Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa

"Kamu yang dilamar sama Basir buat jadi bini keempat? Mau?"

Tatapan menelisik dari pria yang Marni taksir berusia lima puluhan akhir namun masih terlihat gagah dan awet muda.

"Maaf Pak, Saya bukan perempuan seperti itu." Marni menunggu reaksi apalagi dari Pria Baya yang masih kekar dan berotot dihadapannya.

"Bagus! Jadi Gue ga perlu pusing lihat Leha ngambek gara-gara Lu bakal ngeladenin si Udin, Buaya buntung."

"Tenang saja Pak, Saya juga ga minat jadi madu dari Putri Bapak."

"Panggil Gue Babeh Ali. Biar sama kayak orang-orang manggil Gue. Bu Sri, kalo si Basir datang lagi dan bucin kacau lapor sama Saya."

"Oh iya Beh."

Babeh Ali menatap dengan sorot mata yang membuat Marni bingung, "Lu harus berani kalau emang bener! Jangan nerima aje kalo orang mau semena-mena sama Lu! Biar perempuan kudu kuat dan tahan banting!"

Marni sendiri masih bingung, seperti apa sebenarnya sosok Babeh Ali yang baru saja meninggalkan lapak Bude Sri.

"Ndok, Kamu melamun?"

"Gak kok Bude. Bude Babeh Ali itu siapa?"

"Loh kan sama-sama Kita tahu, Babeh Ali itu Bapaknya Leha, Mertuanya si Udin."

"Maksud Marni, emang Babeh Ali itu kerjanya apa? Aneh aja sih pembawaannya beda banget sama Juragan Basir.

"Emang beda Ndok. Kayak bumi sama langit jauh beda. Kalo Juragan Basir Bojonya malah telu, nah Babeh Ali setahu Bude sejak Istrinya meninggal ya duda sampe sekarang. Kamu ga naksir kan Ndok?"

"Ya Allah Bude, ya enggaklah. Marni cuma heran aja, Kok bisa Mpok Leha direstuin nikah sama Bang Udin, padahal kalo dilihat-lihat Babeh Ali kayaknya orangnya selektif begitu."

"Ya Bude juga gak tahu sih. Wes lah. Ga usah ngurusi Mereka. Kamu jadi ga Ndok, mulai besok mau jualan mie rebus buat ngisi warung?"

"Jadi Bude. Habis dari sini Marni mau ke agen di depan pasar. Mau beli Mie sama sekalian telur ayam."

"Ya sudah sana. Biar enak beres-beresnya ga keburu kesorean. Kan Kamu juga masih harus ramu Jamu toh."

"Ya sudah, Marni pamit dulu ya Bude."

*

"Apa bener tadi yang diomongin orang-orang di agen sembako kalau pasar mau di revitalisasi. Kalau begitu gimana Aku jualan ya? Sekarang saja Aku bisa jualan karena dipinjami lapak Bude Sri. Lagi pula kok mendadak ya." Marni sambil menggodok Jamu kini pikirannya melayang jauh. Bagaimana nasibnya kalau kabar burung itu benar adanya.

Marni menata warungnya. Mulai besok selain sedia Jamu san Gorengan, Marni menambahkan Mie Rebus karena banyak pembelinya yang menanyakan.

"Lama-lama warungku kayak warkop bukan warung Jamu lagi. Tapi ya gapapa deh, selagi cuan jalani aja. Kalau Aku untung kan bisa mulai bayar sewa lapak ke Bude Sri. Walau Bude Sri pasti bakal ga mau nerima, tapi Aku udah niat, kalau semakin rame dan untung Aku mau bayar sewa biar Bude Sri juga punya tambahan penghasilan.

"Duh, capek banget!" rasanya tubuh Marni remuk. Seharian banyak sekali yang terjadi dan Marni juga banyak yang dikerjakan urusan warung.

"Kayaknya nanti kalau ada rezekinya Aku harus beli etalase supaya lebih rapi ini barang dagangan."

Banyak rencana di kepala Marni untuk memajukan warungnya.

