"Neng bangun shalat subuh" suara itu rutin ku dengar setiap paginya. Itu Bundaku, bunda tercintaku yang cerewet, penyayang, humoris, tingkat dewa. pokonya segalanya deh walaupun nyebelin karena selalu membangunkan ku untuk bangun shalat subuh di setiap subuhnya.
"Iya Bun" kujawab dengan malas dan malah menarik selimut yang sudah turun sampai di kaki.
"Iya Bun iya Bun tapi tidur lagi" omelnya.
"Sepuluh menit lagi Bun serius" lanjutku dengan mata yang masih terpejam. Kudengar pintu ditutup tanda bunda keluar dari kamarku setelah sebelumnya Bundaku membuka gorden jendela kamarku. Dasar Bunda, mau apa coba gorden dibuka, apa ngaruhnya masih subuh kan gak ada cahaya matahari. Tapi yaudahlah aku tidak peduli. Aku kembali melanjutkan tidurku.
"Astaghfirullah Kahila Nisrinaputri Ari kamu mau tidur selamanya hah?" Itu suara omelan Bundaku yang lebih mirip toa jika sedang marah seperti itu.
"Liat jam, udah setengah enam. Kamu mau shalat subuh jam berapa? Tiap hari subrang terus, ih, heran Bunda sama kamu" lanjutnya dengan penuh emosi.
Subrang itu subuh beurang alias subuh siang. Bundaku sundanese dia berasal dari Sukabumi dan ayahku sama-sama sundanese ayahku dari Bandung dan dari kecil sampai saat ini aku tinggal dibandung dengan walikota pak Ridwan Kamil tapi sekarang sudah jadi gubernur Jabar.
"Iya Bunda iya ini juga mau bangun. Bunda mah nyumpahin aku mati" gerutu ku dan bangun kemudian turun dari ranjang ku.
"Cepet ambil wudhu. Heran yah Bunda sama kamu gak kapok apa Bunda omelin tiap pagi? Ngakunya aja mahasiswi udah mau semester lima, kelakuan masih kaya anak TK. Liat tuh teteh kamu, dari sejak SMA Bunda gak pernah teriak-teriak sampe urat Bunda keluar cuma buat bangunin nyuruh dia shalat, ari kamu gera ih, mau sampai kapan Kahila? Kamu teh udah gede Neng" omel Bundaku.
Teteh itu sejenis panggilan untuk kakak perempuan. Dan Neng itu sejenis panggilan untuk anak atau orang berjenis kelamin perempuan.
"Iya Bunda iya" aku hanya menjawab itu dan segera berjalan cepat ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Bunda memang menyebalkan selalu membandingkan ku dengan Teh Mila dalam segala hal. Liat teteh kamu. Contoh teteh kamu apalah segala macem teteh kamu. Oke, teh Mila emang lebih Solehah dariku tapi Please Bunda look at me, this is me. Aku ya aku, Kahila Nisrinaputri. dan teh Mila ya Teh Mila, Amila Nisaniputri kenapa juga harus ada perbandingannya. Lagian kalau semua orang sama gak seru dong ni dunia. Bunda memang aneh!
Pukul tujuh aku keluar kamar menuju meja makan untuk sarapan, sudah ada Bunda dan Teh Mila yang selalu cantik setiap harinya dengan hijabnya. Sudah kubilang teh Mila itu Solehah, dia sudah memutuskan untuk berhijab sejak masuk SMA dan konsisten sampai sekarang ini. Sudah kubilang teh Mila lebih dari segala halnya di banding aku. Sekarang dia bidan dan kerja di rumah sakit. Dia lulus kuliah di kebidanan dengan IPK yang memuaskan sampai semua sodara-sodara Bunda tau karna bunda yang nyebarin berapa nilai IPK teh Mila. Kata Bunda dari sejak SD sampai SMA teh Mila selalu dapet predikat murid terbaik dengan peringkat pertama disekolahnya tapi tidak denganku.
"Heh kenapa malah berdiri disitu ayo cepet sarapan" ajak bunda membuat lamunanku buyar.
Aku segera berjalan menuju meja makan tanpa menjawab dan duduk di samping Teh Mila.
"Ko gak ada roti si Bun? Bukannya kemarin udah belanja" Tanyaku
"Makan aja yang ada, kenapa si harus nyari-nyari roti yang gak ada."
