Sahabat Atau Cinta?
Suara pekikan tertahan membuat cewek yang sedang mengemudi mobil itu terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang absurd.
"Gila gila gila ... Ohmaigadd Pitaaa gans banget." Cewek itu jingkrak-jingkrak ditempatnya. Tangannya melengket kuat pada benda pipih yang dipegangnya.
"Alahh ... Palingan juga gantengan Iqbal dari ceritanya mariposa."
Cewek yang disapa Pita itu tersenyum miring, memandang wajah sahabatnya dari samping.
Pitaloka Queenesya, cewek tinggi semampai, mempunyai kulit putih tapi tak seputih cast-cast cewek yang telah penulis siapkan. Mulutnya yang pedas, seringkali membuat sahabatnya mengumpat. Itulah ciri khas seorang Pita. Eh tidak-tidak, masih ada satu lagi ciri khas dari seorang Pita yaitu rambut panjang berwarna hitam dengan jepitan pita sebagai penghias yang cantik.
"Iya sih, tapi ini juga gans kok." Cewek disamping Pita semakin melebarkan senyumnya. Kini ia memilih bersandar, sesekali mengusap lembut layar ponselnya yang masih memperlihatkan photo seorang cowok yang baru saja ia dapat dalam komik baru yang ia baca.
"Andai aja, cogan-cogan di mangatoon jadi nyata."
Cherry nadiva, cewek pecinta cogan tingkat langit. Mempunyai penyakit jantung dan asma stadium akhir jika sedang berhadapan dengan cogan. Pencinta cerita fiksi tetapi sangat jarang membeli buku, alasannya karena masih ada yang gratis. Itulah Cherry, cewek dengan banyak gaya yang membuat geleng-geleng kepala.
"Pit, di sekolah kita cogan nya banyak gak sih?" Cherry menoleh kearah Pita yang tengah fokus menyetir kendaraan yang mereka naiki.
"Enggak! Buriq semua," sahut Pita acuh.
"Ada kok, kemarin aku liat dikantin. Anak kelas 12 IPA 3, kamu tau gak?"
"Tau, yang celananya robek-robek itukan?"
Cherry menggeleng frustasi, ia menghembuskan nafas dan memandang Pita dengan miris, "Pita yang cantik, tapi masih cantikan Cherry kemana-mana biar jungkir balik dan manjat pohon pun cantik. Bukan cowok itu yang aku maksud!"
"Trus siape? Lo kalo ngomong setengah-setengah mana ngerti gue," kesal Pita semakin melajukan mobilnya. Pita melirik kearah arloji kuning yang ia gunakan, matanya membulat dengan mulut terbuka, "Cherry kita telatt setann ..."
Cherry memelototkan matanya, bukan karena ia telat, bukan! tapi umpatan Pita yang membuat ia ingin sekali mencabik wajah cewek itu, "Pita! aku udah bilang. Jangan keseringan me ... AAA,"
"Daripada ngerocos kek emak-emak mending lo pegangan, gue mau balap nih mobil."
"Pita kalo mau mati sendiri aja!"
"Enakan bareng-bareng ada temen." Pita terkekeh dengan kaki yang masih menginjak dalam pedal gas kendaraan itu.
Cherry mengangkat tangannya geram mengambil ancang-ancang untuk mencakar wajah Pita.
"Cherry, kitakan udah jelas-jelas telat nih. Kira-kira hukuman kita apaan?"
Cherry yang baik hati itu langsung mengurungkan niatnya melakukan kekasaran. Ia lebih memilih mengetuk-ngetuk dagunya seraya berfikir.
"Menurut novel-novel mangatoon yang aku baca, kalo cewek cantik kayak aku nih, telat. Palingan cuman lari keliling lapangan, trus capek dan nggak sadar ada cogan didepan, tabrakan deh kita."
"Yeuhhh itu sih maulo." Pita menjeda kalimatnya, ia melempar stir mobil saat tikungan didepan mata, "Kalo menurut gue sih nih, kita bakal di hukum dijemur ampe siang. Trus ada cogan yang ngasih kita air." Pita tersenyum lebar sambil membayangkan scene itu, tanpa ia sadari bahwa gerbang sekolahnya telah didepan mata.
Cherry mengangguk-anggukan kepalanya antusias, boleh juga. Disodorkan air oleh cogan yang wajahnya di atas rata-rata, cukup romantis.
Cherry merogoh saku seragamnya, ia lebih memilih berselancar di dunia halu-nya
Brukkk ...
