Bubur Sumsum

Sudah menjadi tradisi kalau setelah hajatan pasti si pemilik acara membuat bubur sumsum kemudian dibagikan kepada semua yang terlibat dalam acara tersebut.

Tradisi bubur sumsum setelah hajatan merupakan tradisi Jawa yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih. Bubur sumsum juga dipercaya dapat memulihkan stamina setelah kelelahan.

"Terima kasih Mbak Sri, Marni sudah bantu-bantu disini. Maaf kalau ada salah-salah kata dan perbuatan ya Mbak, Mar." Bude Sum dengan senyum ramah sambil memberikan mangkok berisi bubur sumsum.

"Sama-sama Sum. Sing penting acarane lancar sampe akhir. Semalam Aku ga ikut lihat wayangan, wes ngantuk. Makanya muleh."

"Iya Bude maaf semalam Marni juga balik ga lihat wayangan."

"Gapapa. Lah wong yang banyak malah Bapak-Bapak. Dan Aku sendiri mending selonjoran. Pegel." Tawa Bude Sum.

"Oh ya Mbak, Mar. Ini ada sedikit, mohon diterima." Bude Sum memberikan amplop kepada Bude Sri dan Marni.

"Loh Sum kemarin sudah dan ini ada lagi? Ya Aku sih enak saja tapi kok kayak kebangetan banget Akunya moso mata duitan banget ngebantu jadi ngerepotin Kamu sama Karto." Dari lubuk hati Bude Sri merasa tak enak hati. Bagaimanapun ia ikhlas membantu.

"Justru, kalau fa diterima Aku dan Mas Karto yang ga enak. Mbak sama Marni luar biasa membantu Kami. Kalau ga ada Mbak dan Marni bagaimana acara kemaren. Mana dibatalin mendadak begitu. Mohon diterima ya Mbak, Mar. Jangan kapok yo kalo Aku minta bantu lagi."

"Makasi Sum. Bilang Karto semoga semakin lancar usahanya. Tambah sugih. Aku terima yo. Semoga berkah buat Kita semua."

"Aamiin Mbak."

"Makasi Bude. Semoga Bude dan Juragan Karto  lancar terus usahanya dan sehat selalu." Marni pun akhirnya menerima ucapan terima kasih dan amplop yanh diberikan oleh Bude Sum.

"Oh ya Mbak, Mar, ini ada sedikit bawaan dari besan. Tak bagi-bagi juga ke yang lain. Semoga suka ya mohon diterima."

Bude Sum membagi-bagikan makanan, buah-buahan dan beberapa hasil kebun dari keluarga besannya yang kemarin datang membawa banyak sekali seserahan sampai satu truk besar.

"Walah anakmu beruntung sekali yo, semoga cepet dapat momongan." Bude Sri tersenyum ikut bahagia mendengarnya.

"Aamiin. Aku juga wes pengen segera punya putu. Biar rumah ini ga sepi. Kangen nyium bau bayi."

"Wes didoakan saja Sum, sing penting Kamu jadi Mertua ya jangan julid. Jangan jadi Mertua kayak di sinetron yang jahat-jahat begitu. Jadu Mertua yang penyayang, baik buruknya menantu biar Kamu sendiri yang tahu. Pantang diceritakan keorang lain. Karena Menantu adalah anak Kita juga. Jangan beda-bedakan." Pesan Bude Sri.

"Tapi Mereka setelah ini ga tinggal disini Mbak. Kok yo Aku sedih sebetulnya."

"Ya bagus Sum, artinya Mereka mau mandiri. Kamu ya harus mendukung, doakan, agar rumah tanggane sakinah, mawwadah marrahmah. Jangan rungsing begitu, cukup doakan tang baik-baik."

"Iya Mbak. Maklum baru pertama kali. Jadi masih berat rasanya."

"Ya memang, namanya anak dari kecil Kita asuh dan ada terus sama-sama dengan Kita tapi tugasmu sudah selesai hingga menikahkan. Tetapi ya namanya orang tua tetap saja kasih sayang dan perhatian tak akan pernah bisa lepas. Hanya saja porsinya sudah berbeda. Biarkan Mereka membangun rumah tangganya tanpa campur tangan Kamu dan Mertuanya. Jadi Mereka juga bisa mulai belajar bagaimana menjadi Suami dan Istri sesungguhnya."

Marni turut mendengarkan nasehat Bude Sri kepada Bude Sum. Benar juga yang dikatakan oleh Bude Sri, saat anak-anak menikah maka kewajiban orang tua sudah lepas dan berpindah kepada pasangannya.