"Oh ya, sebentar lagi puasa, Kira-kira jualan apa ya, yang lumayan buat tambah-tambahan." Marni tak pernah berhenti berpikir ide apalagi untuk meramaikan jualannya.

Rasanya semangat jika dagangan laris manis bahkan banyak pembeli yang kembali datang.

"Oh iya ya. Kenapa Aku ga coba buat kue-kue lebaran aja ya. Tapi aku ga punya alat-alatnya. Kalau beli ya modalnya gede. Tempatnya juga ga ada. Kira-kira apa ya?" Otak Marni selalu saja berpikir cuan. Tapi Marni selalu mengedepankan mencari uang halal yang bukan secara instan apalagi buka paha didepan Suami orang. Ga ada dalam kamus Marni seperti itu.

Marni kembali ingat saat ia tadi belanja di Agen depan pasar. Pemiliknya seorang tionghoa yang tadi saat Marni belanja disana si Engkoh yang melayani sekaligus pemiliknya curi-curi kesempatan ganjen pada Marni.

"Besok tanya Bude Sri deh, Agen mana lagi yang harganya murah meriah. Males banget di pelengosin Encinya gara-gara lakinya ganjen begitu! Heran dimana-mana kenapa sih Marni selalu aja diuji oleh Buaya Darat sama Kadal Buntung! Padahal gak ada sedikitpun niat Marni ngambil Suami orang. Ga sudi! Mending melek begini malem-malem godok jamu dari pada jadi madu orang."

Marni terkadang capek juga selaku jadi pihak yang disudutkan jika berjumpa laki-laki beristri yang ganjen padanya.

Padahal bukan sepenuhnya salah Marni, tapi Suami Mereka yang gatel minta digaruk seperti kurang dibelai.

"Heran, Kadal Buntung, Buaya darat kenapa selaku ada dalam perjalanan hidup Marni. Gusti Allah, kapan Marni ketemu jodoh yang baik. Pria lajang yang bukan laki orang dan ga bikin kisruh. Marni ga mau ya Allah jadi madu orang."

Sunyinya malam tak berlaku bagi Marni yang malam ini kepala dan batin Marni yang berisik penuh dilema san banyak pikiran.

"Wes. Ga terasa kalau ngerjain dagangan pasti asik sendiri sampe lupa waktu. Apalagi besok mulai tambah jenis jualan. Semoga makin laris. Marni semakin cuan. Laris manis tanjung kimpul. Dagangan habis duite kumpul."

Marni memilih menunaikan shalat malam sebelum ia akhirnya merebahkan sejenak sambil menunggu subuh.

Namun lelah tubuh Marni sepertinya membawa Marni hingga kesiangan. Beruntung ga terlalu siang banget hingga Marni pukul enam pagi lebih lima belas menit baru buka lapak jamunya.

"Loh Mar, tak tungguin dari tadi. Tak pikir Kamu ga jualan." seorang penjual dipasar yang juga langganan setia jamu Marni.

"Jualan Bune. Tadi Marni kesiangan saja. Untung ga telat banget. Tapi Jamu sama dagangan sudah rampung. Jamune biasa Bune?"

"Yo biasa! Biar kuat menghadapi hidup! Dagangan dari sananya naik ga tahu ini Pembeli dari tadi pada komplain. Belum puasa barang-barang sudah naik, Lah gimana pas puasa. Kadang bingung ngecernya. Di naikin pembeli protes ga naik Kitanya yang untung tipis. Mumet! Wes lah tak minum jamu dulu. Awakku kudu sehat, kuat biar tahan banting kalau ada pembeli nawar ngotot."

Beginilah kehidupan di pasar. Ada saja problematika sesama pedagang dan saling curhat kadang sekedar bercerita suka duka sesama pedagang.

"Mar, De Sri tumben belum buka lapak, tadi Aku lewat masih tutup? Kesiangan ora yo?"

"Masa Bue?"

"Lah wong Aku baru lewat. Tadi tak mampir sekalian mau bayar utang. Eh belum buka."

"Mar! Bude Sri!"

