Suara pekikan tertahan membuat cewek yang sedang mengemudi mobil itu terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang absurd.
"Gila gila gila ... Ohmaigadd Pitaaa gans banget." Cewek itu jingkrak-jingkrak ditempatnya. Tangannya melengket kuat pada benda pipih yang dipegangnya.
"Alahh ... Palingan juga gantengan Iqbal dari ceritanya mariposa."
Cewek yang disapa Pita itu tersenyum miring, memandang wajah sahabatnya dari samping.
Pitaloka Queenesya, cewek tinggi semampai, mempunyai kulit putih tapi tak seputih cast-cast cewek yang telah penulis siapkan. Mulutnya yang pedas, seringkali membuat sahabatnya mengumpat. Itulah ciri khas seorang Pita. Eh tidak-tidak, masih ada satu lagi ciri khas dari seorang Pita yaitu rambut panjang berwarna hitam dengan jepitan pita sebagai penghias yang cantik.
"Iya sih, tapi ini juga gans kok." Cewek disamping Pita semakin melebarkan senyumnya. Kini ia memilih bersandar, sesekali mengusap lembut layar ponselnya yang masih memperlihatkan photo seorang cowok yang baru saja ia dapat dalam komik baru yang ia baca.
"Andai aja, cogan-cogan di mangatoon jadi nyata."
Cherry nadiva, cewek pecinta cogan tingkat langit. Mempunyai penyakit jantung dan asma stadium akhir jika sedang berhadapan dengan cogan. Pencinta cerita fiksi tetapi sangat jarang membeli buku, alasannya karena masih ada yang gratis. Itulah Cherry, cewek dengan banyak gaya yang membuat geleng-geleng kepala.
"Pit, di sekolah kita cogan nya banyak gak sih?" Cherry menoleh kearah Pita yang tengah fokus menyetir kendaraan yang mereka naiki.
"Enggak! Buriq semua," sahut Pita acuh.
"Ada kok, kemarin aku liat dikantin. Anak kelas 12 IPA 3, kamu tau gak?"
"Tau, yang celananya robek-robek itukan?"
Cherry menggeleng frustasi, ia menghembuskan nafas dan memandang Pita dengan miris, "Pita yang cantik, tapi masih cantikan Cherry kemana-mana biar jungkir balik dan manjat pohon pun cantik. Bukan cowok itu yang aku maksud!"
"Trus siape? Lo kalo ngomong setengah-setengah mana ngerti gue," kesal Pita semakin melajukan mobilnya. Pita melirik kearah arloji kuning yang ia gunakan, matanya membulat dengan mulut terbuka, "Cherry kita telatt setann ..."
Cherry memelototkan matanya, bukan karena ia telat, bukan! tapi umpatan Pita yang membuat ia ingin sekali mencabik wajah cewek itu, "Pita! aku udah bilang. Jangan keseringan me ... AAA,"
"Daripada ngerocos kek emak-emak mending lo pegangan, gue mau balap nih mobil."
"Pita kalo mau mati sendiri aja!"
"Enakan bareng-bareng ada temen." Pita terkekeh dengan kaki yang masih menginjak dalam pedal gas kendaraan itu.
Cherry mengangkat tangannya geram mengambil ancang-ancang untuk mencakar wajah Pita.
"Cherry, kitakan udah jelas-jelas telat nih. Kira-kira hukuman kita apaan?"
Cherry yang baik hati itu langsung mengurungkan niatnya melakukan kekasaran. Ia lebih memilih mengetuk-ngetuk dagunya seraya berfikir.
"Menurut novel-novel mangatoon yang aku baca, kalo cewek cantik kayak aku nih, telat. Palingan cuman lari keliling lapangan, trus capek dan nggak sadar ada cogan didepan, tabrakan deh kita."
"Yeuhhh itu sih maulo." Pita menjeda kalimatnya, ia melempar stir mobil saat tikungan didepan mata, "Kalo menurut gue sih nih, kita bakal di hukum dijemur ampe siang. Trus ada cogan yang ngasih kita air." Pita tersenyum lebar sambil membayangkan scene itu, tanpa ia sadari bahwa gerbang sekolahnya telah didepan mata.
Cherry mengangguk-anggukan kepalanya antusias, boleh juga. Disodorkan air oleh cogan yang wajahnya di atas rata-rata, cukup romantis.
Cherry merogoh saku seragamnya, ia lebih memilih berselancar di dunia halu-nya
Brukkk ...
"OHMAIGAD, HAPE AKU"
Benda pipih itu lolos dari tangan Cherry, membuat cewek itu memekik histeris.
Cherry membungkukkan badannya, mencari keberadaan ponselnya dibawah sana dengan sebelah tangan yang ia gunakan untuk meraba.
"Cher, awas kaki gue lo raba-raba juga!" Pita menoleh kearah bawah, ia menjinjitkan sepatunya, menghindari tangan Cherry yang bergerak bebas dibawah sana.
"Pita, hape aku di sepatu kamu. aku ambil yah."
"Cher, mending tunggu mobil nih berenti dulu yah. Gue gak konsen nih gara-gara tangan lo itu."
Cherry menggelengkan kepalanya, ia semakin berusaha meraih ponselnya yang tergeletak diantara kaki Pita.
"Kaki kamu angkat dulu, aku susah nih raihnya."
"Cher, tangan lo yah ampun. Gue injek nih, gue mau ngerem."
