Tawuran? Adu kekuatan? Bukan hal yang jarang dilakukan oleh para Badboy di sekolah-sekolahan. Begitupun dengan GENG DEMONIC. Geng yang terkenal seantero SMA TRIJAYA.
Seperti hari ini. Bukan hal yang lumrah lagi melihat Gio dan teman-temannya berbaris rapi di lapangan dengan terik matahari yang menyengat kulit.
Mereka berdiri dengan posisi istirahat, Gio dan teman-temannya nampak biasa-biasa, dan tenang-tenang saja.
Pak Andi, guru kesiswaan di SMA TRIJAYA ini sedang mondar-mandir didepan para siswa-siswanya.
"KALIAN TIDAK BISA APA, JADI CONTOH YANG BAIK BUAT ADEK KELAS KALIAN?" tukas Pak Andi marah. Guru itu berhenti di depan Erfan dan menggeleng-gelengkan kepalanya miris. "Ini lagi rambut kamu kenapa ijo-ijo gitu? Mau jadi buto ijo?" makinya.
Erfan memutar bola matanya malas. "Terserah saya dong pak, ye gak guys." Erfan menyenggol lengan Gerald yang berdiri di sampingnya.
"Ya dong," ucap Gerald bangga.
"Ini itu trend pak!" Rama terkekeh, dan langsung menyugar rambut pirangnya kebelakang.
Pak Andi memijit pangkal hidungnya, ia benar-benar gemas dengan tingkah siswa-siswanya ini.
"Pak," panggil Arul, cowok itu memasang wajah lempeng, membuat teman-temannya memutar bola matanya malas.
"Please deh Rul, jangan bikin geng kita malu," seru Gerald membuat Arul mendengus.
"Arul siap kok di hukum apa aja, asal jangan lapor ke mami Arul yah pak," ucap Arul.
Gio, Gerald, Rama dan Erfan langsung berdecak bersamaan.
"Mau saya hukum bersihin seluruh toilet sekolah?" kejam Pak Andi.
Arul seketika mengagguk mantab, berbeda dengan teman-temannya yang melotot tidak terima.
"Alahh ... Apa-apaan, gak ada sejarahnya badboy kaya' kita megang sikat!" Gerald menggerutu.
Gio, Erfan dan Rama langsung mengagguk mantab, membenarkan ucapan Gerald.
PLAK!
Pak Andi langsung menabok gemas kepala Gerald membuat cowok itu meringis, dan mengusap kepalanya.
"Badboy palamu gundul!" bentak pak Andi.
Pak Andi berlalu didepan Gerald dan berhenti tepat di depan Gio, cowok itu hanya memasang wajah tenang.
"Kamu juga Gio! Kamu itu udah kelas 3, jangan ngajarin adek kelas kamu sembarangan!" hardik Pak Andi memandang ke arah Erfan dan Arul sekilas.
"Saya tidak pernah memaksa mereka!" Cowok itu tersenyum culas. "Mereka sendiri yang mau mengikuti langkah saya," lanjutnya lagi, angkuh.
"GIO!" Pak Andi berteriak marah, pria itu memijit pelipisnya pusing. Pak Andi mundur beberapa langkah, ia melihat wajah siswanya satu persatu, ada 5 orang.
"HUKUMAN UNTUK KALIAN BERLIMA, ANGGOTA GENG DEMONIC." Pak Andi menjeda ucapannya, pria itu nampak berfikir. "Setiap pulang sekolah, rapihin buku-buku yang ada di perpustakaan! Selama SEBULAN!"
Anggota Geng Demonic membulatkan matanya serentak. "Bersihin perpus?" pekik Rama.
"Gak mau lah pak, yang ada buku-buku di perpus pada ancur semua kita hajar!" Erfan ikut menimpali, cowok itu bersedekap dada.
Pak Andi menggeleng dengan jari telunjuk yang ia angkat, "No, No, No!" tegas Pak Andi, membuat para siswanya mendengus kesal.
"Hukumannya yang lain aja pak, lari kek, atau apa. Jangan perpus! Saya benci buku!" Kali ini Gio yang bersuara, cowok itu membantu teman-temannya, ralat, lebih tepatnya membantu dirinya sendiri.
"Bener kata Gio pak!" seru Gerald.
"Bener pak, yang lain aja," timpal Erfan.
