Kesabaran Hati Suamiku
Hari yang cukup melelahkan bagiku. Seharian ini aku harus mengurus persiapan wedding party mulai dari pemesanan undangan dan juga pemesanan souvenir. Itu karena Farhan, calon suamiku sangat sibuk di kantornya.
Aku bisa memaklumi hal itu. Farhan menyerahkan semuanya padaku.
Begitu aku tiba di rumah, aku langsung menuju kamar karna ingin sekali untuk istirahat.
"Mbooookkk.... bikinin es lemon tea ya" Teriakku ketika menaiki tangga.
"Iya non" Kawab mbok Imah dari dapur.
aku meneruskan langkahku menaiki tangga dan menuju kamarku.
" Oh ..Kasurku aku merindukanmu" Aku langsung menjatuhkan diri ke kasur.
Tak lama kemudian mbok Imah mengetuk pintu untuk mengantarkan es lemon tea pesananku.
"Non, ini minumannya"
"Iya mbok, makasih ya, taruh aja di situ" Aku menunjuk meja kecil dekat ranjang ku.
"Mau di pijit non" Mbok Imah mendekatiku.
"Boleh deh mbok, badanku pegel semua." Aku merubah posisi tidurku menjadi duduk bersila.
Mbok Imah mulai memijit bagian bahuku, pelan tapi mampu membuatku sedikit rileks.
"Non, kenapa harus ngurus sendiri sih, kenapa nggak nyuruh orang saja. " Tanya mbok Imah.
"Takutnya kurang bagus mbok, lagian ini juga buat aku. Jadi nggak apalah. " Jawabku
"Kenapa den Farhan nggak ikut ngantar?" Tanya mbok Imah lagi.
" Mas Farhan sedang sibuk mbok, makanya dia nggak bisa nganter. " Jawabku lagi
"Nonln, maaf ya sebelumnya. Kalau menurut si mbok ya, den Farhan sepertinya nggak serius sama non Caca. " Kata mbok Imah yang membuatku sedikit terkejut.
Mbok Imah adalah salah satu orang yang peduli dengan kehidupan ku. Karna mbok Imah sudah mengasuhku sedari aku kecil. Maka dari itu apapun yang di katakan mbok Imah nggak ada alasanku untuk memarahinya. Dia sudah seperti orang tuaku sendiri.
"Kenapa mbok bisa bicara seperti itu?" Tanyaku penasaran.
"Itu perasaan mbok aja non. Mbok nggak ingin kalau non Caca di permainkan" Mbok Imah selalu berani mengungkapkan apapun yang ada di benaknya.
"Mungkin itu hanya perasaan mbok aja. Kita lihat aja nanti mbok. " Jawabku sambil memegang tangannya yang ada di bahuku. Perkataan mbok Imah mampu membuat pikiranku kacau.
"Mbok, aku tengkurap ya?"
"Iya non"
Aku rubah posisiku menjadi tengkurap. Merasakan pijatan lembut dari tangan mbok Imah perlahan pikiranku yang kalut memudar dan membuatku sampai tertidur.
***
"Non, sudah bangun ??" Tanya mbok Imah yang masuk kamarku sambil membawa keranjang pakaian. Sepertinya mbok Imah selesai menyetrika baju-bajuku.
"Sudah mbok" Jawabku yang masih terbaring di ranjang. Aku lirik jam di dinding, ternyata sudah pukul enam sore.
"Di tunggu Tuan sama Nyonya untuk makan malam."
"Iya.. bentar lagi aku turun mbok, makasih ya"
Setelah mbok Imah keluar dari kamarku, aku beranjak menuju kamar mandi. Dan setelahnya aku akan turun ke bawah.
Dengan rasa malas aku pergi menemui mama dan papa untuk segera makan malam.
Di meja makan sudah tersaji berbagai macam hidangan. Papa dan mama sudah duduk menungguku.
Kami pun segera menikmati makan malam bertiga.
Saat tengah menikmati makan malam, Farhan datang menghampiriku.
"Selamat malam Om Tante, malam sayang. " Sapanya sambil mencium pipiku.
Papa dan mama hanya tersenyum membalas sapaannya.
"Sudah makan? Ayo sini ikut makan bareng " Tawarku
"Sudah kok. " jawabnya
"Pa, aku duluan ya" Ucapku dan langsung pergi meninggalkan papa dan mama yang masih melanjutkan makan malamnya.
"Kenapa nggak bilang kalau mau kesini sih" Tanganku bergelayut manja di lengannya.
"Aku tadi sudah nelpon tapi nggak kamu angkat. Makanya aku langsung kesini" Jelasnya
"Heehe...iya aku ketiduran. Ada apa sih kok sepertinya penting banget"
"Aku mau ke luar kota, mungkin dua hari. Mau urus bisnis yang disana. " Ucapnya.
"Yang, kita udah mau nikah , masa sih kamu nggak bisa cuti dulu. Ini momen penting buat kita lho " aku bicara dengan nada sedikit ngambek.