"Bentaran Pita. Tinggal dikit lagi nih,"
"Cher gue ma ... AAAA,"
BRAAKKK!
####
Suara bariton milik kepala sekolah, membuat Cherry dan Pita yang lagi duduk didepan pria parubaya itu menutup telinganya.
"KALIAN BERDUA, TELAH MELAKUKAN KESALAHAN YANG SANGAT FATAL!"
Pria parubaya itu memandang marah kearah dua siswinya, "Bisa-bisanya kalian merusak fasilitas sekolah sampai sefatal itu! Masih untung tidak ada korban nyawa!"
Pita melirik kearah Cherry yang tengah menunduk takut, "Cher, gara-gara lo nih," bisik Pita.
Cherry mendengus, kedua tangannya sudah saling mengapit dibawah sana. Cewek itu benar-benar takut, yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk dan diam.
"Tapi gak papa, kita sahabat. Tanggung bersama." Pita tersenyum dan kembali menegakkan posisi duduknya.
"Pita Queenesya dan Cherry Nadiva."
Kedua cewek itu sontak mendongak saat nama mereka disebut. Cherry menelan saliva-nya susah payah, biasanya jika nama disebut dengan lengkap, akan mendapatkan hukuman yang berat.
Dan benar saja, pemikiran itu terbukti saat pria parubaya--kepala sekolah menyodorkan dua amplop berwarna putih bersih.
"Hari ini kalian boleh pulang! Dan besok bawa kedua orang tua kalian bertemu dengan saya."
Pita dan Cherry mengangguk. Masing-masing sebelah tangan mereka meraih amplop itu dan meliriknya dengan sedih. Surat panggilan. Hampir 3 tahun mereka sekolah disini selain jarang sekali melihat cogan, mereka juga jarang menerima amplop seperti ini.
Pita dan Cherry bukanlah pemeran utama dalam sebuah kisah di mangatoon. Tidak hidup aman-aman saja karena berada dekat dengan sang most wanted sekolah. Kedua cewek itu hanya siswi biasa, tidak terlalu pintar dan juga tidak ditakuti siapapun.
####
"Pita, marah yah?"
Pita dan Cherry tengah berjalan ke koridor sekolah yang sepi. Kedua cewek itu lebih memilih ke perpustakaan daripada harus pulang dan diomelin habis-habisan.
"Enggak sama sekali," sahut Pita.
Cherry menghela nafas lega, sedari tadi ia sangat takut jika Pita marah kepadanya.
"Cher kita ini sahabat. Apapun yang sekarang terjadi, kita harus tanggung sama-sama. Tidak peduli lo yang salah ataupun gue, karena sejatinya sahabat gak cuman datang disaat butuh."
Cherry terenyuh, cewek itu menoleh menatap berbinar Pita yang masih fokus memandang ke depan, "Pita, aku janji. Jika suatu saat nanti kita berselisih maka aku lah yang akan mengalah!"
"Iya-iya, gue juga hehehe."
Saling menyengir, melebarkan senyum dan melupakan kejadian tadi pagi.
Kedua cewek itu berjalan sambil bergandengan tangan, sesekali berhenti untuk mengedipkan mata pada cowok yang tengah belajar didalam sana.
"Ambyarr deh tuh konsentrasi hahahaha," Pita tertawa saat ia baru saja mengedipkan mata dan berhasil membuat mata cowok didalam sana terpaku melihatnya.
"Pitaa ... Ituu cowok yang aku maksud tadi pagi. Lumayan kan?"
Pita mengerutkan keningnya, detik berikutnya ia menggeleng, "Gantengan Sehun dalam ceritanya Agra."
"Iya sih, cowok itu gak ganteng-ganteng amat."
"Bodo amatlah, kita kan punya ini," Pita mengeluarkan handphone dan mengangkatnya dengan senang.
"Kalo gak ada di dunia nyata. Dunia maya pun jadi," pekik keduanya riang.
Kedua cewek itu ber-tos ria dan berjalan meninggalkan kelas itu.
"Enak nih, baca novel sambil selonjoran," Cherry terkekeh saat melihat perpustakaan yang sepi, bahkan guru penjaga perpustakaan pun tidak ada ditempat.
"Gue saranin deh, lo kalo mau baca novel mending ke sudut, hindarin benda-benda yang berharga," beo Pita sembari berjalan kesalah satu meja dan duduk dengan santai.
"Kenapa?" Cherry mengedip polos.
"Lo kalo lagi baca novel sebelas dua belas kek orang gila di kampung sebelah," tukas Pita dengan kedua tangan yang ia gunakan menangkup pipinya.
"Hellooww, cuman aku? kamu juga kali!" Cherry mendelik kesal, cewek itu kini memilih duduk didepan Pita.
"Pit ..."
Pita yang memejamkan matanya langsung membukanya sekilas saat suara rengekan Cherry terdengar.
"Hm?"
"aku mau nanya."
"Apa?"
"Kira-kira mim ..."
"Mimpi lo buat ketemu cogan dengan alis tebal, hidung mancung, bibir tipis dan tinggi?"
Cherry menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, rupanya Pita benar-benar sudah hafal tentangnya.
"Lo udah satu juta kali nanyain itu!" Setelah mengatakan itu Pita kembali memejamkan matanya. Pikirannya berkelana tentang kejadian tadi pagi, ia bingung! Bahkan sangat bingung tak tahu harus memberi tahu siapa tentang surat panggilan itu.
