BAB 16 : TIDAK OTORITER

Gandhi sudah mengantar Siti ketempat istri pura-puranya itu melakukan janji temu dengan mantan kekasih yang katanya sudah jadian kembali. Agak penasaran juga Gandhi dengan rupa si Arka yang sangat di cintai oleh Siti Haurah, Tampan kah, kaya kah, atau sebaik apakah? semua membuat Gandhi ingin tau tapi tetap dengan wajah datarnya.

"Udah sampe di sini saja, aku gak mau Arka liat aku di antar oleh kamu,Gan." Siti menepuk punggung Gandhi sat mereka masih di pinggir jalan.

"Mang janjiannya di mana?"

"Di sana, aku jalan aja ke sananya."

"Dimana biar aku antar sampe ketemu dia."

"Jangan ngaco, aku gak mau Arka salah paham lagi." jawab Siti dan Gandhi tidak mau berhenti. Motornya tetap ia jalankan dengan pelan ke arah maju.

"Stop Gan, atau aku lompat nih." Nyaring suara Siti merasa Gandhi tidak menuruti perintahnya.

"Aku harus tau kamu ketemuannya di mana, bukan di hotel kan." Jawab Gandhi ngawur memang.

"Heh, sembarangan emang aku cewek apaan segala janjian di hotel. Lagian apa urusanmu?" bentak Siti lagi pada Gandhi.

"Suami. Bagaimanapun kita sudah menikah. Paham." Akhirnya Gandhi berhenti dan menunjukkan cincin di jari manisnya pada Siti.

"Kenapa di pake sih, kalo kita di luar lepas aja." Dengus Siti yang kemudian melengos pergi, dengan memeluk helm berjalan agak cepat, setengah berlari kemudian masuk ke sebuah cafe yang memang tidak jauh dari tempat mereka berhenti. Gandhi menatap punggung itu pergi terlihat sangat buru-buru. dengan pelan Gandhi ikut masuk ke cafe itu, mencari tempat duduk di pojokan. Agar tetap bisa memantau Siti dan Arka dari kejauhan, untuk memastikan jika Siti dan Arka hanya saling bicara biasa.

"Kamu ngapain duduk di situ?" chat Siti yang melihat Gandhi masuk ke tempatnya dan Arka ngobrol.

"Emang ku gak boleh ngafe? ini gak ada dalam perjanjiankan." Balas Gandhi cepat.

"Kamu kepo in aku pacaran." balas Siti lagi.

"Oke aku pulang. Terus kalo  Bapak tanya kamu di mana? aku jawab apa?" ketik Gandhi lagi sambil menyeruput kopi pesanannya.

"Ya udah, tunggu aja di situ." Siti menyerah juga, benar saja lebih baik Gandhi menungguinya. Walau lagi-lagi ia merasa sedang pacaran dalam pantauan pengawal ayahnya, seperti sebelum-sebelumnya. Risih pasti, tapi dari pada gak ketemu Arka lebih susah lagi.

"Gandhi, Siti. Kalian baru pulang?" sudah hampir magrib anak dan menantunya itu baru terlihat di rumah, keduanya keluar bahkan hampir bersamaan dengan Sita pergi kepasar pukul 9 pagi tadi.

"Iya pak. Tadi mengantar ayah dan ibu ke terminal. Maaf ada keluarga yang sakit di kampung. Ayah juga menitip pesan, untuk acara Ngunduh Mantu di tunda dulu boleh? Sebab yang di kampung urgent banget." Siti menatap Gandhi, dapat alasan di mana suami pura-puranya itu. Tiba-tiba meminta penundaan acara yang memang Siti tidak ingin laksanakan.

"Ya kalau orang tua mu yang memang tidak bisa, papa juga tidak bisa memaksa." Jawab Harso.

