Kedatangan Babeh Ali

"Santi! Apa-apaan ini!"

Semua mata kini tertuju pada suara menggelegar yang membuat semua terkejut.

"Abang." Umi Halimah terkejut meski wajahnya tetap tenang.

"A-Abang, kok Abang kesini?" Wajah Santi yang sejak tadi nyolot berubah jinak bahkan dibuat teduh sambil menghampiri Juragan Basir.

Semua mata yang melihat terlihat pura-pura tak memperhatikan namun enggan beranjak, seolah ingin mengetahui kelanjutan prahara yang begitu menarik dihadapan mata dan sayang untuk dilewatkan.

"Juragan, silahkan bawa kedua Istri Juragan keluar dari warung Saya. Sejak datang hanya buat rusuh saja." Marni tanpa ekspresi namun kata-kata yang dikeluarkan setajam silet.

Bahkan yang sedang mengerubungi Mereka menatap ngeri akan keberanian Marni dengan halus mengusir kedatangan Juragan Basir dan Kedua Istrinya.

"Ndok, ada apa?" Bude Sri yang baru tiba, dibuat terkejut dan mencoba memahami situasi yang kini ada dihadapannya.

"Mereka berdua Istri Juragan Basir Bude datang hanya membuat gaduh dan menuduh Marni macam-macam."

Bude Sri menarik nafas panjang, berjalan mendekati Marni kemudian mengusapi punggung Marni.

Bude Sri bisa melihat kemarahan di sorot mata Marni. Kali ini Bude Sri dibuat terkejut akan keberanian Marni meaki begitu apa yang Marni lakukan sudah benar.

"Juragan, Maaf, tapi benar apa yang dikatakan Marni, Saya jamin keponakan Saya tidak akan mencari gara-gara lebih dulu. Kami disini hanya cari makan Juragan. Jadi mohon pengertian Juragan." Bude Sri menatap kedua wanita disisi Juragan Basir yang berbeda ekspresi saat melihat Marni saat ini.

"Kalian berdua pulang. Masuk mobil!" wajah merah padam Juragan Basir terlihat jelas. Malu, kesal bahkan tak percaya, kedua Istrinya membuat onar dan akan menjadi buah bibir pedagang sepasar itu.

"Abang, tapi A-" Santi merajuk namun kata-katanya tak sampai dilanjutkan karena melihat wajah marah Juragan Basir.

"Masuk!"

"Ayo Santi. Mbak bilang Kita pulang saja." bujuk Halimah sambil menuntun tangan Santi.

"Tapi Mbak," Santi menghentikan kata-katanya melihat wajah serius Umi Halimah.

Sedangkan Santi yang masih dongkol dengan Marni tatapannya masih tajam dan menyiratkan bahwa "Kita belum selesai."

Juragan Basir menatap Marni dengan tatapan sulit diartikan.

Marni sendiri jengah, memilih mengalihkan pandangannya dari tatapan entah memiliki makna apa yang membuat Marni waspada.

"Hati-hati Juragan. Mari Saya antar." Jupri si Penjilat mengantar Juragan Basir keluar dari warung Marni.

"Yah, kirain bakal ada jambak-jambakan! Udah ah yuk bubar!" Begitulah netizen, jika tidak seru bubar jalan tak peduli perasaan Marni seperti apa.

Marni duduk disudut warungnya. Berbalik membelakangi semua orang yang mungkin saja masih ada di warungnya.

"Ndok," Bude Sri menepuk perlahan bahu Marni.

Marni berbalik, ia sekilas melihat, sudah sepi warungnya selain ia dan Bude Sri.

"Bude," lirih suara Marni sambil menunduk.

Berat sekali beban perasaan yanh Marni alami.

Bude Sri bisa merasakan bagaimana dilemanya Marni saat ini.

"Ndok. Duduk dulu yuk."

Marni mengikuti kata-kata Bude Sri. Keduanya duduk di sudut warung.

"Kamu sudah makan Ndok?" Tak ingin membahas dulu apa yang baru saja terjadi.

Gelengan Marni sesungguhnya membuat Bude Sri kembali menarik nafas.

"Makan dulu yuk. Bude belum makan. Kamu temani Bude ya."

Marni masih duduk termenung. Bukan mengabaikan ajakan Bude Sri namun tubuh Marni terasa lelah dan hati serta pikiran juga capek.

"Ndok,"

"Iya Bude."