" Tapi ini juga buat masa depan kita sayang. Ini bisnis besar. Kalau aku menolaknya, aku akan kehilangan omset besar. Aku harap kamu bisa mengerti ya"
Aku terpaksa mengalah lagi padanya. Daripada harus berdebat panjang. Apa benar yang di katakan mbok Imah, kalau Farhan hanya mempermainkan ku.
Aahhh, aku tepis jauh-jauh segala pikiran buruk itu.
Pikiranku sungguh kacau, setelah Farhan pergi aku pun pergi tapi dengan tujuan berbeda. Aku pergi ke cafe tempat biasa aku dan temanku hangout. Aku harap bisa menghilangkan segala prasangka buruk ini setelah bertemu dengan teman-temanku.
Begitu sampai di Cafe aku melihat meja yang aku pesan masih kosong. Ternyata dua teman yang aku ajak hangout belum datang.
Sambil menunggu mereka datang aku menyulut rokokku, menghisapnya begitu dalam, dan menghembuskan perlahan.
"Hai, dah lama nunggu ca, maaf ya telat nungguin ini nih dia masih jalan ma cowoknya. " Ucap Alda salah satu temanku.
"Ya maaf, habisnya dadakan banget. Ada apa sih. kayaknya penting banget. " Kata Firna temanku yang satu lagi.
"Temenin gue minum, pesan aja apa yang kalian mau. Gue lagi stress banget. Seminggu lagi gue mau nikah tapi calon laki gue malah ke luar kota dua hari perjalanan bisnis. Apa nggak bikin gue stress"
Alda dan Firna hanya saling pandang melihatku seperti ini. Karna biasanya aku selalu memberikan kebebasan pada Farhan. tidak pernah banyak menuntut. Apa yang di lakukan Farhan aku tidak pernah ambil pusing. Mungkin aku masih teringat omongan mbok Imah tadi sore. kalau Farhan tidak serius denganku.
Malam semakin larut, aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. aku menginap di apartemen Alda.
Begitu sampai di basement apartemen Alda ,ponselku berbunyi dan aku menerima panggilan itu.
"Halo, siapa nih ? " tanyaku karena tidak ada nama yang tertera di layar ponselku.
"Halo ca, ini gue Rio. Lu dimana ca? " Rio adalah teman kuliahku dulu.
" Gue lagi sama Alda. Ada apa kok tumben lu hubungin gue. Ini udah jam tiga pagi tau. " Omelku
"Nggak penting ini jam berapa, gue liat cowok lu masuk ke kamar hotel bareng cewek"
"Gila lu, nggak usah ngaco ya. Laki gue lagi ke luar kota. Nggak usah lu ngada-ngada. Gue nggak percaya ma elu." Saking jengkelnya aku langsung mematikan panggilan itu sepihak.
Rio mencoba menelpon lagi tapi aku abaikan.
"Siapa sih? " Tanya Alda yang masih sibuk mengatur posisi parkir mobilnya.
"Rio" jawabku
"Kenapa emangnya?" Tanya Alda lagi saat kami turun dari mobil
"Masa dia bilang liat Farhan masuk kamar hotel sama cewek lain,kurang kerjaan banget kan dia, pake acara ngefitnah laki gue" Omelku
"Siapa tau aja Rio bener? " Ucap Alda
"Jadi lu ngebela Rio ? " Aku mendengus kesal mendengar ucapan Alda.
"Bukan ngebela, gimana kalau kita kesana buat ngebuktiin omongan Rio bener atau enggak. Nggak ada salahnya juga kan ?" Ucap Alda mencoba meyakinkanku.
"Udahlah ,gue capek. Mau istirahat dulu. " aku langsung masuk ke apartemennya begitu pintunya berhasil di buka.
Sampai menjelang pagi aku masih belum bisa tidur. Masih memikirkan ucapan Rio. Tiba-tiba ponselku berdering membuyarkan segala pikiran yang ada di otakku.
"Halo Fir, ada apa? ini masih pagi. Gue juga belum tidur. Ngantuk banget gue. Nanti aja ya lanjutin lagi." ucapku random
"eeehhh tunggu tunggu.. Jangan di matiin. Dengerin gue. Sekarang gue ada di hotel Queen. Gue lihat laki lu lagi breakfast disini. Sama cewek, seksi banget dia. Cepetan deh lu kesini. " Firna menjelaskan padaku.
Gila banget, ini masih pagi sudah denger kabar buruk aja. Apa bener yang di katakan Rio. Tanpa pikir panjang lagi aku bangunkan Alda yang masih terlelap di samping ku.
"Alda bangun... Aldaaa... bangun cepetan ikut gue. " Aku goyang-goyangkan tubuh Alda agar segera bangun.
"Ngantuk Ca, gue baru tidur." Rengek Alda dengan mata masih merem
"Udah cepetan bangun ah... cepetan ikut gue." aku langsung berlari ke kamar mandi.
"Mau kemana sih kita Ca, masih pagi nih baru juga jam tujuh. Sumpah gue ngantuk banget." Alda terus aja mengomel.
"Udah nggak usah banyak protes. Cepetan ikut gue" Kataku sambil mengenakan sepatu.