"Hah, selempeng itu papa menyetujui alasan Gandhi ini. Papa takluk atau apa sama Gandhi ini." Monolog Siti dalam hati. Sambil Siti berjalan untuk membersihkan diri dan bersiap untu berkativitas lagi di rumah.

Sholat magrib sudah mereka laksanakan bersama, makan malam juga sudah. Kini ke empat orang di rumah itu tengah duduk bersama untuk saling bertukar informasi.

"Nak Gandhi maaf, papa boleh bertanya tentang pekerjaan kamu? sebab sekarang kamu itu kan kepala keluarga dalam rumah tangga kalian. Sebagai umat beragama, kita sama taulah bahwa laki-laki wajib memberi nafkah untuk istrinya." Ujar Harso terbuka saja di hadapan istri, anak dan menantunya tersebut.

"Iya pak, saya tau tugas seorang suami. Saya memang baru di nyatakan lulus Sidang Skripi. Belum sah menjadi seorang sarjana. Masih bertatus mahasiswa. Untuk sementara maaf, putri bapak saya nafkahi dengan keuangan yang tidak banyak. Keseharian saja sekarang bekerja sebagai ojek online saja Pak, Maaf." Ujar Gandhi panjang namun sangat sopan dalam segi penyampaian.

"Siti, kamu tau pekerjaan suami kamu. Jangan banyak menuntutnya, saling pengertian. Baik-baik mengatur pengeluaran runah tangga. Karena kamu sudah menjadi tanggung jawab Gandhi. Maka papa sudah tidak memberi uang jajan kamu lagi." Jeder hati Siti ketar-ketir dong. hari ini saja tabungannya sudah geser 20 juta untuk Gandhi menyewa rumah. Gak ada pemasukan lagi ke rekeningnya seperti biasa. Siti wajib hemat menggunakan uang tabungannya selama ini, untuk bayar Gandhi. Siti harus memutar otak, untuk meyakinkan Arka agar bisa menikahinya. Agar ia berhenti membayar Gandhi sebagai suami pura-puranya.

"Hah?" Siti hanya ber hah ria saja mendengar kalimat dari ayahnya.

"Tenang saja, karena Gandhi juga masih mahasiswa dan pekerjaannya belum mapan. Maka untuk SPP, pembayaran kuliahmu hingga Wisuda tetap papa yang bayar." Ujar Harso lagi. Ini cukup menenangkan hati Siti, setidaknya ia masih bisa merasakan uang masuk beberapa juta ke rekeningnya.

Sebenarnya Harso tidak sejahat yang Siti rsakan, ia terasa melunak saat anak tunggalnya itu kini sudah bersuami. Apakah ia jaim atau belum saja menunjukkan jiwa maksanya pad Gandhi. Hanya Siti merasa Harso terkesan lembut dan sangat menaruh kepercayaan dengan pria yang kini berstatus sebagai suaminya tersebut.

"Siti, ingat layani suamimu dengan baik. Belajar memasak, mulai dari buatkan minuman saja dulu tiap pagi. Setiap ia akan pergi dari rumah. Pastikan perutnya kenyang saat meninggalkan rumah, selain hemat, juga untuk menghindari pertemuannya dengan wanita lain di kedai makan di luar sana." Pagi datang, Siti seperti biasa sudah nongkrong di dapur melihat ibunya menyiapkan makanan untuk mereka, hanya menonton ibunya memasak dan menyiapkan sarapan.

"Itu penting banget ya Ma?" Soto menanggapi dengan melihat ponsel di tangannya.

"Iya sangat penting. Kebutuhan lahir dan batin suami harus terpenuhi. Bersyukurlah kamu memiliki suami. Bagaimanapun Gandhi itu pilihanmu, tentu saja kamu ingin memiliki hubungan yang awet. Di luar saja banyak single atau janda yang menginginkan dia, karena itu jaga dia agar selalu setia padamu. Kadang laki-laki tidak perlu punya alasan untuk berselingkuh. Tetapi kita sebagai istri tidak ada salahnya terlebih dahulu memberikan yang terbaik untuk mereka di rumah, untuk meminimalisir perbuatan mereka di luar sana." Panjang pesan Sita pada Siti yang sudah berubah status itu.