"Ih Bunda, Hila mau diet. Mau makan nasinya pas makan siang aja. Ini tiap pagi makan nasi goreng terus. Aku gak bisa berenti kalau udah makan nasi goreng Bunda" gerutu ku
"Hah Diet? Dia bilang mau diet teh" Bundaku melihat ke arah Teh Mila dan teh Mila hanya tersenyum. "Ari kamu mau ngikutin style artis yang mana yang punya badan tinggal tulang dibungkus kulit? Bunda mah sieun ih liatna ge." Lanjut bundaku. (Sieun\=takut\=>sundanese)
"Ah Bunda mah nyebelin" dengan sedikit terpaksa aku mulai mengambil nasi goreng untuk aku sarapan pagi ini.
"Udahlah De, makan aja yang ada, lagian kalaupun gendut Rio juga bakalan tetep cinta ko" goda Teh Mila.
"Rio? Rio siapa?" Tanya Bundaku dengan memasang ekspresi wajah yang super penasaran.
"Pacar barunya Kahila atuh Bun" jawab Teh Mila
"Ih teh Mila mah comel. Lagian bunda gak usah masang ekspresi muka kaya gitu kali, Hila kan udah cerita sama Bunda"
"Ah kapan? Kamu gak pernah cerita tentang Rio sama Bunda"
"Ih bunda yang lupa, gak merhatiin juga si pas Hila cerita. Pas itu bunda malah asik nonton Drakor di laptop Hila."
"Oh iya iya Bunda inget. Yang kakak kelas kamu pas SMA kan?" Tanya Bunda dan aku mengangguk. "Waaah bang Vino patah hati dong yah Teh" lanjut bundaku dan Teh Mila menganguk sambil tersenyum.
Bang Vino itu temennya Teh Mila. Dia perawat di rumah sakit tempat Teh Mila kerja. Katanya si Bang Vino suka sama aku, tapi akunya gak respon. Bang Vino itu cakep, udah mapan juga kan udah kerja. Tapi sayangnya aku gak suka, aku nganggep dia kaya ke temen-temen Teh Mila yang lainnya aja. Bang Vino baik banget dia sering ngajak aku jalan-jalan. Pernah ngasih boneka juga dan dengan terpaksa aku terima. Tapi setelah itu barang-barang yang lainnya aku gak pernah terima kecuali kalau kasih coklat aku slalu terima dengan senang hati karna emang gak tahan kalau di kasih coklat.
"Apaan si Bunda ih." Cibirku
"Udah berapa bulan De sama Rio?" Tanya Teh Mila
"Udah mau tiga bulan" jawabku
"Lagi sayang-sayangnya atuh yah" goda teh Mila dan aku hanya tersenyum karna apa yang dikatakan teh Mila emang bener, di tambah lagi LDR. uh Rindu itu sebenernya nambah Cinta.
"Emang pacaran ada fasenya yah Teh? Kalau fase benci-bencinya pas berapa bulan Teh?" Tanya Bundaku dengan polosnya. Haduh Bunda plis deh kenapa pertanyaan gak berbobot gitu.
"Ya gak ada dong Bun kalau fase pas benci-bencinya." Jawab Teh Mila dengan sabar. Dan aku hanya menepuk jidatku sendiri. Kalau aku jadi teh Mila gak bakalan aku jawab. bayangin aja mana ada pacaran pas benci-bencinya, kalau benci gak usah pacaran aja.
"Aneh-aneh pacaran anak sekarang mah, pacaran ada fase-fasenya segala. Dasar kids zaman now" lanjut bundaku membuatku hampir saja tersedak mendengar apa yang di ucapkan Bunda begitupun teh Mila yang terlihat sampai berhenti mengunyah.
"Ya Allah bunda, bunda tau darimana bahasa kek gitu?" Tanyaku
"Dari Tv dong. Bunda juga gak kudet kali" jawabnya dan Teh Mila hanya tersenyum "Eh kapan-kapan ajak main atuh kesini Rio nya Neng. Kalau dia bener-bener sama Eneng mah kenalin dulu ke bunda" lanjut bundaku
"Iya bawa kesini maen biar teteh tes dulu dia pantes atau enggak jadi pacarnya Adek teteh" lanjut teh Mila dan aku hanya tersenyum malu dan ingin cepat membawa Rio ke rumah.