"Daripada tuh perpus kebakaran!" cerca Rama.
"Aku gak pa-pa kok pak, asal jangan di laporin ke mami yah." Kali ini Arul yang bersuara, membuat Geng Demonic yang lain mengumpat diam-diam.
Pak Andi menggeleng tegas. "Jika kalian terus menolak, saya akan menambah hukuman kalian! Dan untuk kamu Arul, bagus. Terima ini dengan lapang dada."
Arul mengagguk, cowok itu lega akhirnya berita ia tawuran dengan siswa sekolah sebelah tidak sampai di pendengaran maminya, bisa habis Arul nanti.
Berbeda dengan Arul, Gio, Gerald, Erfan dan Rama melempar tatapan yang membuat tenggorokan Arul mendadak tercekat.
"Sekarang, kalian boleh bubar! Ingat hukuman kalian berjalan mulai hari ini. Dan saya sendiri yang akan memeriksa kalian setiap pulang sekolah," tukas Pak Andi, pria itu berjalan berlalu di hadapan Geng Demonic.
GENG DEMONIC, geng yang terbentuk diketuai oleh seorang pemuda bernama Giorgio Maharez. Pemuda yang sangat membenci buku, belajar, dan guru. Dalam hidup seorang Gio, masa muda haruslah dihabiskan untuk bersenang-senang, menguji kekuatan, bukannya menjadi pengecut dengan duduk disebuah bangku.
Gio mendesis, cowok itu melangkah kehadapan Arul. "Mulai hari ini lo bukan anggota Geng Demonic lagi!"
Arul tersentak kaget, desisan Gio membuat bulu kuduknya merinding. "Bang, lo tau gue kan? Gue gak mau kalo ma ..."
"Pengecut!" desis Gio berjalan meninggalkan Arul yang masih terkejut.
Gerald menepuk punggung Arul. "Rul, lo gak papa kan?"
Arul menoleh ke arah Gerald. "Gak pa-pa gimana Bang, gue di keluarin dari geng Demonic," ujar Arul.
"Bang, bantuin bujuk Bang Gio. Gue nggak mau keluar dari geng Demonic, hidup gue pasti gak berwarna lagi."
"Ya udasih Rul, terima aja," tukas Erfan, sebelum akhirnya ia berjalan dan menyusul Gio.
"Ahh, sialan lo Erfan!" umpat Arul, Erfan hanya tersenyum miring mendengar umpatan itu.
Gerald menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo kan tau sendiri Rul. Si Gio itu gimana." Gerald memandang kasihan kearah Arul.
"Ya jugasih." Arul mendengus, cowok itu sedikit kecewa dan tidak terima akan keputusan Gio. Seharusnya Gio bisa mengerti dirinya, Gio tidak boleh egois. Tapi itulah Gio, keputusan tetap ada ditangan cowok itu.
"Tapi gue tetep gak nyerah, gue bakal bujuk Bang Gio!" Arul mengangkat kepalanya yang sedikit tertunduk. Cowok itu tersenyum lebar. "Makasih yah Bang," tukas Arul pada Gerald.
Gerald mengagguk.
####
Cherry, Pita dan Bunda sedang duduk bersebelahan di sebuah ruangan di sekolah ini. Ruangan yang dapat tiba-tiba menjadi keramat saat kalian berada di posisi Cherry dan Pita.
"Maafin kedua anak saya pak." Bunda masih setia membujuk kepala sekolah, bunda menoleh kearah Cherry dan Pita yang menunduk. "Mereka tidak sengaja."
Mendengar ucapan Bunda, Pita dan Cherry serentak mengagguk. "Iya Pak Bo--ish." Cherry meringis saat ia merasakan sakit pada kakinya.
Kepala Cherry menunduk, matanya langsung melirik tajam kearah Pita. "Pita ngapain sih, nginjak-nginjak kaki Cherry?" Cherry memekik saat ia melihat sepatu Pita berada diatas sepatunya.
"Gu--e gak sengaja," kilah Pita, menarik kembali kakinya.
"Gak sengaja bagaimana? Jelas-jelas Cherry rasain sakit banget, berdarah nih pasti kaki aku."
Pita membulatkan matanya saat mendengar pekikan Cherry semakin menjadi-jadi, cewek itu diam-diam mengutuk Cherry yang masih merutuki dirinya.