"Ya ... kalo memang begitu berarti kami tidak jodoh lagi." lempeng dong Siti jawabnya, orang mereka cuma menikah pura-pura ini, bentar lagi juga cerai, kalo gak cerai Siti bisa miskin oleh bayar Gandhi per bulan.

"Hus, gak boleh bicara seperti itu. Rumah tangga macam apa yang tidak punya harapan hingga menua bersama." Hardik Sita tak suka Siti tidak berupaya untuk setia dan menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Dua lelaki di rumah itu sudah bergabung bersama Sita dan Siti, mereka menikmati sarapan buatan Sita.

"Jadi apakah kalian sudah menentukan akan tetap tinggal di sini atau bagaimana?" tanya harso yang terus meminta kepastian.

"Mungkin besok kami sudah pindah ke rumah kontrakan saya, Pak." Jawab Gandhi sopan.

"Papa saja, tidak usah panggil Pak, jangan sungkan. Kamu itu suami putri saya, ya anak saya juga." Jawab Harso. Gandhi hanya mengangguk.

"Siti ..." Sita memberi kode agar Siti mengambilkan nasi untu Gandhi, sama seperti dia yang sudah 27 tahun mengabdi sebagai isteri Harso. Usia Siti memang baru 23 tahun. Sebab setelah menikah 4 tahun mereka baru mendapatkan Siti. Tunggal pula, makanya Harso dan Sita sangat memproteksi Siti sedemikian rupa.

Hari berlalu, rumah kontrakan Gandhi sudah layak di sebut rumah untuk ukuran orang berumah tangga. Kamar Siti di kontrakan Gandhi sudah lengkap dengan lemari pakaian juga meja rias. Gandhi yang memaksa Siti melengkapi itu semua, katanya agar seperti kamar orang setelah menikah pada umumnya. Siti mau-mau saja mendengarkan paksaan Gandhi walau dengan kepala yang nyut-nyutan karena membeli dengan uangnya sendiri. Huh, hidup dalam kebohongan memang sesakit ini.

"Gandhi, Papa titip Siti ya.. Jaga dia, jaga rumah tangga kalian. Jangan tunggu Siti lulus kuliah, kalo mau langsung punya momongan biar papa dan mama yang akan bantu cari pengasuh dan membayarnya nanti. Maaf jangan tersinggung, kalau cucu juga menjadi tanggung jawab kami, nanti." Ujar Harso saat mereka benar akan pindah tugas ke Kalimantan.

"Siap, insya Allah kami cepat di berikan amanah Pa." Jawab Gandhi seolah pasti ia dan Siti akan sampai dalam tahap membuat anak.

Peluk haru pun tak terelakkan. Walau Siti sudah tidak sabar berpisah dengan kedua orang tuanya, tetap saja ia kan merasa rindu dan kehilangan dengan kedua orang tuanya tersebut, hanya saja sekarang ia sudah punya Gandhi yang akan menjaganya 24 jam, mungkin.

Harso dan Sita beberap hari yang lalu sudah tau di mana rumah kontrakan Gandhi. Harso bahkan memaksa Gandhi untuk menerima mobil Siti untuk mereka gunakan. Kata Harso jangan jadi ojek Online, melainkan pakai saja mobil Siti untuk menantunya itu menjadi supir online juga. Agar lebih aman dan mungkin mendapat penghasilan tambahan juga.

Harso sungguh pengertian bukan, tidak otoriter sebelumnya saat Siti belum menikah.

BERSAMBUNG...