"iya..iya.. duh bawel banget. Tunggu ,gue mau mandi." Ucap Alda seraya bangun dengan malas
"Udah nggak usah mandi. Kita nggak ada waktu lagi. " protesku.
"Bilang dulu mau kemana " Teriaknya dari kamar mandi.
" Mau mergokin Farhan ma cewek itu" Akupun ikut teriak supaya di dengarnya. Tiba-tiba kepala Alda keluar melongok di pintu.
"Jadi sekarang lu udah percaya sama omongan Rio?" Tanya Alda
"Bukan Rio, tapi Firna. barusan dia calling gue. Bilang kalau ketemu Farhan di resto hotel Queen. Makanya kita harus kesana sekarang. Semoga saja dia masih disana"
"Ya udah ayo cepet berangkat. " Alda langsung menarik tanganku.
Sekarang justru Alda yang antusias banget pengen tau yang terjadi sama Farhan. Aku berlari mengikuti langkah Alda yang lebih cepat di banding aku.
"Eh mobil lu kan disana" Aku coba mengingatkan bahwa dia parkir mobil di basement.
" Kelamaan. Pakai nih. " Alda menstarter motor, dan tangan kirinya menyerahkan helm di tanganku.
"Gila lu, kita naik motor ini. Motor siapa ini lu pake." protesku.
"Udah nggak usah banyak protes. " Jawabnya
Dulu Alda memang anak motor, tapi setelah pacarnya meninggal gara-gara balap motor, Alda memutuskan untuk menjual motornya.
Dan yang di pakai kali ini ternyata motor salah satu scurity di apartemennya ini.
"Alda, jangan ngebut doonngg..." Teriakku dari belakang punggungnya.
Semakin aku teriak Alda semakin menarik gasnya lebih tinggi. Kebayang kan naik motor CBR yang gede dengan kecepatan di atas 120km/jam. sedangkan aku sendiri nggak pernah naik motor.
Aku pejamkan mataku karena menahan rasa takut. Dan akhirnya motor berjalan pelan dan berhenti. Saat aku buka mataku, ternyata aku sudah sampai di depan hotel Queen.
Aku lirik jam di tanganku. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit sudah sampai. Benar juga kata Alda lebih cepat naik motor di banding mobil. Apalagi ngebutnya kayak Alda.
Mungkin kalau naik mobil akan memakan waktu sejam lebih. karena jalan dari apartemen Alda ke hotel ini lumayan jauh dan harus memutar jika pakai mobil.
Aku dan Alda langsung memasuki hotel. Aku merogoh ponselku di dalam tas kecilku.
"Halo Fir, lu dimana." ucapku.
"Gue masih breakfast sama laki gue. lu belum berangkat ? " tanya Firna
"Gue baru nyampe skrg gue di lantai dua." jelasku.
"Serius lu??? ya udah lu langsung ke lantai empat aja. " ucap Firna.
Aku dan Alda segera menuju ke tempat yang di maksud Firna. Begitu sampai disana , Firna melambaikan tangannya.
"Mana dia?" tanyaku pada Firna.
"Tuh di ruangan sana. Lu liat aja sendiri" tunjuk Firna ke sebuah ruangan.
Aku langsung kesana di temani Alda. Aku masuk ke ruangan itu. Sebuah ruangan dengan sajian romantis khusus buat yang berpasangan. Disana banyak yang duduk berdua dengan pasangannya.
Pandanganku terhenti begitu menemukan sosok Farhan duduk berdua dengan perempuan. Tangan mereka saling berpegangan, seperti layaknya pasangan kekasih. Aku langsung menghampirinya.
"Oohh... jadi ini yang lu bilang luar kota. Nggak tahunya kamu sama selingkuhanmu. Siapa perempuan murahan ini Hah... Jawab " Teriakku pada Farhan. Banyak pasang mata yang menoleh karena mendengar teriakanku. Tapi aku mengabaikannya.
Farhan langsung bangkit "Sayang, kok kamu disini ?" ucap Farhan terkejut melihatku berdiri di sampingnya. Dia mencoba meraih tanganku, tapi dengan cepat aku menepisnya.
"Jawab gue... " teriakku lagi dengan tangis tertahan.
"Sayang, dengarkan penjelasanku. Ini klienku. Aku nggak jadi keluar kota. Jadi aku meeting disini. " Farhan memberi penjelasan yang tidak masuk akal.
Plaakkk
Dan aku menampar pipi Farhan dengan kerasnya. Dia meringis menahan sakit akibat tamparan ku.
"Sakit ?? Itu nggak seberapa di banding sakit hati gue, karna lu selingkuh di belakang gue. lu bilang ini klien lu, klien di ranjang? Sampai lu nginep di hotel ini berdua sama wanita murahan ini. " Bentak gue.
"Sayang, kita dah mau nikah lho nggak mungkin aku begitu. " Farhan masih saja mengelak.
"Nikah? nggak ada lagi acara nikah. Semuanya batal. Gue nggak mau nikah sama pengkhianat seperti lu. Dasar brengsek. " Ucapku dan segera pergi meninggalkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
sykurlah sadar ke buru ktauan
2022-12-29
0
akmal
di tunggu up nya thor
2019-12-17
2