"Pita ..."
Cherry kembali merengek, ia masih ingin menanyakan banyak hal.
"Hm?" Tanpa membuka matanya kembali Pita menyahut dengan deheman.
"Pita, kamu udah baca no..."
"BELUM!" datar Pita membuat Cherry menghela nafas.
"Kira-kira cast ko ..."
"CHERRY LO BISA DIAM GAK?"
Cherry tersentak kaget dengan mata terbuka lebar. Cewek itu mengangguk gugup dan melirihkan kata maaf.
"Lo itu dari tadi bikin kepala gue pusing tau gak! Pulang nanti gue gak tau surat nih mau gue kasih kesiapa!"
"Kasih ke bunda aku aj ..."
"Bunda lo? Cher lo lupa. Lo juga dapat surat panggilan itu. Makanya jadi orang jangan keras kepala, tadi pagi gue kan udah bilang, tangan lo ambil dulu gue mau nginjek rem. Nabrakkan jadinya!"
Pita memukul meja didepannya kesal. Cewek itu beranjak pergi, menghampiri salah satu rak buku dan menarik salah satu novel berukuran tebal dengan cover berwana merah.
"Pita ... Maafin Cherry." Cherry menyeka air matanya yang jatuh. Cewek itu menenggelamkan wajahnya dan menangis diatas lipatan tangannya.
Pita mendengus, ia sedikit merasa bersalah karena telah membentak Cherry. Seharusnya Pita tahu, bahwa Cherry memiliki hati yang rapuh dan seringkali menangis walau hal sepele sekalipun.
Hap!
"Cher, maafin gue yah sayang ..." Pita memeluk Cherry dari belakang, "Gue tau gue salah ngebentak lo. Tapi lo sendiri taukan orang tua gue sibuk semua, sedangkan pembantu gue lagi pulang kampung," tutur Pita berusaha membujuk Cherry agar berhenti menangis dan memaafkannya.
Cherry yang masih sakit hati itu malah sibuk menggeleng, dan menggerakkan badannya agar Pita berhenti memeluk dirinya.
"Cherry sayangnya pita ... Maafin pita ya please ..."
Cherry kembali menyeka air matanya, cewek itu membalikkan badannya dan menyengir menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi. Pita yang melihat itu menautkan alisnya, bingung.
"Wahai Pita ... kamu kira aku nangis gara-gara kamu bentak tadi? Helloww Pita aku tuh sedih plus plus sakit hatii karena Gerald kesayangan aku di novel diputusin ama pacarnya huwaaa ..."
"Mati aja lo Cher..."
"Anjirr, ban mobil gue kempes," umpat pita, cewek itu menendang-nendang ban mobil yang tak berangin.
Cherry yang masih duduk enteng di jok mobil mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah kesal Pita lewat kaca mobil.
"Pita kenapa yah? Kesal gitu," gumamnya penasaran. Tak mau membuang waktu, kini cewek itu turun dari mobil berwarna biru langit milik Pita dan berjalan menghampiri Pita dengan ponsel yang setia ia genggam.
"Pita kenapa? Kesal gitu?"
Mendengar pertanyaan dari Cherry, Pita mengangkat kepalanya dan menoleh kesamping, "Lo gak liat? Buta? Bannya bocor anj1r," umpatnya kesal.
Cherry ber-Oh ria, setelah itu menunduk melihat ban mobil Pita yang bocor, "Oh bocor," ujarnya santai.
Mendengar itu, Pita membulatkan matanya, melotot ke arah Cherry yang kini sudah bangkit dan berdiri sambil bersandar di mobilnya.
"Oh bocor? Gue gak salah dengar?" pekik Pita. Pita menggeleng-gelengkan kepalanya miris, ban mobilnya bocor dan ia sama sekali tidak mengerti dalam hal memperbaiki. Sedangkan Cherry? Hanya mengatakan 'Oh' seakan-akan ini bukanlah masalah yang besar.
"Iya, Oh doang. Emang aku harus guling-guling trus jungkir balik sambil teriak BANNYA BOCOR, enggakkan?"
"Trus lo mau ngapain sandar-sandar gitu?" Pita berkacak pinggang, ia menyorot Cherry kesal.
"Mau tungguin Pita ganti ban mobil," ujarnya dengan wajah tanpa dosa membuat Pita memelototkan matanya.
"GUE GANTI BAN MOBIL? Yakali," pekik Pita.
"Jadi siapa dong? Masa' iya Cherry?" geram Cherry, membuang muka.
"Ya udah tinggalin aja nih mobil. Elo kan holkay gak pa-pa kok," Cherry beringsut mendekat kearah Pita, sebelah tangannya yang bebas menarik lengan Pita, tapi dengan cepat Pita menghentakkan tangannya.
"Apaansi lo Cher, nih mobil kesayangan gue. Hasil malak bokap gue! Main di tinggal-tinggal aja!"
"Tapikan, Pita-nya Cherry. kamu gak liat awan lagi gelap bentar lagi pasti ujan deras!"
Pita menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cherry mendengus kesal, "Pita, entar kita cari bantuan, tapi yang terpenting kita harus balik dulu!" Tangan Cherry kembali meraih tangan Pita, tapi dengan cepat Pita menghindar.
"Bilang aja lo mau cepet balik, karena novel yang lo baca belum selesai!" tebak Pita, memicingkan matanya.