Jika dulu sang anak menjadi tanggung jawab Ayah dan Ibunya Kini saat menikah Mereka menanggung Istri dan Anak-Anaknya kelak. Dan si perempuan akan mulai menyesuaikan diri bahwa ada Suami yang harus ia urus.

"Eh ada Dek Marni, kok ga bilang-bilang sih. Kan Mas jadi baru kesini deh."

"Loh Dar, Kamu bukannya udah pulang tadi pagi antar bojomu? Kok ada lagi disini mau apa?" Bude Sum selalu emosi menghadapi kelakuan Adik Iparnya yang ganjen.

"Alah si Mbak, yo Aku udah anter bojoku. Sekarang balik lagi, mau ada perlu sama Mas Karto." Darma sambil menikmati semangkok bubur sumsum.

"Urusan mangan nomor satu Kamu Dar."

"Ya Aku kan kemarin bantu juga Mbak. Ntar badanku bisa pegel-pegel kalo ga ikut mangan ini."

"Bantu apa? Lah seharian Kamu malah sibuk menggoda cewek dari kemaren. Bojomu sampe marah-marah. Ga kasihan Kamu Istri lagi pada hamil ya punya Suami model begini. Tak panggilin Ustadz suruh ruqyah Kamu."

"Ya Gusti! Emangnya Aku kemasukan demit mau diruqyah."

"Ya Kamu bukan cuma kemasukan demit, jin sampe gondoruwo juga kayaknya ada di badan Kamu Darma."

"Ono opo toh Bune. Ribut saja. Loh Kamu bukannya masuk Dar, Mas pikir belum dateng. Ayo!"

"Ga Suami, Ga Istri to kok bawaannya senewen mulu sama Aku! Dek Marni Mamas Darma masuk dulu ya. Nanti kalau pulangnya tak anterin."

"Darmo!" Teriak Juragan Karto pada Adiknya.

"Enggih Kang Masku."

Bude Sum dan Bude Sri geleng kepala melihat kelakuan Darma yang seperti anak ditinggal indungnya kepada Juragan Karto.

"Maaf ya Mar, memang Darma begitu kelakuannya. Lihat saja Pakde saja sampai kuwalahan sama kelakuan Adiknya.

"Gapapa Bude."

"Habis kesel, bojo sudah loro masih aja ganjen. Kamu jangan sampai ketipu dan mau ya Mar. Tapi Bude yakin Kamu perempuan baik. Semoga enteng jodoh dan dapat laki-laki setia dan baik akhlaknya."

"Aamiin."

"Diaamiinkan saja Ndok. Semoga malaikat lewat dicatat dan terkabul." Tambah Bude Sri.

"Ya sudah, monggo kalau mau tambah lagi buburnya atau mau bungkus bawa pulang silahkan. Bikin banyak."

"Sudah kenyang Sum. Sekalian saja Aku sama Marni pamit pulang. Mau beres-beres di lapak. Besok Kami mulai jualan soalnya."

"Ya sudah kalau begitu. Sekali lagi terima kasih. Jangan kapok bantuin Aku ya."

Saling bersalaman dan bercipika cipiki berpamitan dan kini Bude Sri dan Marni berada diatas Becak sambil bersenda gurau.

"Bude Sum itu orangnya baik ya Bude. Suaminya juga setia ga neko-neko."

"Dari dulu Si Sum dan Karto itu memang baik. Tapi yang namanya hidup sawang sinawang Ndok. Terkadang apa yang Kita lihat enak belum tentu enak. Makanya Kita diwajibkan bersyukur. Bersyukur tidak hanya dimulut tetapi hati da perbuatan Kita juga harus bersyukur. Bude selalu berdoa semoga kelak Kamu diberikan oleh Gusti Allah jodoh yang terbaik menurutNya. Kenapa terbaik menurut Gusti Allah? Karena tidak pernah salah dan pasti Pas."

"Gusti Allah itu Maha tahu segalanya bahkan lebih tahu dari diri Kita sendiri. Jadi jangan pernah berkecil hati akan apapun. Jika apa yang Kita inginkan belum tercapai tandanya bukan hanya usaha Kita belum bagus dan maksimal tapi Gusti Allah sedang ingin melihat bagaimana Kita bisa sabar dan apakah Kita akan tetap bersyukur atas nikmat yang sudah Kita terima."