"Iya nanti kalau dia ke Bandung." Kujawab
"Emang Rio dimana?" Tanya bunda lagi
"Rio dijakarta dia kerja, dia arsitek, dia seumuran sama Teh Mila beda dua tahun sama aku. Keluarga aslinya emang di Jakarta, dulu dia emang SMA disini satu sekolah sama Hila tapi dulupun dia tinggal sama neneknya di Bandung." Jelasku
"Iya pokonya nanti bawa kesini, biar sekalian nanti di tes juga sama ayah." Lanjut Bunda
"Ih Bunda. Masa di tes sama ayah. Jangan ah" kataku. Ayahku seorang tentara yang sekarang bertugas di Kalimantan. Ayahku memang tegas kalau soal disiplin dan pacaran. Kata ayah jangan dulu pacaran sebelum lulus SMA. Teh Mila si dia nurut sama aturan itu tapi aku enggak dan saat itu aku sampai di bentak ayah karna ketauan pacaran dan menurutku itu sangat menyeramkan tapi akhirnya ayah biasa aja karna ada bundaku yang selalu membela anaknya kalau ayah yang marah, sekalipun aku di posisi yang salah, dan sebenarnya ayah juga gitu kalau aku di Bentak bunda ayah pasti ngebela.
"Haha jangan atuh bunda, nanti di suruh push up seratus kali sama ayah" sambung teh Mila aku tersenyum dan bundapun sama. "Eh kamu ada kuliah gak De?" Tanya teh Mila yang sudah selesai makan aku mengangguk mengiyakan "berangkat sama siapa?"
"Gak tau sama Nila atau sama Hira atau naik angkot aja kali. Soalnya paling nanti jam 9 aku ke kampus" Jawabku. Nila dan Hira adalah sahabat terbaikku, sahabat terbaik dari sejak TK sampai sekarang dikampus pun berada di jurusan yang sama yaitu di jurusan Teknik Informatika.
"Yaudah kalau gitu teteh Berangkat yah Bun, Dek" lanjut Teh Mila dan bersalaman kepada bunda dan aku menyalaminya lalu teh Mila pergi dengan mobilnya.
🌸🌸🌸
Seperti pagi-pagi yang lainnya, setiap pagi aku selalu di bentak-bentak Bunda dan di banding-bandingkan dengan Teh Mila. Percayalah itu sangat menyebalkan.
Dengan malas aku pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Padahal pagi ini Bandung dingin sekali.
"Aw" pekik ku. Kepalaku menabrak pintu kamar mandi yang masih tertutup
"Syukurin" kata Bunda "makanya kalo jalan mata di buka" lanjutnya
"Bunda ih" aku kesal sendiri lalu masuk sambil mengusap kepalaku yang kejedot pintu. Kudengar Bunda masih nyinyir-nyinyir dikamarku membicarakan segala hal tentangku sendiri.
"Kalo Rio sampe datang kesini liat aja Bunda bilangin semuanya. Kalo Rio tau kelakuannya kaya gitu kayanya dia gak bakalan mau" gerutu bundaku sambil membereskan tempat tidur ku.
Entahlah Bunda selalu membereskan tempat tidur ku sepagi itu. Katanya kalo gak di beresin cepet-cepet aku bakalan tidur lagi. Tapi itu emang bener si, tapi Bunda plis kan gak ada jam ngampus pagi ngapain kalo gak tidur lagi. Argh bunda emang rese.
Rasanya ingin aku teriak ke Bunda tapi harus teriak apa yang Pasti aku masih ngantuk. Aku hanya mengecek hp ku dan mendapati pesan dari Rio yang membangunkanku ku balas dengan mengatakan bahwa aku sudah bangun.
"Hila" suara Teh Mila yang memanggilku
"Apaan?" Ku jawab
"Sini" jawabnya
Dan aku keluar untuk menghampiri Teh Mila.
"Lari pagi yuk" ajaknya
"Males ah cape Teh" kataku dan menguap
"Gimana badannya mau stabil kalo cuma makan sama tidur aja kerjaannya." Omel Bundaku dari arah dapur
"Apaan si Bunda ih. Yaudah Teh Mila aku ganti baju dulu tungguin" kataku dan pergi untuk mengenakan kaos, sepatu, dan celana pendek di atas lutut.