Cherry menggeleng dengan tegas, "Enggak kok," elaknya.
"Bohongkan lo?"
Cherry kembali menggeleng, "Enggak Pita," elaknya lagi. Sebelah tangan Cherry terangkat menggosok-gosok hidungnya yang memerah.
"Hidung lo merah."
Cherry mengerucutkan bibirnya. Sepertinya, ia tidak berbakat berbohong kepada Pita, karena sahabatnya itu benar-benar sudah tahu semua tentangnya.
Hidung Cherry seringkali memerah secara tiba-tiba, saat ia gugup, berbohong atau menyembunyikan sesuatu. Cherry juga tidak tahu, kenapa hidungnya bisa seperti itu, mungkin efek karena ia gugup saat menyembunyikan sesuatu itu.
"Jadi, gimana dong?" Cherry memandang malas kearah jalanan yang lumayan sepi.
"kamu juga sih, ngapain pake jalan alternatif segala? Pusingkan jadinya, gak ada orang yang lewat!"
Pita mendelik-kan matanya, cewek itu beringsut duduk di pinggir jalan, "Yang mau cepet-cepet pulang siapa?"
"Aku sih," Cherry menyengir dan berjalan menghampiri Pita. Ikut duduk didekat cewek itu.
"Tuh lo tau! Ngapain pake' salah-salahin gue segala?"
"Selain aku pengen cepet-cepet baca novel dengan tenang, perut aku juga sakit Pit. Mau cepet-cepet pulang." Mendengar kalimat lesu yang keluar dari mulut Cherry, Pita langsung menoleh menatap cemas Cherry.
"Lo dapet Cher, inikan tanggal lo. Emang lo gak make tadi pagi?"
Cherry menggeleng lesu, "Cherry lupa..." lirihnya yang masih dapat didengar oleh Pita.
"Ish Cherry, masa' sih gue harus ngingetin lo dulu! Tanggal sendiri juga!"
Pita bangkit dari duduknya, cewek itu menoleh ke kanan dan ke kiri, menyapu jalanan dengan kedua matanya.
"Pita, kamu mau kemana?"
Pita menoleh kearah Cherry, cewek itu tersenyum tipis, "Mau cari bantuan Cher, gue gak tega liat lo kesakitan gitu."
"Makasih yah Pita," sahut Cherry dengan senyum manis dibibir nya yang sudah nampak pucat.
Pita kembali menoleh ke kanan dan ke kiri, tiba-tiba saja pandangannya jatuh pada segerombolan cowok berseragam SMA, yang baru saja keluar dari sebuah bangunan kumuh yang bertingkat.
"Cher, tunggu disini bentar. Gue mau kesana dulu, cari bantuan," ujarnya pada Cherry yang masih duduk ditempatnya.
Pita berlari-lari kecil menyebrang jalan, menghampiri para cowok-cowok itu dengan sedikit senyum tipis di bibirnya.
Pukk!
Dengan gerakan tiba-tiba, Pita menepuk pundak salah satu cowok itu.
"Woii, gue minta tolong dong. Ban mobil gue bocor masa' iya gue cewek harus masang ban mobil, gak tau gue. Lo pasangin yah?"
Para cowok-cowok yang berdiri memandang bangunan kumuh didepannya sontak menoleh. Mereka saling lempar pandang, dengan raut wajah yang tidak dapat didefinisikan.
Satu kali hentakan, tangan Pita yang bertengger di pundak cowok tinggi didepannya langsung terjatuh.
Pita meneliti wajah para cowok didepannya, matanya langsung membola dengan mulut nyaris terbuka lebar, "Cher, untung lo gak ikut. Kalo lo ikut, bisa-bisa penyakit lo kumat lagi. Eh enggak-enggak! Ta ..."
"PITA."
Kalimat Pita yang membatin terkejut langsung buyar saat suara yang sangat ia kenal memanggil dirinya dengan keras.
"Hoshh ... Pi--ta kok la--ma sih," gagap Cherry, membungkuk, memegang lututnya untuk menopang tubuhnya.
Pita perlahan membalikkan badannya, ia terkejut melihat Cherry yang sudah ada di belakangnya dengan posisi memegang lutut. Pita menghela nafas lega, saat ia melihat jaket hitamnya yang berada di atas mobil melilit di pinggang Cherry.
"Cherry, mending lo balik gih. Gak usah ngedongak langsung balik aja yah," pinta Pita sedikit memohon.
Perlahan Cherry menegakkan badannya, "Gak mau ah, udah ca ... COGAAN," pekikan Cherry membuat Pita menutup telinganya.
Dengan semangat, Cherry menggeser Pita yang berdiri didepannya. Dengan mata terbuka lebar, mulut menganga tidak percaya, Cherry memandang wajah cowok yang berdiri dengan diam di depannya.
"HAlO NAMA AKU CHERRY."
"Lo siapa?"
Akhirnya, setelah saling terdiam ditelan ter-terkejutan. Salah satu cowok dengan rambut samar-samar berwarna hijau membuka suaranya.
Mendengar pertanyaan itu. Dengan senyum yang sangat lebar, Cherry berlari menghampiri cowok itu. Dengan wajah tanpa dosa, tangan kanannya menarik sebelah tangan cowok itu untuk berkenalan.
"Nama aku Cherry Nadiva, biasa di panggil Cherry dengan ciri-ciri cantik, imut, manis, seperti yang kamu liat," Cherry menyalami cowok itu dan menggerak-gerakkan tangannya ke atas dan kebawah dengan senang.