"Cher ..." Bunda menyenggol pelan lengan Cherry.
"Maaf bunda ..." lirih Cherry, saat melihat tatapan Bundanya yang mulai berubah.
"Sinting!" umpat Pita membatin.
"Maaf pak, lagi-lagi anak saya melakukan kesalahan ..." Bunda tersenyum kikuk, terlihat jelas diwajahnya ia sangat malu dengan ulah Cherry yang jelas sekali tidak sopan.
Pak kepala sekolah menghela nafas, pria itu mengeluarkan dua lembar amplop berwarna putih bersih dari dalam lacinya, dan menyodorkannya ke arah Bunda.
Bunda melihat benda itu dengan alis bertaut bingung. "Apa ini pak?" tanyanya.
"Cherry dan Pita telah melakukan kesalahan yang sangat fatal Bu, mereka nyaris merobohkan gerbang sekolah karena kecerobohan mereka." Pak kepala sekolah mulai menjelaskan.
Pita dan Cherry saling melirik, bibir kedua cewek itu menekuk kebawah.
"Iya, saya tau pak. Tapi apa kesalahan kedua anak saya ini tidak dapat dimaafkan?"
Pak kepala sekolah menghela nafas panjang, pria itu memperbaiki posisi duduknya menyusun kalimat agar bunda tidak tersinggung. "Kami dari pihak sekolah sudah sepakat, karena kesalahan Pita dan Cherry selain sangat fatal juga sangat berbahaya Bu. Dan saya mohon anda dapat mengerti," jelasnya.
Kepala sekolah tersebut kembali menyodorkan dua amplop itu. Bunda menerima amplop itu dan mulai membukanya.
Pita dan Cherry yang melihat ekspresi bunda berubah, merasa sangat penasaran, kedua cewek itu memiringkan kepalanya kearah bunda.
"APA? PINDAH SEKOLAH??" pekik Pita terkejut, cewek itu menatap ke arah pria didepannya dengan nanar.
"Iya, itu surat pemindahan. Dan saya harap kalian berdua dapat menerimanya dengan lapang dada," ujar Pak kepala sekolah, merasa sedikit kecewa.
"Sma Tri--ja--ya." Cherry mendikte nama sekolah barunya yang tertera di kertas yang masih dipegang oleh bundanya.
####
"Mama kamu bagaimana Pita?" Dalam keadaan menyetir mobil, Bunda melirik Pita yang duduk di jok belakang mobil melalui kaca mobilnya.
"Mama lagi di luar kota Bun," sahut Pita, sebelah tangannya merogoh handphone-nya di dalam saku. "Dan papa masih di luar negeri," imbuh Pita lagi.
Bunda mengagguk dan tersenyum. "Besok kalian akan memulai kehidupan disekolah baru. Semoga kalian betah," ujar Bunda.
"Iya Bunda Pi ..."
"PITAA ... KAMU UDAH BACA BELUM NOVEL YANG INI," pekik Cherry antusias, cewek itu membalikkan badannya dengan senyum merekah. Sebelah tangan Cherry menyodorkan handphone-nya ke arah Pita.
Pita melihat layar handphone Cherry, senyumnya merekah saat membaca beberapa kalimat di layar itu. "Gila, Wihhh deskripsi ceritanya aja udah nyelekit." Pita memandang Cherry antusias. "JUDULNYA APA CHER?" antusias Pita, cewek itu membuka keamanan handphone-nya dan langsung menyodorkannya kearah Cherry.
Cherry terlihat mengetik sesuatu di layar handphone Pita, setelah itu kembali duduk ke posisinya semula. "Pita ingat, siapin oksigen yang banyak sebelum membaca. Siapin mental dan juga jangan lupa senam jantung sehat setelah itu," celutuk Cherry menjelaskan.
"Ahssiapp Cher," sahut Pita.
Kedua cewek itu larut dalam benda pipih di tangannya masing-masing. Bunda yang melihat itu hanya mendengus, menghembuskan nafas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Miels Ku
miels mampir like
2022-03-03
0
Nacita
dasar...penggila novel 😂 sm kya gue 😂
2022-01-31
0
Retina Bocahe Klinthink
badgirl vs badboy...korbannya @syugerr nich... kecanduan baca novel...kaya aku jg nich udah kena virusnya jg...mabox noveltoon😁🤣
2020-06-28
3