Tinggalkan jejak likenya yaak Readers

Makasih

Terpopuler

Comments

Eka Burjo

Eka Burjo

curiga aku, jangan " gandi juga sudah kong kali kong sama pak Harso untuk ngerjain Siti.
kasih flashback pak Harso sama Gandhi dong Nyak waktu bicara berdua 😁🙏

2025-01-21

5

bunda n3

bunda n3

mungkinkah sebenarnya Gandi adalah orang yg akan dijodohkan dengan Siti?

2025-01-21

4

Queen Susan

Queen Susan

semoga Gandi emang jodoh pilihan orang tua Siti yang nyamar aja wkwkwk

2025-01-21

4

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : BUKAN SITI NURBAYA
2 BAB 2 : LAMAR AKU DONG
3 BAB 3 : HARUS MENIKAH
4 BAB 4 : BERANI DI AJAK NIKAH
5 BAB 5 : PUTUS
6 BAB 6 : NGAJAK DEBAT
7 BAB 7 : SARAN TANPA MIKIR
8 BAB 8 : APES BANGET
9 BAB 9 : PERJANJIAN
10 BAB 10 : IDE KONYOL
11 BAB 11 : BICARA EMPAT MATA
12 BAB 12 : SAH
13 BAB 13 : COWOK MATRE
14 BAB 14 : ATURAN HARSO
15 BAB 15 : KU BOLEH KENCAN?
16 BAB 16 : TIDAK OTORITER
17 BAB 17 : KESEMPURNAAN AKTING
18 BAB 18 : MANISA
19 BAB 19 : BEDA TARIF
20 BAB 20 : CARA GANDHI
21 BAB 21 : NTAR LU MATI
22 BAB 22 : BUKTI CINTA
23 BAB 23 : GUA SUAMI SITI
24 BAB 24 : BUKAN SANDIWARA
25 BAB 25 : BERSAMAMU
26 BAB 26 : GUA YANG BAYAR
27 BAB 27 : LULUS
28 BAB 28 : BUKAN MANUSIA
29 BAB 29 : SEBATANG KARA
30 BAB 30 : BULAN MADU
31 BAB 31 : PUNGGUNG GRATISAN
32 BAB 32 : PENGADILAN AGAMA
33 BAB 33 : NIAT BAIK
34 BAB 34 : MAIN KEMANA
35 BAB 35 : KESEPAKATAN
36 BAB 36 : PENGINTAI
37 BAB 37 : IBU KANDUNG
38 BAB 38 : YANG SEBENARNYA
39 BAB 39 : MUNGKIN MAU DI BUANG
40 BAB 40 : MERAWAT LUKA
41 BAB 41 : TAGIHAN GANDHI
42 BAB 42 ; PENYERAHAN
43 BAB 43 : INGIN JADI SATU-SATUNYA
44 BAB 44 : TEBUS DOSA
45 BAB 45 : CUMA BILANG
46 BAB 46 : ISTRI SHOLEH
47 BAB 47 : KEPO GAK ADA OBAT
48 BAB 48 : TENTANG GANDHI
49 BAB 49 : CHAT GANDHI
50 BAB 50 : KEPERGOK
51 BAB 51 : MEMILIH PERGI
52 BAB 52 : GANDHI KEMBALI
53 BAB 53 : TALAK
54 BAB 54 : SANGKAR EMAS
55 BAB 55 : TOLONG CULIK AKU
56 BAB 56 : DRAMA PENCULIKAN
57 BAB 57 : PENCULIKAN
58 BAB 58 : SINDIKAT
59 BAB 59 : KAMU SIAPA?
60 BAB 60 : SITI DINGIN
61 BAB 61 : KURANG KOMUNIKASI
62 BAB 62 : MIRIP GANDHI
63 BAB 63 : SONIA
64 BAB 64 : KEMBALI KE RUMAH
65 BAB 65 : TAK INGKAR JANJI
66 BAB 66 : ISTRINYA SHOLEH
67 BAB 67 : GAK BISA
68 BAB 68 : MOVE ON
69 BAB 69 : WISUDA
70 BAB 70 : ORANG BARU
71 BAB 71 : NAIK LEVEL
72 BAB 72 : KOK TAMPAN
73 BAB 73 : KAMU SERIUS
Episodes