"OHMAIGAD, HAPE AKU"
Benda pipih itu lolos dari tangan Cherry, membuat cewek itu memekik histeris.
Cherry membungkukkan badannya, mencari keberadaan ponselnya dibawah sana dengan sebelah tangan yang ia gunakan untuk meraba.
"Cher, awas kaki gue lo raba-raba juga!" Pita menoleh kearah bawah, ia menjinjitkan sepatunya, menghindari tangan Cherry yang bergerak bebas dibawah sana.
"Pita, hape aku di sepatu kamu. aku ambil yah."
"Cher, mending tunggu mobil nih berenti dulu yah. Gue gak konsen nih gara-gara tangan lo itu."
Cherry menggelengkan kepalanya, ia semakin berusaha meraih ponselnya yang tergeletak diantara kaki Pita.
"Kaki kamu angkat dulu, aku susah nih raihnya."
"Cher, tangan lo yah ampun. Gue injek nih, gue mau ngerem."
"Bentaran Pita. Tinggal dikit lagi nih,"
"Cher gue ma ... AAAA,"
BRAAKKK!
####
Suara bariton milik kepala sekolah, membuat Cherry dan Pita yang lagi duduk didepan pria parubaya itu menutup telinganya.
"KALIAN BERDUA, TELAH MELAKUKAN KESALAHAN YANG SANGAT FATAL!"
Pria parubaya itu memandang marah kearah dua siswinya, "Bisa-bisanya kalian merusak fasilitas sekolah sampai sefatal itu! Masih untung tidak ada korban nyawa!"
Pita melirik kearah Cherry yang tengah menunduk takut, "Cher, gara-gara lo nih," bisik Pita.
Cherry mendengus, kedua tangannya sudah saling mengapit dibawah sana. Cewek itu benar-benar takut, yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk dan diam.
"Tapi gak papa, kita sahabat. Tanggung bersama." Pita tersenyum dan kembali menegakkan posisi duduknya.
"Pita Queenesya dan Cherry Nadiva."
Kedua cewek itu sontak mendongak saat nama mereka disebut. Cherry menelan saliva-nya susah payah, biasanya jika nama disebut dengan lengkap, akan mendapatkan hukuman yang berat.
Dan benar saja, pemikiran itu terbukti saat pria parubaya--kepala sekolah menyodorkan dua amplop berwarna putih bersih.
"Hari ini kalian boleh pulang! Dan besok bawa kedua orang tua kalian bertemu dengan saya."
Pita dan Cherry mengangguk. Masing-masing sebelah tangan mereka meraih amplop itu dan meliriknya dengan sedih. Surat panggilan. Hampir 3 tahun mereka sekolah disini selain jarang sekali melihat cogan, mereka juga jarang menerima amplop seperti ini.
Pita dan Cherry bukanlah pemeran utama dalam sebuah kisah di mangatoon. Tidak hidup aman-aman saja karena berada dekat dengan sang most wanted sekolah. Kedua cewek itu hanya siswi biasa, tidak terlalu pintar dan juga tidak ditakuti siapapun.
####
"Pita, marah yah?"
Pita dan Cherry tengah berjalan ke koridor sekolah yang sepi. Kedua cewek itu lebih memilih ke perpustakaan daripada harus pulang dan diomelin habis-habisan.
"Enggak sama sekali," sahut Pita.
Cherry menghela nafas lega, sedari tadi ia sangat takut jika Pita marah kepadanya.
"Cher kita ini sahabat. Apapun yang sekarang terjadi, kita harus tanggung sama-sama. Tidak peduli lo yang salah ataupun gue, karena sejatinya sahabat gak cuman datang disaat butuh."
Cherry terenyuh, cewek itu menoleh menatap berbinar Pita yang masih fokus memandang ke depan, "Pita, aku janji. Jika suatu saat nanti kita berselisih maka aku lah yang akan mengalah!"
"Iya-iya, gue juga hehehe."
Saling menyengir, melebarkan senyum dan melupakan kejadian tadi pagi.
Kedua cewek itu berjalan sambil bergandengan tangan, sesekali berhenti untuk mengedipkan mata pada cowok yang tengah belajar didalam sana.
"Ambyarr deh tuh konsentrasi hahahaha," Pita tertawa saat ia baru saja mengedipkan mata dan berhasil membuat mata cowok didalam sana terpaku melihatnya.
"Pitaa ... Ituu cowok yang aku maksud tadi pagi. Lumayan kan?"
Pita mengerutkan keningnya, detik berikutnya ia menggeleng, "Gantengan Sehun dalam ceritanya Agra."