"Makan dulu yuk. Temani Bude."

Akhirnya Marni mengikuti Bude Sri yang mengajaknya makan dulu.

Perlahan Bude Sri mulai bisa membuat Marni tersenyum. Meski sesekali terlihat Marni dengan tatapannya menerawang.

"Sudah ya Ndok. Jangan terlalu dipikirkan. Toh semua orang tahu Kamu gak salah. Mereka yanh keterlaluan. Sudah ya jangan murung terus, Bude sedih lihat Kamu murung begini."

"Bude. Marni sudah berusaha menjaga diri Marni, tapi kenapa harus seperti ini terus. Marni capek Bude. Marni capek disalahkan terus menerus."

"Iya Ndok. Bude ngerti. Kamu pasti sedih. Tapi Bude yakin Kamu kuat."

*

"Ndok Kamu ambil sekalian saja itu bahan-bahan Jamu, dipisahin takutnya kecampur sama pesanan orang lain, Bude takutnya lupa."

"Iya Bude. Sudah Marni pisahkan yang untuk Marni. Memang ini pesanan siapa? Banyak banget?" Marni melihat tumpukkan rempah yang sudah di masukkan plastik besar.

"Itu si Leha bilang, mau buat ngasih ke sodaranya. Nanti si Udin paling yang ngambil kesini. Ga usah diladenin kalo si Udin godain Kamu ya Ndok. Kalo gak biar Bude saja yang menghadapi kalo datang."

"Hai Neng Cantik! Ah gak rugi Abang pagi-pagi udah dimari kalo ketemu bidadari cantik yang ada dihadapan mata Abang." Udin dengan gaya tengil duduk mendekati Marni yang sedang memasukkan bahan-bahan untuk Jamu kedalam plasti merah.

"Loh Kamu sudah dateng aja Din! Ini sudah siap. Mau langsung dibawa?"

"Yaelah Bude. Baru sampe. Ngaso dulu kali. Neng Abang mau pesen kopi ada gak? Kok warungnya gak buka.

"Saya libur hari ini Bang. Lagian kalo mau kopi pesen aja di warung depan."

"Yah kok tutup si Neng, Beda dong kopi buatan Neng Marni sama yang lain. Kalo buatan Neng Marni rasanya ada manis-manisnya gitu!"

"Ehem!"

"Babeh Haji, monggo silahkan duduk." Bude Sri dengan sopan mempersilahkan Babeh Ali mertua Udin sekaligus yang bersengketa dengan Juragan Basir.

"Babeh, kok nyusul kesini?" Udin yang tidak tahu kedatangan Bapak Mertuanya kini tiba-tiba kikuk, mati gaya."

"Lu cepet bawa tuh pesenan Leha." Tatapan tak ramah bahkan cenderung kesal terlihat jelas dari wajah Babeh Ali.

"Bu Sri, ini pesanannya Leha jadi berapa? Belum dibayar kan?"

"Belum Beh, katanya mau ditransfer sama Leha."

"Ga usah, ini Saya aja yang bayar. Berapa semuanya?"

"Semuanya Dua Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu. Ini Juragan kuitansinya. Rincian harganya juga ada disitu." Bude Sri memberikan kepada Babeh Ali.

"Din, bawa tuh. Kasih ke Leha. Die pasti nanyain itu. Lu jangan lupa bisa nyap-nyap nanti."

"Iya Beh. Babeh mau balik bareng Udin?"

"Lu balik duluan. Gua masih ada urusan. Cepet jangan banyak ngelancong kemana-mana."

"I-Iya Be. Kalo gitu Udin balik duluan ye." Udin menyalami Ayah Mertuanya.

Tentu saja tak ada dengan pamit sama Marni, mana berani Udin genit-genit di depan Bapak Mertuanya.

"Hati-hati Din, itu jangan sampe kececer. Ntar Leha malah repot nyarinya." Bude Sri memperingatkan Udin yang tampak grasak grusuk memasukkan semua pesanan Leha ke mobil.

"Sip Bude. Pamit Bude. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Beh pamit ye."

"Lu mau berapa kali cium tangan? Ntar yang ada tangan gue ketempelan jigong Lu!"

Udin memutar bola matanya meski segera ia tutupi dengan senyuman.

Tak mungkin Udin membalas Ayah Mertuanya. Udin masih butuh kenyamanan dan fasilitas sebagai Mertua dari Babeh Ali.