Updated 73 Episodes

1
BAB 1 : BUKAN SITI NURBAYA
2
BAB 2 : LAMAR AKU DONG
3
BAB 3 : HARUS MENIKAH
4
BAB 4 : BERANI DI AJAK NIKAH
5
BAB 5 : PUTUS
6
BAB 6 : NGAJAK DEBAT
7
BAB 7 : SARAN TANPA MIKIR
8
BAB 8 : APES BANGET
9
BAB 9 : PERJANJIAN
10
BAB 10 : IDE KONYOL
11
BAB 11 : BICARA EMPAT MATA
12
BAB 12 : SAH
13
BAB 13 : COWOK MATRE
14
BAB 14 : ATURAN HARSO
15
BAB 15 : KU BOLEH KENCAN?
16
BAB 16 : TIDAK OTORITER
17
BAB 17 : KESEMPURNAAN AKTING
18
BAB 18 : MANISA
19
BAB 19 : BEDA TARIF
20
BAB 20 : CARA GANDHI
21
BAB 21 : NTAR LU MATI
22
BAB 22 : BUKTI CINTA
23
BAB 23 : GUA SUAMI SITI
24
BAB 24 : BUKAN SANDIWARA
25
BAB 25 : BERSAMAMU
26
BAB 26 : GUA YANG BAYAR
27
BAB 27 : LULUS
28
BAB 28 : BUKAN MANUSIA
29
BAB 29 : SEBATANG KARA
30
BAB 30 : BULAN MADU
31
BAB 31 : PUNGGUNG GRATISAN
32
BAB 32 : PENGADILAN AGAMA
33
BAB 33 : NIAT BAIK
34
BAB 34 : MAIN KEMANA
35
BAB 35 : KESEPAKATAN
36
BAB 36 : PENGINTAI
37
BAB 37 : IBU KANDUNG
38
BAB 38 : YANG SEBENARNYA
39
BAB 39 : MUNGKIN MAU DI BUANG
40
BAB 40 : MERAWAT LUKA
41
BAB 41 : TAGIHAN GANDHI
42
BAB 42 ; PENYERAHAN
43
BAB 43 : INGIN JADI SATU-SATUNYA
44
BAB 44 : TEBUS DOSA
45
BAB 45 : CUMA BILANG
46
BAB 46 : ISTRI SHOLEH
47
BAB 47 : KEPO GAK ADA OBAT
48
BAB 48 : TENTANG GANDHI
49
BAB 49 : CHAT GANDHI
50
BAB 50 : KEPERGOK
51
BAB 51 : MEMILIH PERGI
52
BAB 52 : GANDHI KEMBALI
53
BAB 53 : TALAK
54
BAB 54 : SANGKAR EMAS
55
BAB 55 : TOLONG CULIK AKU
56
BAB 56 : DRAMA PENCULIKAN
57
BAB 57 : PENCULIKAN
58
BAB 58 : SINDIKAT
59
BAB 59 : KAMU SIAPA?
60
BAB 60 : SITI DINGIN
61
BAB 61 : KURANG KOMUNIKASI
62
BAB 62 : MIRIP GANDHI
63
BAB 63 : SONIA
64
BAB 64 : KEMBALI KE RUMAH
65
BAB 65 : TAK INGKAR JANJI
66
BAB 66 : ISTRINYA SHOLEH
67
BAB 67 : GAK BISA
68
BAB 68 : MOVE ON
69
BAB 69 : WISUDA
70
BAB 70 : ORANG BARU
71
BAB 71 : NAIK LEVEL
72
BAB 72 : KOK TAMPAN
73
BAB 73 : KAMU SERIUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!