Di Ujung Rasa
"Neng bangun shalat subuh" suara itu rutin ku dengar setiap paginya. Itu Bundaku, bunda tercintaku yang cerewet, penyayang, humoris, tingkat dewa. pokonya segalanya deh walaupun nyebelin karena selalu membangunkan ku untuk bangun shalat subuh di setiap subuhnya.
"Iya Bun" kujawab dengan malas dan malah menarik selimut yang sudah turun sampai di kaki.
"Iya Bun iya Bun tapi tidur lagi" omelnya.
"Sepuluh menit lagi Bun serius" lanjutku dengan mata yang masih terpejam. Kudengar pintu ditutup tanda bunda keluar dari kamarku setelah sebelumnya Bundaku membuka gorden jendela kamarku. Dasar Bunda, mau apa coba gorden dibuka, apa ngaruhnya masih subuh kan gak ada cahaya matahari. Tapi yaudahlah aku tidak peduli. Aku kembali melanjutkan tidurku.
"Astaghfirullah Kahila Nisrinaputri Ari kamu mau tidur selamanya hah?" Itu suara omelan Bundaku yang lebih mirip toa jika sedang marah seperti itu.
"Liat jam, udah setengah enam. Kamu mau shalat subuh jam berapa? Tiap hari subrang terus, ih, heran Bunda sama kamu" lanjutnya dengan penuh emosi.
Subrang itu subuh beurang alias subuh siang. Bundaku sundanese dia berasal dari Sukabumi dan ayahku sama-sama sundanese ayahku dari Bandung dan dari kecil sampai saat ini aku tinggal dibandung dengan walikota pak Ridwan Kamil tapi sekarang sudah jadi gubernur Jabar.
"Iya Bunda iya ini juga mau bangun. Bunda mah nyumpahin aku mati" gerutu ku dan bangun kemudian turun dari ranjang ku.
"Cepet ambil wudhu. Heran yah Bunda sama kamu gak kapok apa Bunda omelin tiap pagi? Ngakunya aja mahasiswi udah mau semester lima, kelakuan masih kaya anak TK. Liat tuh teteh kamu, dari sejak SMA Bunda gak pernah teriak-teriak sampe urat Bunda keluar cuma buat bangunin nyuruh dia shalat, ari kamu gera ih, mau sampai kapan Kahila? Kamu teh udah gede Neng" omel Bundaku.
Teteh itu sejenis panggilan untuk kakak perempuan. Dan Neng itu sejenis panggilan untuk anak atau orang berjenis kelamin perempuan.
"Iya Bunda iya" aku hanya menjawab itu dan segera berjalan cepat ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Bunda memang menyebalkan selalu membandingkan ku dengan Teh Mila dalam segala hal. Liat teteh kamu. Contoh teteh kamu apalah segala macem teteh kamu. Oke, teh Mila emang lebih Solehah dariku tapi Please Bunda look at me, this is me. Aku ya aku, Kahila Nisrinaputri. dan teh Mila ya Teh Mila, Amila Nisaniputri kenapa juga harus ada perbandingannya. Lagian kalau semua orang sama gak seru dong ni dunia. Bunda memang aneh!
Pukul tujuh aku keluar kamar menuju meja makan untuk sarapan, sudah ada Bunda dan Teh Mila yang selalu cantik setiap harinya dengan hijabnya. Sudah kubilang teh Mila itu Solehah, dia sudah memutuskan untuk berhijab sejak masuk SMA dan konsisten sampai sekarang ini. Sudah kubilang teh Mila lebih dari segala halnya di banding aku. Sekarang dia bidan dan kerja di rumah sakit. Dia lulus kuliah di kebidanan dengan IPK yang memuaskan sampai semua sodara-sodara Bunda tau karna bunda yang nyebarin berapa nilai IPK teh Mila. Kata Bunda dari sejak SD sampai SMA teh Mila selalu dapet predikat murid terbaik dengan peringkat pertama disekolahnya tapi tidak denganku.
"Heh kenapa malah berdiri disitu ayo cepet sarapan" ajak bunda membuat lamunanku buyar.
Aku segera berjalan menuju meja makan tanpa menjawab dan duduk di samping Teh Mila.
"Ko gak ada roti si Bun? Bukannya kemarin udah belanja" Tanyaku
"Makan aja yang ada, kenapa si harus nyari-nyari roti yang gak ada."
"Ih Bunda, Hila mau diet. Mau makan nasinya pas makan siang aja. Ini tiap pagi makan nasi goreng terus. Aku gak bisa berenti kalau udah makan nasi goreng Bunda" gerutu ku
"Hah Diet? Dia bilang mau diet teh" Bundaku melihat ke arah Teh Mila dan teh Mila hanya tersenyum. "Ari kamu mau ngikutin style artis yang mana yang punya badan tinggal tulang dibungkus kulit? Bunda mah sieun ih liatna ge." Lanjut bundaku. (Sieun\=takut\=>sundanese)
"Ah Bunda mah nyebelin" dengan sedikit terpaksa aku mulai mengambil nasi goreng untuk aku sarapan pagi ini.
"Udahlah De, makan aja yang ada, lagian kalaupun gendut Rio juga bakalan tetep cinta ko" goda Teh Mila.
"Rio? Rio siapa?" Tanya Bundaku dengan memasang ekspresi wajah yang super penasaran.
"Pacar barunya Kahila atuh Bun" jawab Teh Mila
"Ih teh Mila mah comel. Lagian bunda gak usah masang ekspresi muka kaya gitu kali, Hila kan udah cerita sama Bunda"
"Ah kapan? Kamu gak pernah cerita tentang Rio sama Bunda"
"Ih bunda yang lupa, gak merhatiin juga si pas Hila cerita. Pas itu bunda malah asik nonton Drakor di laptop Hila."