Cowok pemilik sang tangan yang Cherry genggam, langsung membuka mulutnya tidak percaya, "Erfan," jawabnya datar.
"Oh, Erfan. Ok, ok akan Cherry ingat disepanjang masa."
Setelah mengatakan itu Cherry berpindah tempat, ia kembali mengangkat tangannya untuk bersalaman dengan cowok rambut hitam dengan alis tebal kesukaan Cherry, "OH YAH AMPUN. ALIS KAMU TEBAL BANGETT," pekik Cherry histeris.
Tanpa menunggu aba-aba ia langsung menjabat tangan cowok itu, dasar Cherry.
"Nama aku Cherry, ingin tau lebih lengkapnya? Silahkan hubungi 0853627******"
Cowok dengan alis yang sangat tebal itu mengagguk, "Nama gue Gerald. Salam kenal."
Cherry semakin membulatkan matanya, ia tidak menyangka cowok ini adalah orang yang lumayan ramah dan namanya ...
"PITAAA... CHERRY KETEMU GERALD AYAAYY YAAYYY." Cherry melompat kesenangan, ia melompat sambil berteriak senang.
Pita yang hanya bisa melongo itu hanya duduk di pinggir jalan. Cewek itu memijit pelipisnya, ia juga terkejut dengan jantung memompa cepat saat matanya melihat dengan langsung wajah cogan-cogan didepannya, tapi Pita tidak selebay Cherry yang sampai jingkrak-jingkrak kesenangan.
Gerald ikut tersenyum dengan tangan yang bergerak menggaruk tengkuknya salah tingkah. Jujur, ia sama sekali tidak mengerti dan tidak tahu dimana asalnya kedua cewek cantik ini.
"Ger, lo kenal?" Cowok di belakang Gerald ikut menimpali, ia menunjuk Cherry dengan dagunya.
Gerald menggeleng, dan mengangkat bahunya acuh tidak tahu.
"Hoshh ... " Cherry mengatur nafasnya yang putus-putus. Saking bahagianya, ia sampai lupa bahwa hari ini adalah hari pertamanya datang bulan.
"Kamu tau gak? Nama Gerald itu sama dengan karakter novel yang tadi Cherry baca," pekik Cherry dengan suara super cemprengnya.
Gerald hanya mengangguk-ngangguk.
"Tapi ..." Tiba-tiba suara Cherry terdengar lesu, "Gerald di novel itu lagi sedih diputusin ama pacarnya. Uuhhmm ... kasiannya," iba Cherry menggerakkan tangannya dramatis, menyeka air mata, dan sedikit terisak padahal tidak ada air mata atau bahkan air apapun yang keluar dari pelupuk matanya.
"DI PUTUSIN AHAHAHAH, EH SAMA BANGET SAMA LO GER. KEMARIN LO JUGA DIPUTUSIN KAN?"
Ledekan itu membuat Gerald melototkan matanya, bikin malu. Gerald menoleh kebelakang dan langsung menabok rambut jambul milik temanya itu.
"Sialan lo!" desisnya kesal.
Cowok itu hanya menyengir lebar, dan mengangkat jarinya membentuk peace.
Gerald kembali menoleh kearah depan, matanya langsung membulat saat melihat wajah cewek menggemaskan didepannya.
Cherry melebarkan matanya dengan bibir gemas ingin tertawa keras. Ia tidak mimpi kan? Apa ini jawaban dari doanya selama ini? Bertemu dengan cogan secara live. Jika saja Cherry benar-benar gila, sudah dipastikan ia akan membawa semua cogan ini untuk bertemu bundanya.
"BENERAN? HUWAAAAA BUNDAAA CHERRY TERHARU..."
"Terharu?" tanya Gerald kurang mengerti.
"IYA TERHARU. Kamu itu persis di novel-novel yang pernah aku baca. Ya... Ampun ..." Cherry menggeleng-gelengkan kepalanya lucu.
Pita yang kini sudah berdiri dari duduknya beralih menepuk jidatnya saat melihat tingkah Cherry yang semakin menjadi-jadi.
"Eh Cherry sampai lupa," Cherry menepuk jidatnya cukup keras. Gerald yang masih memandangi cewek di depannya, langsung mencetak Cherry di otaknya sebagai cewek gila yang menggemaskan.
"Lupa apa?" Niat Gerald cuman ingin berbasa-basi, lumayan sambil menunggu bos-nya tiba.
"LUPA! Cherry belum kenalan sama teman-teman Gerald yang lain, hehehe," Cherry menyengir lebar. Kini gadis itu kembali beringsut pindah tempat, menghampiri seorang cowok yang memandang dirinya aneh.
"Kenalin aku Cherry Nadiva. Nama kamu pasti Rendy kan," ujar Cherry tersenyum lebar.
Cowok yang disapa Cherry dengan nama Rendy menaikkan sebelah aslinya, membuat Cherry menutup mulutnya refleks, "Cherry sesak nafas, PITA TOLONGIN ...," jerit Cherry membatin.
"Rendy?" ulang cowok itu.
"Iya Rendy kan?"
"Nama gue Rama, cewek sok tau!"
Cherry menyengir, cewek itu mengangguk-anggukan kepalanya lucu, "Iya, Cherry lupa nama kamu Rama," ralatnya.
