyikan kartunya, sama seperti dirinya.

---

Meskipun jumlah Darkfangs sangat banyak, tim ini sangat solid dan kompak.

Perlahan tapi pasti, makhluk-makhluk itu mulai berjatuhan satu per satu.

Tak ada satu pun dari mereka yang panik.

Semua bekerja dalam keselarasan sempurna.

Dan pada akhirnya…

Darkfangs terakhir tumbang, dan keheningan kembali menyelimuti hutan.

Mereka semua bernapas lega, namun tetap waspada.

“Kita harus segera keluar dari sini,” ujar salah satu anggota tim dengan serius.

Seraphina mengangguk, sementara Lucian kembali menatapnya tanpa berkedip.

Seolah-olah dia masih menganalisis sesuatu tentangnya.

Dan itu membuat Seraphina sedikit tidak nyaman.

---

Setelah memastikan tidak ada lagi ancaman, mereka melanjutkan perjalanan ke stasiun.

Saat mereka tiba, kereta yang akan membawa mereka pulang sudah menunggu di jalurnya.

Satu per satu, mereka naik ke dalam gerbong.

Saat itulah, Lucian akhirnya membuka mulut dan berbicara pada Seraphina.

“Kau menarik,” katanya dengan suara rendah, matanya menatap dalam ke arahnya.

Seraphina menoleh dengan ekspresi datar.

“Apa maksudmu?”

Lucian tersenyum tipis.

“Entahlah,” katanya santai. “Setiap kali aku melihatmu… ada sesuatu yang membuatku merasa…”

Dia berhenti sejenak, lalu tertawa kecil.

“…tertarik.”

Seraphina menahan napasnya sesaat.

Namun, dia segera mengembalikan ekspresinya menjadi dingin.

“Lucian,” katanya tenang. “Aku hanya seorang gadis biasa.”

Lucian menyipitkan matanya, seolah mencoba membaca kebohongan di wajahnya.

Namun, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Dia hanya tersenyum…

Dan kemudian berbalik, berjalan pergi.

Seraphina menghela napas pelan.

Lucian…

Dia mungkin masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi dalam gua itu.

Atau mungkin…

Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya.

Episodes
1 Bab 1. Hidup Kembali
2 Bab 2. Menggali Identitas yang Hilang
3 Bab 3: Mengasah Kekuatan yang Baru
4 Bab 4: Tiga Hari yang Mengubah Segalanya
5 Bab 5: Mencari Jejak Seraphina Duskbane
6 Bab 6: Jejak yang Menghilang
7 Bab 7: Perpisahan di Reruntuhan Kuil
8 Bab 8: Awal Perjalanan Baru dan Kebutuhan Akan Uang
9 Bab 9: Perjalanan Penuh Rintangan dan Reruntuhan yang Terkunci
10 Bab 10: Warisan dari Masa Lalu
11 Bab 11: Kuil Sihir dan Ujian Sang Protagonis
12 Bab 12: Babak Final yang Mendebarkan
13 Bab 13: Panggung Pertarungan Terakhir
14 Bab 14: Pertemuan dengan Calon Antagonis
15 Bab 15: Dua Rahasia
16 Bab 16. Tertarik
17 Bab 17. Berlatih
18 Bab 18: Pertarungan Antar Tim
19 Bab 19: Undangan Dari Kuil Assassin
20 Bab 20: Ujian di Kuil Assassin
21 Bab 21. Misi Berbahaya
22 Bab 22: Bayangan Yang Mengintai
23 Bab 23: Jejak Kegelapan Dibalik Bayangan
24 Bab 24: Bahaya Yang Mengintai
25 Bab 25: Jejak Kegelapan yang Tersisa
26 Bab 26: Pertempuran Di Reruntuhan Kuno
27 Bab 27: Jejak Kegelapan yang Tertinggal
28 Bab 28: Kebenaran yang Terkubur
29 Bab 29: Tawaran Berbahaya
30 Bab 30: Bayangan di Balik Tawaran
31 Bab 31: Bayangan di Pelabuhan
32 Bab 32 – Jejak yang Tertinggal
33 Bab 33 – Menyusup ke Lelang Gelap
34 Bab 34 – Jejak yang Tertinggal
35 Bab 35 – Kebenaran yang Tersembunyi
36 Bab 36 – Bayangan di Balik Kegelapan
37 Bab 37 – Pertempuran di Reruntuhan
38 Bab 38 – Kegelapan yang Terbangun
39 Bab 39 – Bayangan yang Tertinggal
40 Bab 40 – Kebenaran yang Tersembunyi
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab 1. Hidup Kembali
2
Bab 2. Menggali Identitas yang Hilang
3
Bab 3: Mengasah Kekuatan yang Baru
4
Bab 4: Tiga Hari yang Mengubah Segalanya
5
Bab 5: Mencari Jejak Seraphina Duskbane
6
Bab 6: Jejak yang Menghilang
7
Bab 7: Perpisahan di Reruntuhan Kuil
8
Bab 8: Awal Perjalanan Baru dan Kebutuhan Akan Uang
9
Bab 9: Perjalanan Penuh Rintangan dan Reruntuhan yang Terkunci
10
Bab 10: Warisan dari Masa Lalu
11
Bab 11: Kuil Sihir dan Ujian Sang Protagonis
12
Bab 12: Babak Final yang Mendebarkan
13
Bab 13: Panggung Pertarungan Terakhir
14
Bab 14: Pertemuan dengan Calon Antagonis
15
Bab 15: Dua Rahasia
16
Bab 16. Tertarik
17
Bab 17. Berlatih
18
Bab 18: Pertarungan Antar Tim
19
Bab 19: Undangan Dari Kuil Assassin
20
Bab 20: Ujian di Kuil Assassin
21
Bab 21. Misi Berbahaya
22
Bab 22: Bayangan Yang Mengintai
23
Bab 23: Jejak Kegelapan Dibalik Bayangan
24
Bab 24: Bahaya Yang Mengintai
25
Bab 25: Jejak Kegelapan yang Tersisa
26
Bab 26: Pertempuran Di Reruntuhan Kuno
27
Bab 27: Jejak Kegelapan yang Tertinggal
28
Bab 28: Kebenaran yang Terkubur
29
Bab 29: Tawaran Berbahaya
30
Bab 30: Bayangan di Balik Tawaran
31
Bab 31: Bayangan di Pelabuhan
32
Bab 32 – Jejak yang Tertinggal
33
Bab 33 – Menyusup ke Lelang Gelap
34
Bab 34 – Jejak yang Tertinggal
35
Bab 35 – Kebenaran yang Tersembunyi
36
Bab 36 – Bayangan di Balik Kegelapan
37
Bab 37 – Pertempuran di Reruntuhan
38
Bab 38 – Kegelapan yang Terbangun
39
Bab 39 – Bayangan yang Tertinggal
40
Bab 40 – Kebenaran yang Tersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!