Marni meresapi kata-kata penih makna dari Bude Sri. Banyak pelajaran yang Marni peroleh setelah semakin dekat dengan Bude Sri.

Episodes
1 Penjual Jamu
2 Pelecehan Verbal
3 Penggoda
4 Main Hakim Sendiri
5 Noto Ati
6 Pamit
7 Lembaran Baru
8 Sengketa Tanah
9 Rewang
10 Dadakan
11 Dua Istri
12 Mandor Basir
13 Bubur Sumsum
14 Desas Desus
15 Jadi yang Keempat
16 Kedatangan Babeh Ali
17 Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18 Bicara Empat Mata
19 Sabotase
20 Penggusuran
21 Luluh Lantah
22 Ga Ada Bibit Pelakor
23 Keliling Lagi
24 Pesan yang Membuat Jengkel
25 Bersitegang
26 Dua Penguasa
27 Bukan Maksud Menutupi
28 Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29 Kesepakatan
30 Mengantar Pulang
31 Nyekar
32 Hasutan Mandor Salim
33 Munggahan
34 Gusti Allah Mboten Sare
35 Ramadhan Telah Tiba
36 Taraweh Pertama
37 Menangislah
38 Cobaan Rumah Tangga
39 Ribut
40 Kembali Pulang
41 Julid
42 Wonder Women
43 Diusir
44 Ojo Dumeh
45 THR
46 Banjir
47 Di Semprot Bude Sri
48 Kayak Macan
49 Bentrok
50 Sawang Sinawang
51 Baku Hantam
52 Cinta Lama Belum Kelar
53 Juminten Gak Ada Lawan
54 Menolong
55 Buka Bersama
56 Pilihan
57 Hiburan
58 Lintah Darat
59 Menjenguk
60 Pulang
61 Salah Paham
62 Menghindari
63 Apes
64 Belanja
65 Tanah Abang
66 Balas Dendam
67 Bulldozer
68 Terpaksa
69 Duo Couple
70 Kabar Berita
71 Takut Suntikan
72 Sudah Sembuh
73 Kapan Mudik?
74 Disini Saja
75 Bayar Zakat
76 Bergosip
77 Ada Yang Salting
78 Ribut Lagi
79 Cuti Lebaran
80 Akal Bulus
81 Takbiran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Penjual Jamu
2
Pelecehan Verbal
3
Penggoda
4
Main Hakim Sendiri
5
Noto Ati
6
Pamit
7
Lembaran Baru
8
Sengketa Tanah
9
Rewang
10
Dadakan
11
Dua Istri
12
Mandor Basir
13
Bubur Sumsum
14
Desas Desus
15
Jadi yang Keempat
16
Kedatangan Babeh Ali
17
Harga Barang Naik Menjelang Bulan Puasa
18
Bicara Empat Mata
19
Sabotase
20
Penggusuran
21
Luluh Lantah
22
Ga Ada Bibit Pelakor
23
Keliling Lagi
24
Pesan yang Membuat Jengkel
25
Bersitegang
26
Dua Penguasa
27
Bukan Maksud Menutupi
28
Gaya Sosialita Budget Pas-Pasan
29
Kesepakatan
30
Mengantar Pulang
31
Nyekar
32
Hasutan Mandor Salim
33
Munggahan
34
Gusti Allah Mboten Sare
35
Ramadhan Telah Tiba
36
Taraweh Pertama
37
Menangislah
38
Cobaan Rumah Tangga
39
Ribut
40
Kembali Pulang
41
Julid
42
Wonder Women
43
Diusir
44
Ojo Dumeh
45
THR
46
Banjir
47
Di Semprot Bude Sri
48
Kayak Macan
49
Bentrok
50
Sawang Sinawang
51
Baku Hantam
52
Cinta Lama Belum Kelar
53
Juminten Gak Ada Lawan
54
Menolong
55
Buka Bersama
56
Pilihan
57
Hiburan
58
Lintah Darat
59
Menjenguk
60
Pulang
61
Salah Paham
62
Menghindari
63
Apes
64
Belanja
65
Tanah Abang
66
Balas Dendam
67
Bulldozer
68
Terpaksa
69
Duo Couple
70
Kabar Berita
71
Takut Suntikan
72
Sudah Sembuh
73
Kapan Mudik?
74
Disini Saja
75
Bayar Zakat
76
Bergosip
77
Ada Yang Salting
78
Ribut Lagi
79
Cuti Lebaran
80
Akal Bulus
81
Takbiran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!