Aku keluar dan mendapati Teh Mila yang sudah siap dengan setelan Lari muslimahnya. Sebenernya bagaimana pun Teh Mila memang patut di banggakan oleh Bunda dia memang jauh lebih baik dariku. ah masa bodo lah.
"Sana lari nanti Bunda siapin makanan pas pulang" kata Bundaku dan aku hanya pergi mendahului Teh Mila
Kami berdua hanya berlari di sekeliling komplek dan mampir ke arah taman yang tak jauh dari komplek rumah kami.
"Hah hah berenti dulu deh Teh" kataku dan duduk di bangku taman. Bukan hanya aku dan Teh Mila yang pagi itu berlari ditaman itu. Tapi ada beberapa orang yang ku tau itu adalah tetangga-tetangga di komplek itu.
"Tapi seger kan?" Tanya teh Mila dan aku mengangguk mengiyakan.
"Teh Mila bener-bener harus ke Jakarta kerjanya?"
"Iyalah. Tawaran gajinya lumayan gede" jawabnya
"Emh gitu."
"Kenapa?"
"Gakpp si cuma ya padahal disini aja" kataku. Jujur saja aku sayang sama Teh Mila lah kayanya sepi juga kalo Teh Mila harus pergi
"Ya siapa juga yang pengen jauh dari Rumah de, teteh juga maunya gitu disini aja bareng Bunda sama kamu" jawab Teh Mila
"Hemh iya si" desah ku
"Oh iya Rio kapan dong kesininya?" Tanya Teh Mila
"Gak tau, dia sibuk. Lagian malu ah kalo Hila duluan yang bawa cowok ke rumah. Harusnya kan teteh dulu pamali katanya kalo ngelangkahin kakaknya." Jawabku
"Haha gak usah gitu kali. Kalo mau dibawa ke rumah ya kerumah aja. Emangnya mau langsung nikah apa."
"Teteh dulu lah baru Hila. Emang teteh beneran gak pengen punya pacar gitu?"
"Ya pengen lah."
"Terus kenapa sampe sekarang belum punya si? Masa gak ada yang mau sama Teh Mila si?"
"Teteh nya yang gak mau."
"Teteh nunggu siapa si? Teteh punya janji sama cowok buat bertemu dikemudian hari gitu?"
"Mau dengerin teteh cerita?" Tanyanya
"Ya mau lah gila aja kalo gak mau. Langka banget. Ayo-ayo apa cerita aja. Teteh nunggu siapa?"
"Haha penasaran banget kamu. Sebenernya teteh gak nunggu siapa-siapa. Teteh gak punya pacar emang prinsip aja"
"Lah? Tapi dulu punya pacar kan pas abis SMA?"
"Iya. Tapi yang teteh suka sejak SMA bukan dia"
"Oh jadi teteh punya cowok idaman pas SMA? Sekelas?"
"Nggaklah. Beda sekolah malahan"
"Oh yah? Cowoknya anak sekolah mana?"
"Anak sekolah kamu seangkatan sama Rio pacar kamu kayanya. Tapi beda kelas kayanya." Jelas teh Mila
"Oh yah?" Kutanya karna jujur saja aku baru pertama kali mendengar teh Mila cerita seperti ini. "Siapa namanya? Biar Hila tanyain ke Rio kali aja dia kenal." Kataku
"Haha udahlah gak usah. Lagian katanya sekarang dia pindah ke Jakarta juga katanya dia kerja disana"
"Oh gitu. Yaudah deh semoga dengan teteh bulan depan ke Jakarta semoga aja teteh ketemu lagi sama tu cowok" kataku
"Haha Jakarta luas kali."
"Ya nothing impossible lah Teh."
"Haha iyalah" jawab Teh Mila dan aku hanya tersenyum saja. "Btw gimana ceritanya kamu bisa sama Rio? Kan Rio dijakarta."