"Oh iya iya Bunda inget. Yang kakak kelas kamu pas SMA kan?" Tanya Bunda dan aku mengangguk. "Waaah bang Vino patah hati dong yah Teh" lanjut bundaku dan Teh Mila menganguk sambil tersenyum.
Bang Vino itu temennya Teh Mila. Dia perawat di rumah sakit tempat Teh Mila kerja. Katanya si Bang Vino suka sama aku, tapi akunya gak respon. Bang Vino itu cakep, udah mapan juga kan udah kerja. Tapi sayangnya aku gak suka, aku nganggep dia kaya ke temen-temen Teh Mila yang lainnya aja. Bang Vino baik banget dia sering ngajak aku jalan-jalan. Pernah ngasih boneka juga dan dengan terpaksa aku terima. Tapi setelah itu barang-barang yang lainnya aku gak pernah terima kecuali kalau kasih coklat aku slalu terima dengan senang hati karna emang gak tahan kalau di kasih coklat.
"Apaan si Bunda ih." Cibirku
"Udah berapa bulan De sama Rio?" Tanya Teh Mila
"Udah mau tiga bulan" jawabku
"Lagi sayang-sayangnya atuh yah" goda teh Mila dan aku hanya tersenyum karna apa yang dikatakan teh Mila emang bener, di tambah lagi LDR. uh Rindu itu sebenernya nambah Cinta.
"Emang pacaran ada fasenya yah Teh? Kalau fase benci-bencinya pas berapa bulan Teh?" Tanya Bundaku dengan polosnya. Haduh Bunda plis deh kenapa pertanyaan gak berbobot gitu.
"Ya gak ada dong Bun kalau fase pas benci-bencinya." Jawab Teh Mila dengan sabar. Dan aku hanya menepuk jidatku sendiri. Kalau aku jadi teh Mila gak bakalan aku jawab. bayangin aja mana ada pacaran pas benci-bencinya, kalau benci gak usah pacaran aja.
"Aneh-aneh pacaran anak sekarang mah, pacaran ada fase-fasenya segala. Dasar kids zaman now" lanjut bundaku membuatku hampir saja tersedak mendengar apa yang di ucapkan Bunda begitupun teh Mila yang terlihat sampai berhenti mengunyah.
"Ya Allah bunda, bunda tau darimana bahasa kek gitu?" Tanyaku
"Dari Tv dong. Bunda juga gak kudet kali" jawabnya dan Teh Mila hanya tersenyum "Eh kapan-kapan ajak main atuh kesini Rio nya Neng. Kalau dia bener-bener sama Eneng mah kenalin dulu ke bunda" lanjut bundaku
"Iya bawa kesini maen biar teteh tes dulu dia pantes atau enggak jadi pacarnya Adek teteh" lanjut teh Mila dan aku hanya tersenyum malu dan ingin cepat membawa Rio ke rumah.
"Iya nanti kalau dia ke Bandung." Kujawab
"Emang Rio dimana?" Tanya bunda lagi
"Rio dijakarta dia kerja, dia arsitek, dia seumuran sama Teh Mila beda dua tahun sama aku. Keluarga aslinya emang di Jakarta, dulu dia emang SMA disini satu sekolah sama Hila tapi dulupun dia tinggal sama neneknya di Bandung." Jelasku
"Iya pokonya nanti bawa kesini, biar sekalian nanti di tes juga sama ayah." Lanjut Bunda
"Ih Bunda. Masa di tes sama ayah. Jangan ah" kataku. Ayahku seorang tentara yang sekarang bertugas di Kalimantan. Ayahku memang tegas kalau soal disiplin dan pacaran. Kata ayah jangan dulu pacaran sebelum lulus SMA. Teh Mila si dia nurut sama aturan itu tapi aku enggak dan saat itu aku sampai di bentak ayah karna ketauan pacaran dan menurutku itu sangat menyeramkan tapi akhirnya ayah biasa aja karna ada bundaku yang selalu membela anaknya kalau ayah yang marah, sekalipun aku di posisi yang salah, dan sebenarnya ayah juga gitu kalau aku di Bentak bunda ayah pasti ngebela.
"Haha jangan atuh bunda, nanti di suruh push up seratus kali sama ayah" sambung teh Mila aku tersenyum dan bundapun sama. "Eh kamu ada kuliah gak De?" Tanya teh Mila yang sudah selesai makan aku mengangguk mengiyakan "berangkat sama siapa?"
"Gak tau sama Nila atau sama Hira atau naik angkot aja kali. Soalnya paling nanti jam 9 aku ke kampus" Jawabku. Nila dan Hira adalah sahabat terbaikku, sahabat terbaik dari sejak TK sampai sekarang dikampus pun berada di jurusan yang sama yaitu di jurusan Teknik Informatika.
"Yaudah kalau gitu teteh Berangkat yah Bun, Dek" lanjut Teh Mila dan bersalaman kepada bunda dan aku menyalaminya lalu teh Mila pergi dengan mobilnya.
🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dede Alman
bagus ceritanya ada Lucinda😄
2022-09-29
1
neli nurullailah
wkwkwk,,,ada pacaran fase pas benci2nya.hadeuh,,s bunda kocak
2020-12-04
0
AksaraSenja
Hai ini aku. Penulis Di Ujung Rasa. terimakasih sudah menikmati ceritaku. Nantikan Season dua yang akan aku up di sini juga. See you 😘
2020-11-09
2