Padahal, Cherry hanya menebak-nebak saja. Ia sama sekali tidak tahu nama cowok itu, ia hanya iseng mengucapkan satu nama, siapa tau aja bener eh ternyata salah.
"Cabut."
Suara serak milik cowok yang baru saja datang bergabung, membuat teman-temannya sontak menoleh kebelakang dan mengangguk.
"Gimana bos?" Erfan mulai mengutarakan pertanyaannya. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu jawabannya, melihat mimik wajah marah bos-nya.
"Kosong!"
Hanya satu kata itu yang mewakili semua pertanyaan teman-temannya yang akan terlontar.
Cherry yang melihat cowok itu semakin tidak terkendalikan, dengan perasaan berbunga-bunga ia berlari menghampiri cowok itu dan menjabat tangannya bahagia, "Bener-bener cogan di novel-novel yang pernah aku baca nih," Cherry terkekeh geli, cewek itu semakin mendongak, "HAI, NAMA AKU CHER ... AKHH..."
Cherry memekik sakit, saat tubuhnya terhuyung dan jatuh menimpa aspal yang kasar. Cewek itu memegang perutnya yang keram, rintihan mulai keluar dari bibirnya.
Pita yang melihat itu melotot tidak terima, dengan langkah cepat dan tatapan bringas ia berjalan menghampiri cowok itu dan mendorongnya sekuat tenaga.
"BRENGSEK LO!" umpat Pita, setelah mengatakan itu ia beralih membantu Cherry berdiri.
"Aww .. " rintih Cherry memegang perutnya yang terasa semakin sakit.
Melihat Cherry yang kesakitan, Pita kembali melempar tatapan bringas ke arah cowok yang dengan lempengnya bertolak sebelah pinggang.
"HEH!" Pita mendorong cowok itu sekuat tenaga, tapi bukannya terdorong malah Pita lah yang terdorong mundur.
"Kenapa?"
What? Satu kata itu membuat mata Pita melotot hebat. Cewek itu mengepalkan tangannya kuat, cowok macam apa didepannya ini? Tampan? Ok, tapi sikap? Cih.
Pita terkekeh sinis, "Kenapa? Lo tanya kenapa, setelah dengan teganya lo dorong Cherry kayak tadi."
"So?"
"Badjingan!" Pita mengumpat keras, cewek itu benar-benar melempar tatapan permusuhan.
Giorgio Maharez, cowok kejam berwajah tampan. Wajahnya yang tampan dan memikat menjadi ciri khas tersendiri untuknya. Tapi siapa sangka, di balik wajah itu ada sikap bringas yang kapan saja akan muncul.
Teman-teman cowok itu hanya diam memandang takjub, keberanian Pita membuat mereka hanya bisa diam memerhatikan. Cewek berwajah cantik yang dengan lancangnya mengumpat tepat didepan bos-nya.
Gio hendak maju, cowok itu sedikit kesal mendengar umpatan Pita. Tapi teguran Gerald membuat Gio mengurungkan niatnya, cowok itu berdecih dan berjalan melewati Pita dengan sebelah tangan yang berada di dalam saku celananya.
"Mau kemana lo?!!"
"Pita udah ... Gak pa--pa kok." Cherry mencekal tangan sahabatnya itu, membuat Pita menoleh dan melempar tatapan tanda tanya.
"Lepasin gue Cher ... Gue mau maki-maki tuh cowok brengsek!" murka Pita. Cewek itu menghempaskan tangan Cherry dan berlari menghampiri segerombolan cowok berjumlah 5 orang itu.
"BERHENTI LO!" teriak Pita lantang.
Gio dan teman-temannya tetap melangkah menjauh, merasa tidak peduli dengan teriakan Pita yang semakin lama semakin keras.
"Sialan." Pita berhenti mengejar, cewek itu melirik turun kearah aspal. Bibirnya langsung menyunggingkan senyum miring saat matanya melihat benda keras yang sangat ia butuhkan saat ini.
Pita mengambil batu berukuran sedang itu, ia mengambil ancang-ancang sebelum tangannya terayung untuk melempar.
"Gue sumpahin kepala lo bocor kena batu ini," cerca Pita, cewek itu meniup batu ditangannya beberapakali, mulut Pita terus saja bergerak membaca mantra agar lemparan tepat sasaran.
Dan...
DUG!
"YES!!" Pita bersorak senang, cewek itu menggoyangkan-goyangkan badannya bermaksud mengejek.
Gio mendesis, wajah cowok itu nampak memerah tidak suka. Cowok itu menoleh ke arah teman-temannya meminta jawaban tentang siapa cewek itu sebenarnya.
"Kalian kenal dengan cewek itu?"
Mendengar pertanyaan Gio, Gerald, Erfan dan teman-temannya yg lain sontak menggeleng.
"Tapi sumpah deh, tuh cewek berani bener," ujar Erfan, cowok itu bertolak sebelah pinggang. Netranya masih memandang ke arah Pita yang sekarang tengah menjulurkan lidah kearah mereka, bukannya marah Erfan malah terkekeh.
"Mesti gue kasih pelajaran!"
"Gak usah bos, kasian. Ucul-ucul gitu, apalagi si Cherry," tukas Gerald, mencegah agar Gio membatalkan niatnya. Gerald terkekeh geli, saat ia memandang kearah Cherry yang masih meringis memegangi perutnya.