"Jadi pas ada reuni tiga angkatan termasuk angkatan aku itu Rio ada. Nah terus ada sahabat Rio yang dulunya mantan Hira. Pas SMA kan Hira seangkatan sama Rio jadi mereka kenal deket juga walaupun dulu beda kelas tapi Hira dulu berandalan makanya dia sampe harus ngulang dari kelas dua dan vakum selama satu tahun abis kuliah dan sekarang seangkatan sama aku. Hira Dari dulu juga akrab sama aku tapi tetap sebagai kakak kelas walaupun sebenarnya aku sama Hira beda 2 tingkatan kaya sama Teh Mila sama Rio. Kan anak berandalan sama cowok ampir pada deket semua makanya deket juga sama Rio dia. Disitu kita gabung kan tuh karna emang aku sama Nila di bawa sama Hira. Sampe acara Reuni selesai. Rio dan semuanya juga balik ke asalnya lah. Dua hari setelah Reuni aku dapet chat dari Rio awalnya biasa aja tapi lama-lama kita deket dia orangnya asyik dan fiks kita pdkt hampir 3 bulan dalam 3 bulan itu Rio seminggu atau dua Minggu sekali dia kebandung terus dan sampe Akhirnya kita jadian lah sampe sekarang deh udah 3 bulan dan akan segera 4 bulan Minggu depan." Jelasku panjang Lebar
"Oh gitu. Kalo Minggu depan 4 bulan Rio kesini dong?" Tanya Teh Mila
"Iya katanya mau" kujawab
"Nah berarti bawa kerumah yah"
"Haha iya kalo Rio mau"
"Harus maulah Teteh mau ketemu dan mau bilang kalo dia harus jagain adik Teteh ini"
"Haha teteh bisa aja" kataku
☘☘☘
Siang ini seperti biasanya aku kuliah bersama kedua sahabatku. Jam masuk lumayan siang dan ada rezeki dosen gak masuk dan kupakai untuk pergi ke mall hanya untuk cuci mata saja lalu mampir ke bioskop untuk melihat film terbaru.
Setelah selesai kami naik ke lantai atas bagian foodcourt untuk makan tentunya.
"Hila. Lo sama bang Vino gimana?" Tanya Nila
"Gimana apanya?"
"Ya apanya kek. Bang Vino masih suka ngasih coklat?"
"Masih. Sampe di titipin ke Teh Mila" jawabku karna memang dua hari yang lalu Vino benar-benar menitipkan coklat untukku
"Mantap bener dah idup Lo" kata Nila
"Cuma coklat bukan sebongkah berlian." cibir Hira yang sedari tadi fokus dengan spaghetti nya.
"Ya kan tetep aja enak." Jawab Nila
"Yaudah si kenapa harus debatin Vino. Beresin makan aja." Kataku
"Eh La, Rio kapan kesini?" Tanya Hira
"Mungkin minggu depan" jawabku karna memang itu yang di janjikan Rio tadi malam di telpon
"Oh gitu."
"Kenapa?"
"Kalo Rio gak kesini mah kita aja yuk yang kesana sekalian liburan gitu ke Jakarta" kata Hira
"Heh terus kuliah mau bolos gitu?"
"Ya kita cari hari libur dong dodol"
"Kapan coba libur?" Tanya Nila
"Ya tiap Minggu juga ada libur" jawab Hira
"Ih udah deh nyet gak usah riweuh gitu orang gue yang mau ketemunya juga. Udah dong ah lagian fiks Rio mau kesini Minggu depan udah titik" kataku kesal
"Denger tuh denger" kata Nila
"Apaan si Lo" Hira melemparkan tatapan tajam ke arah Nila
"Udah ih cepet makan gue mau balik ngantuk" kataku
"Pulangnya ke rumah gue yah. Sekalian gue punya drakor baru tau" kata Nila
"Iya sekarang makan dulu" kataku lagi. Memang makhluk-makhluk susah di atur hobby nya berantem dan ngerecokin kuping gue. Sialan! Untung gue sayang.
☘☘☘
Hari berganti hari dan hari ini aku akan bertemu dengan Rio yang sudah datang tadi malam dan berada di rumah neneknya sekarang. Ah rasanya aku senang sekali.
"Bunda Hila pamit" teriaku
"Kuliah pagi Neng?" Tanya Bunda
"Iya" ku jawab singkat padahal tidak hanya ingin cepat bertemu Rio saja
"Bareng gak?" Tanya Teh Mila
"Pagi banget teh" kataku
"Iya nih harus pagi-pagi. Ayo bareng teteh anterin dulu ke kampus kamu"
"Nggk Teh, duluan aja. Hila mau berangkat sama Hira sama Nila mau mampir dulu juga ke kafe Hira" dustaku
"Yaudah. Duluan kalo gitu"
"Hati-hati Teh."