"Iya sih, cowok itu gak ganteng-ganteng amat."
"Bodo amatlah, kita kan punya ini," Pita mengeluarkan handphone dan mengangkatnya dengan senang.
"Kalo gak ada di dunia nyata. Dunia maya pun jadi," pekik keduanya riang.
Kedua cewek itu ber-tos ria dan berjalan meninggalkan kelas itu.
"Enak nih, baca novel sambil selonjoran," Cherry terkekeh saat melihat perpustakaan yang sepi, bahkan guru penjaga perpustakaan pun tidak ada ditempat.
"Gue saranin deh, lo kalo mau baca novel mending ke sudut, hindarin benda-benda yang berharga," beo Pita sembari berjalan kesalah satu meja dan duduk dengan santai.
"Kenapa?" Cherry mengedip polos.
"Lo kalo lagi baca novel sebelas dua belas kek orang gila di kampung sebelah," tukas Pita dengan kedua tangan yang ia gunakan menangkup pipinya.
"Hellooww, cuman aku? kamu juga kali!" Cherry mendelik kesal, cewek itu kini memilih duduk didepan Pita.
"Pit ..."
Pita yang memejamkan matanya langsung membukanya sekilas saat suara rengekan Cherry terdengar.
"Hm?"
"aku mau nanya."
"Apa?"
"Kira-kira mim ..."
"Mimpi lo buat ketemu cogan dengan alis tebal, hidung mancung, bibir tipis dan tinggi?"
Cherry menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, rupanya Pita benar-benar sudah hafal tentangnya.
"Lo udah satu juta kali nanyain itu!" Setelah mengatakan itu Pita kembali memejamkan matanya. Pikirannya berkelana tentang kejadian tadi pagi, ia bingung! Bahkan sangat bingung tak tahu harus memberi tahu siapa tentang surat panggilan itu.
"Pita ..."
Cherry kembali merengek, ia masih ingin menanyakan banyak hal.
"Hm?" Tanpa membuka matanya kembali Pita menyahut dengan deheman.
"Pita, kamu udah baca no..."
"BELUM!" datar Pita membuat Cherry menghela nafas.
"Kira-kira cast ko ..."
"CHERRY LO BISA DIAM GAK?"
Cherry tersentak kaget dengan mata terbuka lebar. Cewek itu mengangguk gugup dan melirihkan kata maaf.
"Lo itu dari tadi bikin kepala gue pusing tau gak! Pulang nanti gue gak tau surat nih mau gue kasih kesiapa!"
"Kasih ke bunda aku aj ..."
"Bunda lo? Cher lo lupa. Lo juga dapat surat panggilan itu. Makanya jadi orang jangan keras kepala, tadi pagi gue kan udah bilang, tangan lo ambil dulu gue mau nginjek rem. Nabrakkan jadinya!"
Pita memukul meja didepannya kesal. Cewek itu beranjak pergi, menghampiri salah satu rak buku dan menarik salah satu novel berukuran tebal dengan cover berwana merah.
"Pita ... Maafin Cherry." Cherry menyeka air matanya yang jatuh. Cewek itu menenggelamkan wajahnya dan menangis diatas lipatan tangannya.
Pita mendengus, ia sedikit merasa bersalah karena telah membentak Cherry. Seharusnya Pita tahu, bahwa Cherry memiliki hati yang rapuh dan seringkali menangis walau hal sepele sekalipun.
Hap!
"Cher, maafin gue yah sayang ..." Pita memeluk Cherry dari belakang, "Gue tau gue salah ngebentak lo. Tapi lo sendiri taukan orang tua gue sibuk semua, sedangkan pembantu gue lagi pulang kampung," tutur Pita berusaha membujuk Cherry agar berhenti menangis dan memaafkannya.
Cherry yang masih sakit hati itu malah sibuk menggeleng, dan menggerakkan badannya agar Pita berhenti memeluk dirinya.
"Cherry sayangnya pita ... Maafin pita ya please ..."
Cherry kembali menyeka air matanya, cewek itu membalikkan badannya dan menyengir menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi. Pita yang melihat itu menautkan alisnya, bingung.
"Wahai Pita ... kamu kira aku nangis gara-gara kamu bentak tadi? Helloww Pita aku tuh sedih plus plus sakit hatii karena Gerald kesayangan aku di novel diputusin ama pacarnya huwaaa ..."
"Mati aja lo Cher..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nacita
kesinii 😍
2022-01-31
0
Erni Fitriana
aku tandain dulu novel mu tjhor
2021-03-30
0
safawieyan
seriusss
2020-09-23
2