BAB 20 : CARA GANDHI

Siti merasa sia-sia sudah berbaik hati memasak mie instand untuk Gandhi tadi pagi. Karena ia kira Gandhi sudah mencuci pakaiannya yang banyak itu. Ternyata ia salah, Gandhi hanya mencuci pakaiannya sendiri, bahkan sudah mengundang seorang perempuan muda yang cantik dan sekdi untuk membantunya meyetrika, Siti sungguh keki di buat Gandhi.

"Gan, loe harus tanggung jawab. baju -baju gua itu mahal." Cecar Siti kesal pada Gandhi. Ia sudah kedepan rumah dan tidak mendapatkan bungkusan pakaian kotornya, sepertinya petugas pemungut sampah benar sudah membawa baju baju Siti itu kepembuangan akhir.

"Bodo." Jawab Gandhi cuek pada Siti.

Hari berlalu, Gandhi dan Siti tampak semakin cuek-cuekan di rumah. Gandhi yang mengaku bekerja sebagai ojek online itu, sama sekali tidak pernah Siti lihat mempunyai jaket ijo seperti ojek online pada umumnya. Mau tanya malu, gak tanya juga mau tau banget.

Lima hari yang lalu Gandhi pergi lagi tanpa pamit pada Siti. Tetapi kali ini orang tua Siti tidak secerewet minggu lalu, yang selalu menanyakan keberadaan Gandhi di rumah. Entah mereka sudah percaya pada menantunya itukah, atau bagaimana, sehingga kini Siti yang terjebak dalam rasa sepi.

"Ka, sekarang aku gak tinggal di rumah mama dan papa. Kamu main ke rumah kontrakanku ya." Chat Siti mengundang kekasihnya untuk datang ke rumahnya dan Gandhi.

"Maaf Sweet, jadwal manggung kami padat. Aku dan anak-anak juga perlu latihan kan sayang." Balas Arka yang akhir-akhir ini selalu menolak untuk bertemu dengan Siti.

"Nira, kamu gak kangen sama aku. Main dong ke kontrakan ku dan Gandhi." Chat Siti pada Nira yang juga jarang ia temui.

"Skripsiku sedang on fire Sit, ku gak mau di ganggu dulu. Maaf yak." Balas Nira dengan cepat.

Siti bosan di rumah, mau keluar takut jajan banyak. Gak ada teman, juga gak asyik. Punya pacar kok baru berasa kayak gak punya pacar saja. Punya suami, juga hanya pura-pura.

Siti berjalan kesana kemari dalam rumah itu, melihat lagi tumpukan pakaian kotornya yang sudah lima hari ia tabung. Membuka chanel youtube saja, melihat tutorial mencuci pakaian dengan mesin yang bertengger di bagian belakang rumah kontrakan itu.

Mungkin Siti trauma pakaiannya akan di buang Gandhi lagi, jika suami pura-puranya itu pulang nanti.

Sembari menunggu mesin itu bekerja, iseng Siti melakukan panggilan Video Call dengan Sita.

"Mama... repot gak?"

"Ada apa ?" tanya Sita dengan senyum ramahnya.

"Di kulkas ada ayam beku, ajarin Siti masak Ma." Pinta Siti membuat Sita sedikit senang mendengarnya.

"Siap anak mama, mau di masak apa?" tanya Sita tidak mengurangi manis senyum bahagianya dari sana.

"Gak tau. Praktisnya di buat apa ya Ma?" tanya Siti.

"Rendam saja dulu, kasih cuka sedikit biar cepat terurai." Perintah Sita dari jauh.

60 menit berlalu, hanya pakaian Siti yang berhasil terjemur dengan baik di belakang. Sedangkan kondisi dapur cukup berantakan. Ayam Siti, Insya Allah saja bisa di makan. Padahal Sita cukup sabar menuntunnya dalam hal memberikan resep. Alasan Siti, ia tidak kenal mana ketumbar mana merica, Mana jahe mana kencur. Padahal semuanya sudah Gandhi letakan pada tempat yang benar. Lalu alasan Siti, bumbu dapur yang lain sudah ada dengan tempat yang sama  di dalam kulkas, sehingga dia sulit membedakannya. Beras yang ia tanak pun bukan menjadi nasi tetapi menjadi bubur, akibat ia mengabaikan takaran yang Sita katakan padanya.

Siti oh Siti lu umur berapa sih.

"Bau apa ini?" tidak ada ketukan pintu, Gandhi sudah muncul saja di rumah mereka dan langsung ke dapur. Melihat betapa hebohnya penampakan dapur yang sudah di kuasi oleh Siti.

"Gua mau buat ayam goreng." Jawab Siti singkat agak malu.

"Kalo goreng apinya kecil aja Neng." Gandhi mengecilkan api kompor Siti yang merah. Siti jadi penonton jada, saat Gandhi sudah mematikan api kompor.

"Ini yang belum di goreng?" tanya Gandhi mencolek bumbu basah pada ayam yang masih terendam. Siti mengangguk dengan wajah lugu.

"Ini pake bumbu apa sih?" tanya Gandhi pada Siti.

"Gak tau juga, ku masukan aja semuanya." Gandhi melihat jam di tangannya, sudah hampir setengah 3 sore.

"Lu belum makan?" tanya Gandhi kasihan melihat tampang Siti yang sepertinya kelaparan.

"Belum. Capek gue habis nyuci baju." Jawabnya sambil cemberut.

"Kenapa gak beli online kayak biasa?" Gandhi berjalan kebelakang, memastikan istri pura-puranya itu sungguh sudah mencuci pakaiannya sendiri.

"Uang ku menipis. Gegara beli baju setelah banyak lu buang." Dongkol Siti masih urusan baju yang di buang Gandhi.

"Ya udah gua traktir makan." Gandhi dengan cueknya menarik tangan Siti untuk makan di luar. Siti tidak melawan, patuh saja pada Gandhi sebab sudah tidak berdaya. Hampir habis energynya atas aktivitas hari ini yang cukup melelahkan baginya.

"Lu gak papa kan pake motor?" tanya Gandhi memastikan anak manja itu tidak keberatan di ajak naik motor bututnya.

"Ban mobil gua bocor tuh, kalo bisa di pake juga udah dari tadi kali gua pergi." Jawab Siti menunjukkan ban depannya yang sudah datar kehabisan angin.

"Makan di warteg bisa kan?" tanya Gandhi lagi

"Sembarang deh Gan, gua lapar beet ini. Makan beling juga ayo aja." Jawab Siti asal sambil menaiki boncengan di belakang Gandhi.

"Kuda lumping Loe?" Kekeh Gandhi merasa lucu dengan istri pura-puranya itu.

"Sekarang kita kemana?" tanya Siti yang sudah selesai makan siang yang kesorean itu. Merasa jalan yang mereka lewati tidak sesuai alamat rumah kontrakan.

"Kita belanja dulu." Ujar Gandhi yang selalu baik pada Siti.

"Nih, loe baca di tiap kemasan, komposisi dan cara menggunakannya. Loe gak usah ribet lagi kenalan sama jahe, ketumbar dan laen-laen. Tinggal lu pilih mau menu apa, kalo opor lu masukin dah nih. Mau ayam mau daging. Pokoknya modal lue cuma pake otak lu sedikit buat memahami bacaan di kemasannya saja. Udah simpel kan?" Ujar Gandhi yang dengan caranya mengajari Siti.

BERSAMBUNG ...

Tinggal kan jejak like nya dong

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***