"Kamu juga" kata Teh Mila dan aku segera keluar untuk menyetop taxi menuju sebuah kafe yang menjadi saksi bisu Rio nembak aku 4 bulan yang lalu.
Rio❤
Sayang, kamu dimana?
Hila❤
Aku dijalan. Kamu dimana?
Rio❤
Aku udah sampe ini
Hila❤
Oh yaudah tungguin yah aku bentar lagi ko
Rio❤
Iya sayang
Hila❤
❤
Aku sampai di kafe itu lalu masuk dan kudapati laki-laki tampan dengan gaya casual nya sudah duduk dan sedang menggambar sesuatu
"Dasar Arsitek dimana-mana gambar mulu" aku berbicara sendiri lalu melangkahkan kakiku untuk kemeja Rio
"Selamat pagi" sapaku
"Indah bener ni pagi udah liat bidadari" katanya sambil tersenyum membuat pipiku mungkin memerah sekarang
"Alay" cibirku Dan duduk
"Sehat Hil?" Tanyanya dan aku mengangguk sambil menatap wajahnya lekat "aku makin cakep yak?" Tanyanya sambil mendekatkan wajahnya seperti menyuruhku untuk mengamatinya lebih dekat. Dan jawabanku hanya mengangguk sambil tersenyum dan diapun tersenyum dan tetap berada diposisinya. Hampir 3 menit kita hanya saling menatap dengan bibir tersenyum.
"Selamat hari jadi yang ke 4 bulan sayang" kata Rio dan aku hanya mengangguk
"Love you more and more" kataku
"More aku lebih banyak" jawabnya dan aku hanya tersenyum. dan acara tatap tatapan itupun kembali berlangsung.
"Haha. Udah ah bosen" kataku sambil memundurkan kepala
"Idihh bosen katanya. Besok aku pulang lagi baru kerasa rindunya." Katanya tapi tetap berada di posisinya
"Haha udah ah aku laper" kataku sambil mengambil buku menu dan membacanya setelah selesai kulihat Rio dia masih saja menatapku
"Rio ih udahan liatnya ayo makan" kataku malu
"Makin cantik" katanya
"Udahlah gombalannya ayo makan dulu" kataku
"Yaudah iya-iya kamu pesen apa?" Tanyanya dan pagi itu adalah pagi terindah setelah pagi yang sama di tempat yang sama di bulan lalu.
☘☘☘
Sehari itu aku full hanya bersama Rio sudah makan jalan-jalan pokonya puas.
"Sayang, kakak sama Bunda nyuruh aku bawa kamu ke rumah tau. Yu ke rumah" ajaku
"Malu ah Hil" jawabnya
"Kenapa harus malu biar kenal tau sama Bunda sama kakak aku" kataku
"Belum saatnya lah Hil. Masih malu belum bisa jagain kamu bener-bener belum bisa bisa bikin kamu bahagia. Lagian aku harus pulang besok. ini udah mau malem aku juga harus ke nenek di rumah sakit kan" katanya
"Yaudah iya" jawabku
"Jangan marah" katanya. Dan aku menggelengkan kepalaku bagaimana aku bisa marah jawabannya saja bikin aku melayang ah Rio aku suka. "Yaudah aku anterin kamu pulang yah" katanya
"Iyaa" kujawab "sekalian aja ketemu Bunda kalo mau nganterin pulang" kataku
"Yeh kan aku udah bi..."
"Iya-iya ayo gakpp ayo" potongku
"Jangan marah ih"
"Nggk juga apaan si" kataku dan menggandeng tangannya menuju mobilnya.
"Ke rumah nenek dulu yah aku mau ngambil ATM aku ketinggalan di kamar" katanya dan aku mengangguk.
Hampir setengah jam dan aku sampai dirumah neneknya Rio yang jadi rumahnya juga saat dia masih di SMA. Rumah sebesar itu hanya ditempati Tante neneknya dan pembantu nya saja.
"Masuk sayang" katanya dan aku masuk lalu duduk. Rio berjalan ke arah wanita setengah baya dan berbicara sepertinya itu pembantu rumah ini. Tak lama Rio pun kembali dengan segelas jus melon untukku.
"Hil gakpp kan? Sampe rumah kamu malem?" Tanyanya
"Gkpp si. Kenapa emang?" Tanyaku
"Aku mau mandi dulu gerah" katanya
Dan aku mengangguk "kamu mau mandi?"