Episodes
1 Penjual Jamu
2 Pelecehan Verbal
3 Penggoda
4 Main Hakim Sendiri
5 Noto Ati
6 Pamit
7 Lembaran Baru
8 Sengketa Tanah
9 Rewang
10 Dadakan
11 Dua Istri
12 Mandor Basir
13 Bubur Sumsum
14 Desas Desus
15 Jadi yang Keempat
16 Kedatangan Babeh Ali
17 Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18 Bicara Empat Mata
19 Sabotase
20 Penggusuran
21 Luluh Lantah
22 Ga Ada Bibit Pelakor
23 Keliling Lagi
24 Pesan yang Membuat Jengkel
25 Bersitegang
26 Dua Penguasa
27 Bukan Maksud Menutupi
28 Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29 Kesepakatan
30 Mengantar Pulang
31 Nyekar
32 Hasutan Mandor Salim
33 Munggahan
34 Gusti Allah Mboten Sare
35 Ramadhan Telah Tiba
36 Taraweh Pertama
37 Menangislah
38 Cobaan Rumah Tangga
39 Ribut
40 Kembali Pulang
41 Julid
42 Wonder Women
43 Diusir
44 Ojo Dumeh
45 THR
46 Banjir
47 Di Semprot Bude Sri
48 Kayak Macan
49 Bentrok
50 Sawang Sinawang
51 Baku Hantam
52 Cinta Lama Belum Kelar
53 Juminten Gak Ada Lawan
54 Menolong
55 Buka Bersama
56 Pilihan
57 Hiburan
58 Lintah Darat
59 Menjenguk
60 Pulang
61 Salah Paham
62 Menghindari
63 Apes
64 Belanja
65 Tanah Abang
66 Balas Dendam
67 Bulldozer
68 Terpaksa
69 Duo Couple
70 Kabar Berita
71 Takut Suntikan
72 Sudah Sembuh
73 Kapan Mudik?
74 Disini Saja
75 Bayar Zakat
76 Bergosip
77 Ada Yang Salting
78 Ribut Lagi
79 Cuti Lebaran
80 Akal Bulus
81 Takbiran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Penjual Jamu
2
Pelecehan Verbal
3
Penggoda
4
Main Hakim Sendiri
5
Noto Ati
6
Pamit
7
Lembaran Baru
8
Sengketa Tanah
9
Rewang
10
Dadakan
11
Dua Istri
12
Mandor Basir
13
Bubur Sumsum
14
Desas Desus
15
Jadi yang Keempat
16
Kedatangan Babeh Ali
17
Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18
Bicara Empat Mata
19
Sabotase
20
Penggusuran
21
Luluh Lantah
22
Ga Ada Bibit Pelakor
23
Keliling Lagi
24
Pesan yang Membuat Jengkel
25
Bersitegang
26
Dua Penguasa
27
Bukan Maksud Menutupi
28
Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29
Kesepakatan
30
Mengantar Pulang
31
Nyekar
32
Hasutan Mandor Salim
33
Munggahan
34
Gusti Allah Mboten Sare
35
Ramadhan Telah Tiba
36
Taraweh Pertama
37
Menangislah
38
Cobaan Rumah Tangga
39
Ribut
40
Kembali Pulang
41
Julid
42
Wonder Women
43
Diusir
44
Ojo Dumeh
45
THR
46
Banjir
47
Di Semprot Bude Sri
48
Kayak Macan
49
Bentrok
50
Sawang Sinawang
51
Baku Hantam
52
Cinta Lama Belum Kelar
53
Juminten Gak Ada Lawan
54
Menolong
55
Buka Bersama
56
Pilihan
57
Hiburan
58
Lintah Darat
59
Menjenguk
60
Pulang
61
Salah Paham
62
Menghindari
63
Apes
64
Belanja
65
Tanah Abang
66
Balas Dendam
67
Bulldozer
68
Terpaksa
69
Duo Couple
70
Kabar Berita
71
Takut Suntikan
72
Sudah Sembuh
73
Kapan Mudik?
74
Disini Saja
75
Bayar Zakat
76
Bergosip
77
Ada Yang Salting
78
Ribut Lagi
79
Cuti Lebaran
80
Akal Bulus
81
Takbiran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!