"YANG MAKE SEPATU NAVY BRENGSEK! SIALAN!!" Pita berteriak sambil mengumpat, cewek itu mengangkat jempolnya tinggi dan menolehkannya kebawah.
Gio menggeram, ia tahu bahwa dirinyalah yang Pita maksud. Gio juga sedikit heran, kenapa Pita sempat-sempatnya melirik warna sepatunya.
"Tuh cewek sebenernya siapa sih?"
"Ya udah Gi, nggak usah di ladenin!" Rama hendak melerai, cowok itu berjalan mendekat dan menarik lengan Gio untuk melanjutkan langkah mereka.
Gio menepis tangan Rama dengan keras, Rama sontak mengangkat kedua tangannya dan mengangkat bahunya acuh.
Melihat Gio dan teman-temannya sudah hilang ditikungan depan. Pita membalikkan badannya dan berjalan sedikit berlari menghampiri Cherry yang duduk di pinggir jalan, kasian.
"UDAH URUSANNYA SAMA COGAN-COGAN?!" jerit Cherry saat Pita sudah berdiri didepannya.
Pita memutar bola matanya malas, cewek itu mengulurkan tangannya untuk membantu Cherry berdiri.
"Tuh cogan pada kemana?"
Pita mendengus, cewek itu tersenyum nyinyir, "Cogan tapi brengsek kaya' dia, mana guna!" rutuk Pita membuat Cherry menabok lengannya.
"Alahh! Aku tau. Pita juga sebenarnya klepek-klepek kan sama tuh cowok? Makanya Pita ngejar dia. Udah kebaca," sembur Cherry.
"Su'udzon ajaloh Cher, astagfirullah," ujar Pita mengelus dadanya dan beristighfar.
Cherry mendengus, cewek itu melirik kearah selatan, arah dimana Gio dan teman-temannya berjalan. Matanya kembali membola saat ia melihat 5 motor sport yang baru saja keluar dari sebuah lorong kecil.
"Keren banget," gumam Cherry takjub.
Pita mendelikkan matanya kesal, "Ya udah yok! Balik ke mobil," sungut Pita menarik lengan Cherry.
####
"AHHH CAPEK BANGET SUMPAH!" Pita menghempaskan tubuhnya keatas ranjang kingsize miliknya. Cewek itu mengusap wajahnya gusar. "Lengket banget badan gue." Pita mendengus, sebelum akhirnya ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi.
Beberapa kali Pita memutar keran airnya, tapi tetap saja tidak ada air apapun yang keluar dari alat itu. "AH ***** LAH, GUE PEN MANDI!!" Pita melempar handuk yang bertengger di pundaknya dengan kesal.
Pita mengacak rambutnya frustasi, cewek itu mendudukkan dirinya dengan kesal di bibir kasur, "Ini semua itu gara-gara cowok brengsek! Sialan! Badjingan itu!"
Pita masih ingat jelas, dimana waktunya terbuang untuk meladeni Gio dan teman-temannya. Bukannya mendapat bantuan ia malah kena sial, karena mobilnya yang rusak terpaksa harus Pita tinggalkan, daripada berdiam diri menunggu awan semakin menggelap.
"Mama ... Pulang gak yah malam ini?" Pita berucap lirih.
"Ah, bodo amatlah. Mending gue keluar cari tukang keran."
####
"MAAFIN CHERRY BUNDA." Cherry merengek, cewek itu beringsut duduk di dekat bundanya. Dengan manja, Cherry memeluk lengan bunda-nya dan bersandar disana.
"Bundanya Cherry ..." Cherry semakin merengek, cewek itu mengerucutkan bibirnya memperlihatkan kearah bundanya betapa mengenaskannya nasibnya hari ini.
"Bunda kecewa sama kamu. Seumur-umur bunda jadi bunda kamu, baru sekarang ini nih bunda baca surat kaya' gini," omel bunda, membuat Cherry semakin bergelayut manja.
"Kan bagus Bun, bunda punya sesuatu yang baru," celutuk Cherry.
Bunda memutar bola matanya malas. "Kamu kesekolah aja sendiri! Ngapain ngajak-ngajak bunda," kesal Bunda meletakkan surat panggilan orang itu di paha Cherry.
"Bunda ... Kalo Cherry dimarahin pak botak gimana?" Cherry mengadu.
"Itu urusan kamu! Gerbang sekolah kok di tabrak," cerca bunda. Bunda bangkit dari duduknya, dan berniat berjalan kearah dapur, tapi Cherry semakin bertingkah dan bergelayut di kakinya.
"Bunda ... Jahat yah sama Cherry. Cherry bisa jelasin kok bunda, lagian Pita juga udah gak marah sama Cherry. Kok bunda marah sih?"
Bunda memijit pelipisnya, ia sebenarnya tidak marah. Hanya saja ia merasa tidak enak dengan Pita, gara-gara anaknya ini Pita sampai menabrak gerbang sekolahnya dan nyaris membuatnya roboh.
"Cherry gak sengaja bunda. Cherry janji, setelah ini Cherry gak bakal lagi deh buat ulah yang buat Pita repot," pekik Cherry memohon. Cherry mengeluarkan jurus ampuhnya, puppy eyes.
Bunda mendengus, perlahan ia menunduk menarik tubuh anaknya agar bangkit berdiri. "Cherry, bunda gak marah sama kamu, tapi bunda harap kamu bisa bersikap lebih dewasa. Kasian Pita, sahabat kamu itu yang udah bener-bener sabar ngadepin sikap kamu." Bunda tersenyum sebelum akhirnya ia mencium puncak kepala Cherry dengan sayang.