"Nggk ah" ku jawab
"Yaudah tungguin aja yah gak lama ko." Katanya dan aku mengangguk
Sudah lebih dari 5 menit diluar hujan mulai turun deras. Ah aku ingin buang air kecil aku berdiri dan mencari pembantu rumah tangga itu tapi aku tidak menemukannya aku berjalan saja untuk mencari kamar mandinya dan aku malah masuk ke kamar. Entah kamar siapa itu tapi aku bisa menebaknya itu kamar Rio karna ada beberapa barang Rio yang ku tau. Suara gemericik air bisa ku dengar dan itu pasti Rio yang sedang mandi. Aku cepat-cepat keluar lagi tapi Rio keluar dengan bertelanjang dada membuatku refleks memalingkan wajahku.
"Sorry aku salah masuk aku nyari kamar mandi. Kebelet." Kataku
"Yaudah sana ke kamar mandi aku udah ko" katanya dan aku berjalan dengan tidak melihat ke arah Rio
"Biasa aja kali gak usah gitu-gitu amat" katanya sambil menahan tawa
Aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Rio sudah memakai baju sekarang.
"Jalan sekarang?" Tanyaku
"Kamu harus pulang jam berapa biasanya?"
"Jangan lebih dari jam 9" jawabku
"Yaudah setengah jam lagi yah. Kita makan dulu"
"Boleh" jawabku
"Yaudah bentar aku nanyain dulu ke si bibi. Kamu disini aja gakpp ko." Katanya dan aku mengangguk
Aku melihat isi kamar Rio tapi tidak ada yang menarik isinya hanya gambar-gambar saja. Dan aku duduk di ranjang Rio dan membaringkan tubuhku rasanya pinggangku pegal sekali.
☘☘☘
Pagi ini sebelum aku membuka mataku aku berfikir kenapa Bunda tidak membangunkanku. Aku membuka mataku dan kudapati seorang laki-laki yang tersenyum sedang menatapku tepat didepan wajahku dan tanganku ah tangangku memeluk pinggangnya dan yang kujadikan bantal saat ini adalah tangannya.
"Ah ya tuhan apa yang terjadi." Fikirku.
Dengan cepat aku melepaskan pelukanku dan dengan cepat juga Rio mengembalikannya dan sekarang tangannya memeluk pinggangku juga di bawah selimut yang sama.
"Kalo bunda tau mati aku mati. Apalagi ayah ya Tuhan ini gimana. Bunda nyariin aku dong. Ah kenapa harus ketiduran juga kenapa Rio gak bangunin lagi." Gerutu ku dalam hati
"Pagi bidadariku" sapanya
"Pagi" ku jawab
"Pucet amat." Katanya tersenyum
"Rio?"
"Hemh?"
"Kita....."
"Apa?" Tanyanya
"Gak ngelakuin apa-apa kan?" Kutanya dengan takut
"Menurut kamu?" Tanyanya
"Nggk."
"Yaudah PD aja" katanya menyebalkan dan "dug" aku memukul dadanya
"Aw" pekiknya
"Serius Rio" kataku kesal
"Ya ampun iya-iya nggk kita gak ngelakuin apa-apa ya tuhan parno amat si sama pacar sendiri"
"Kamu tidur dimana?"
"Disamping kamu" jawabnya
"Tapi kamu gak macem-macem kan?"
"Ya enggak lah. Ampun deh aku gak sebejad itu sayang" katanya
"Yaudah syukur" kataku dan mengembalikan tangangku kepinggangnya. Dan kulihat dia tersenyum
"Cup" satu ciuman mendarat di pipiku membuat jantungku serasa akan lari dan pergi meninggalkan aku dan Rio berdua aja (alay ih gue)
"Rio" kataku kesal-kesal senang
"Haha sorry-sorry" katanya dan memelukku erat. "Ah aku gak mau balik ke Jakarta" katanya
"Kenapa kamu gak bangunin aku si?"
"Nggk lah gak tega orang kamu tidur nyenyak banget. Tenang aja aku udah bilang ko ke Hira buat bilang ke Bunda kamu kalo kamu ketiduran di rumah Hira. Gakpp kan aku bohong?" Tanyanya
"Gakpp deh kalo soal ini. Kalo gak bohong aku udah pasti di coret dari kartu keluarga."
"Haha" Rio hanya tertawa
☘☘☘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!