Kini Bude Sri dan Marni kembali saling tatapan, karena keberadaan Babeh Ali yang masih ada dan tak ada tanda untuk pergi.

"Kamu yang dilamar sama Basir buat jadi bini keempat? Mau?"

Episodes
1 Penjual Jamu
2 Pelecehan Verbal
3 Penggoda
4 Main Hakim Sendiri
5 Noto Ati
6 Pamit
7 Lembaran Baru
8 Sengketa Tanah
9 Rewang
10 Dadakan
11 Dua Istri
12 Mandor Basir
13 Bubur Sumsum
14 Desas Desus
15 Jadi yang Keempat
16 Kedatangan Babeh Ali
17 Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18 Bicara Empat Mata
19 Sabotase
20 Penggusuran
21 Luluh Lantah
22 Ga Ada Bibit Pelakor
23 Keliling Lagi
24 Pesan yang Membuat Jengkel
25 Bersitegang
26 Dua Penguasa
27 Bukan Maksud Menutupi
28 Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29 Kesepakatan
30 Mengantar Pulang
31 Nyekar
32 Hasutan Mandor Salim
33 Munggahan
34 Gusti Allah Mboten Sare
35 Ramadhan Telah Tiba
36 Taraweh Pertama
37 Menangislah
38 Cobaan Rumah Tangga
39 Ribut
40 Kembali Pulang
41 Julid
42 Wonder Women
43 Diusir
44 Ojo Dumeh
45 THR
46 Banjir
47 Di Semprot Bude Sri
48 Kayak Macan
49 Bentrok
50 Sawang Sinawang
51 Baku Hantam
52 Cinta Lama Belum Kelar
53 Juminten Gak Ada Lawan
54 Menolong
55 Buka Bersama
56 Pilihan
57 Hiburan
58 Lintah Darat
59 Menjenguk
60 Pulang
61 Salah Paham
62 Menghindari
63 Apes
64 Belanja
65 Tanah Abang
66 Balas Dendam
67 Bulldozer
68 Terpaksa
69 Duo Couple
70 Kabar Berita
71 Takut Suntikan
72 Sudah Sembuh
73 Kapan Mudik?
74 Disini Saja
75 Bayar Zakat
76 Bergosip
77 Ada Yang Salting
78 Ribut Lagi
79 Cuti Lebaran
80 Akal Bulus
81 Takbiran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Penjual Jamu
2
Pelecehan Verbal
3
Penggoda
4
Main Hakim Sendiri
5
Noto Ati
6
Pamit
7
Lembaran Baru
8
Sengketa Tanah
9
Rewang
10
Dadakan
11
Dua Istri
12
Mandor Basir
13
Bubur Sumsum
14
Desas Desus
15
Jadi yang Keempat
16
Kedatangan Babeh Ali
17
Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18
Bicara Empat Mata
19
Sabotase
20
Penggusuran
21
Luluh Lantah
22
Ga Ada Bibit Pelakor
23
Keliling Lagi
24
Pesan yang Membuat Jengkel
25
Bersitegang
26
Dua Penguasa
27
Bukan Maksud Menutupi
28
Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29
Kesepakatan
30
Mengantar Pulang
31
Nyekar
32
Hasutan Mandor Salim
33
Munggahan
34
Gusti Allah Mboten Sare
35
Ramadhan Telah Tiba
36
Taraweh Pertama
37
Menangislah
38
Cobaan Rumah Tangga
39
Ribut
40
Kembali Pulang
41
Julid
42
Wonder Women
43
Diusir
44
Ojo Dumeh
45
THR
46
Banjir
47
Di Semprot Bude Sri
48
Kayak Macan
49
Bentrok
50
Sawang Sinawang
51
Baku Hantam
52
Cinta Lama Belum Kelar
53
Juminten Gak Ada Lawan
54
Menolong
55
Buka Bersama
56
Pilihan
57
Hiburan
58
Lintah Darat
59
Menjenguk
60
Pulang
61
Salah Paham
62
Menghindari
63
Apes
64
Belanja
65
Tanah Abang
66
Balas Dendam
67
Bulldozer
68
Terpaksa
69
Duo Couple
70
Kabar Berita
71
Takut Suntikan
72
Sudah Sembuh
73
Kapan Mudik?
74
Disini Saja
75
Bayar Zakat
76
Bergosip
77
Ada Yang Salting
78
Ribut Lagi
79
Cuti Lebaran
80
Akal Bulus
81
Takbiran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!