"Jadi Cherry dimaafin nih Bun?" Melihat Bundanya tersenyum, Cherry mengambil persepsi tersebut.
"Iya," jawab Bunda membuat Cherry bersorak senang.
####
Pita duduk termenung, cewek itu seperti kehabisan akal. Ia bingung harus melakukan apa sekarang, badannya benar-benar lengket ia ingin mandi, tapi keran airnya malah rusak diwaktu yang tidak tepat.
"Gue nyari tukang keran dimana yah?" Pita mulai bermonolog.
"Sumpah yah! Di rumah segede ini gue cuman sendiri! Mang Udin dimana coba?!?" Pita yang duduk di teras rumah, kembali menoleh kearah gerbang rumahnya dan rumah kecil yang tak jauh dari gerbang itu, kosong.
"Akkkhh ..." Pita menjambak rambutnya frustasi, membuat penampilannya yang awut-awutan semakin menjadi-jadi.
"Kalo gue duduk disini trus nih, bukannya dapat tukang keran malah habis di gigitan nyamuk!" Dengan kesal Pita bangkit, sesekali menghentakkan kaki berjalan meninggalkan rumahnya.
"Seandainya aja ban mobil gue, ok. Gue udah pasti kerumah Cherry, sekalian ketemu sama bunda," lirihnya mulai sendu.
BUGH!
"AKHH..."
Pita terperanjat kaget saat mendengar suara pekikan itu. Cewek itu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Wah... Pengeroyokan tuh!" tukas Pita, perlahan kakinya mundur dan menghampiri sebuah pohon, guna berlindung di balik pohon itu.
BUGH!
"Gila! 3 lawan 1, yah mana menang tuh 1 orang!" Pita menggeleng-gelengkan kepalanya miris, netranya masih fokus memandang kearah 4 cowok yang sedang adu tenaga itu.
Pita memekik tertahan, saat melihat cowok itu memegang kerah baju lawannya dan memukulnya membabi buta, tanpa ampun.
"Pergiloh dan jangan pernah nunjukin wajah brengsek lo itu didepan gue dan teman-teman gue lagi!!" datarnya kepada 3 lawannya yang sudah terkapar diatas aspal.
"Tunggu pembalasan gue, Giorgio Maharez," tukas salah satu lawan Gio.
Pita membulatkan matanya, "Gila, gayanya doang Ok! muka juga Ok! tapi kalah lawan satu orang aja," sindir Pita.
Pita memandang takjub kearah Gio, "Tuh cowok dari belakang aja udah ok, cool gitu, jago berantem lagi. Persis banget kek di novel-novel yang pernah gue baca." Pita menangkup wajahnya. "Samperin ah," ujarnya saat melihat 3 motor sport lawan Gio sudah melaju kencang.
Gio menyeka kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya, cowok itu membalikkan badannya dan sedikit terkejut saat melihat seorang cewek tengah berdiri tepat dibelakang tubuhnya.
Pita mendongak, matanya langsung melotot melihat siapa cowok itu. "LO!! NGAPAIN LO DISINI?!" hardik Pita.
Gio mengerutkan keningnya bingung. "Lo siapa?" tanyanya datar.
"Siapa?" Pita menunjuk dirinya sendiri, "Lo tanya gue siapa? Setelah apa yang lo lakuin pada sahabat gue Cherry?" Pita menggelengkan-gelengkan kepalanya miris.
Gio hanya memandang datar kearah Pita, "Jadi maksud lo apa nyamperin gue kayak gini? Mau balas dendam?" Gio berdecih.
Pita tertawa sinis. "Balas dendam? Sama cow..." Ucapan Pita terhenti, cewek itu menggaruk pipinya pelan, "Keran air gue butuh pertolongan," lanjutnya membatin.
"Balas dendam boleh juga," Pita merutuki dirinya sendiri, cewek itu tersenyum masam akan kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya.
Gio hanya diam. "Sabar Gi, sabar, cewek nih! jangan sampai lo hilang kendali dan bunuh nih cewek!" batin Gio.
"Keran air gue bocor dan gue gak tau mau cari tukang keran dimana," Pita menjeda kalimatnya. "Dan mumpung ada lo, gue mau lo perbaikin keran air gue!" pungkas Pita.
"LO?!!"
Gio hendak melayangkan tangannya tapi dengan cepat Pita menunjuk tangan itu. "JANGAN KASAR-KASAR SAMA CEWEK, LO LUPA MAMA LO JUGA CEWEK?!!" Pita kembali melempar tatapan permusuhan, yang dibalas tatapan yang sama oleh Gio.
Gio tersenyum culas, cowok itu sedikit membungkukkan badannya. "Gue gak tau nama lo siapa, gue gak tau lo berasal dari mana. Tapi satu hal yang harus lo tau, mama gue ibu-ibu bukan cewek!" datarnya, membuat mata Pita membola sempurna.
"Cowok ini ..." batin Pita kesal, Pita mengepalkan kedua tangannya saat Gio berlalu dan meninggalkannya begitu saja di tempat ini.
BRUM ... BRUM ...
Pita sedikit terbatuk menghirup asap yang berasal dari knalpot motor Gio.
"SIALAAANN!" teriaknya kesal sambil menghentakkan kaki.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!