NovelToon NovelToon

Kesabaran Hati Suamiku

Kekecewaan Hati

Hari yang cukup melelahkan bagiku. Seharian ini aku harus mengurus persiapan wedding party mulai dari pemesanan undangan dan juga pemesanan souvenir. Itu karena Farhan, calon suamiku sangat sibuk di kantornya.

Aku bisa memaklumi hal itu. Farhan menyerahkan semuanya padaku.

Begitu aku tiba di rumah, aku langsung menuju kamar karna ingin sekali untuk istirahat.

"Mbooookkk.... bikinin es lemon tea ya" Teriakku ketika menaiki tangga.

"Iya non" Kawab mbok Imah dari dapur.

aku meneruskan langkahku menaiki tangga dan menuju kamarku.

" Oh ..Kasurku aku merindukanmu" Aku langsung menjatuhkan diri ke kasur.

Tak lama kemudian mbok Imah mengetuk pintu untuk mengantarkan es lemon tea pesananku.

"Non, ini minumannya"

"Iya mbok, makasih ya, taruh aja di situ" Aku menunjuk meja kecil dekat ranjang ku.

"Mau di pijit non" Mbok Imah mendekatiku.

"Boleh deh mbok, badanku pegel semua." Aku merubah posisi tidurku menjadi duduk bersila.

Mbok Imah mulai memijit bagian bahuku, pelan tapi mampu membuatku sedikit rileks.

"Non, kenapa harus ngurus sendiri sih, kenapa nggak nyuruh orang saja. " Tanya mbok Imah.

"Takutnya kurang bagus mbok, lagian ini juga buat aku. Jadi nggak apalah. " Jawabku

"Kenapa den Farhan nggak ikut ngantar?" Tanya mbok Imah lagi.

" Mas Farhan sedang sibuk mbok, makanya dia nggak bisa nganter. " Jawabku lagi

"Nonln, maaf ya sebelumnya. Kalau menurut si mbok ya, den Farhan sepertinya nggak serius sama non Caca. " Kata mbok Imah yang membuatku sedikit terkejut.

Mbok Imah adalah salah satu orang yang peduli dengan kehidupan ku. Karna mbok Imah sudah mengasuhku sedari aku kecil. Maka dari itu apapun yang di katakan mbok Imah nggak ada alasanku untuk memarahinya. Dia sudah seperti orang tuaku sendiri.

"Kenapa mbok bisa bicara seperti itu?" Tanyaku penasaran.

"Itu perasaan mbok aja non. Mbok nggak ingin kalau non Caca di permainkan" Mbok Imah selalu berani mengungkapkan apapun yang ada di benaknya.

"Mungkin itu hanya perasaan mbok aja. Kita lihat aja nanti mbok. " Jawabku sambil memegang tangannya yang ada di bahuku. Perkataan mbok Imah mampu membuat pikiranku kacau.

"Mbok, aku tengkurap ya?"

"Iya non"

Aku rubah posisiku menjadi tengkurap. Merasakan pijatan lembut dari tangan mbok Imah perlahan pikiranku yang kalut memudar dan membuatku sampai tertidur.

***

"Non, sudah bangun ??" Tanya mbok Imah yang masuk kamarku sambil membawa keranjang pakaian. Sepertinya mbok Imah selesai menyetrika baju-bajuku.

"Sudah mbok" Jawabku yang masih terbaring di ranjang. Aku lirik jam di dinding, ternyata sudah pukul enam sore.

"Di tunggu Tuan sama Nyonya untuk makan malam."

"Iya.. bentar lagi aku turun mbok, makasih ya"

Setelah mbok Imah keluar dari kamarku, aku beranjak menuju kamar mandi. Dan setelahnya aku akan turun ke bawah.

Dengan rasa malas aku pergi menemui mama dan papa untuk segera makan malam.

Di meja makan sudah tersaji berbagai macam hidangan. Papa dan mama sudah duduk menungguku.

Kami pun segera menikmati makan malam bertiga.

Saat tengah menikmati makan malam, Farhan datang menghampiriku.

"Selamat malam Om Tante, malam sayang. " Sapanya sambil mencium pipiku.

Papa dan mama hanya tersenyum membalas sapaannya.

"Sudah makan? Ayo sini ikut makan bareng " Tawarku

"Sudah kok. " jawabnya

"Pa, aku duluan ya" Ucapku dan langsung pergi meninggalkan papa dan mama yang masih melanjutkan makan malamnya.

"Kenapa nggak bilang kalau mau kesini sih" Tanganku bergelayut manja di lengannya.

"Aku tadi sudah nelpon tapi nggak kamu angkat. Makanya aku langsung kesini" Jelasnya

"Heehe...iya aku ketiduran. Ada apa sih kok sepertinya penting banget"

"Aku mau ke luar kota, mungkin dua hari. Mau urus bisnis yang disana. " Ucapnya.

"Yang, kita udah mau nikah , masa sih kamu nggak bisa cuti dulu. Ini momen penting buat kita lho " aku bicara dengan nada sedikit ngambek.

" Tapi ini juga buat masa depan kita sayang. Ini bisnis besar. Kalau aku menolaknya, aku akan kehilangan omset besar. Aku harap kamu bisa mengerti ya"

Aku terpaksa mengalah lagi padanya. Daripada harus berdebat panjang. Apa benar yang di katakan mbok Imah, kalau Farhan hanya mempermainkan ku.

Aahhh, aku tepis jauh-jauh segala pikiran buruk itu.

Pikiranku sungguh kacau, setelah Farhan pergi aku pun pergi tapi dengan tujuan berbeda. Aku pergi ke cafe tempat biasa aku dan temanku hangout. Aku harap bisa menghilangkan segala prasangka buruk ini setelah bertemu dengan teman-temanku.

Begitu sampai di Cafe aku melihat meja yang aku pesan masih kosong. Ternyata dua teman yang aku ajak hangout belum datang.

Sambil menunggu mereka datang aku menyulut rokokku, menghisapnya begitu dalam, dan menghembuskan perlahan.

"Hai, dah lama nunggu ca, maaf ya telat nungguin ini nih dia masih jalan ma cowoknya. " Ucap Alda salah satu temanku.

"Ya maaf, habisnya dadakan banget. Ada apa sih. kayaknya penting banget. " Kata Firna temanku yang satu lagi.

"Temenin gue minum, pesan aja apa yang kalian mau. Gue lagi stress banget. Seminggu lagi gue mau nikah tapi calon laki gue malah ke luar kota dua hari perjalanan bisnis. Apa nggak bikin gue stress"

Alda dan Firna hanya saling pandang melihatku seperti ini. Karna biasanya aku selalu memberikan kebebasan pada Farhan. tidak pernah banyak menuntut. Apa yang di lakukan Farhan aku tidak pernah ambil pusing. Mungkin aku masih teringat omongan mbok Imah tadi sore. kalau Farhan tidak serius denganku.

Malam semakin larut, aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. aku menginap di apartemen Alda.

Begitu sampai di basement apartemen Alda ,ponselku berbunyi dan aku menerima panggilan itu.

"Halo, siapa nih ? " tanyaku karena tidak ada nama yang tertera di layar ponselku.

"Halo ca, ini gue Rio. Lu dimana ca? " Rio adalah teman kuliahku dulu.

" Gue lagi sama Alda. Ada apa kok tumben lu hubungin gue. Ini udah jam tiga pagi tau. " Omelku

"Nggak penting ini jam berapa, gue liat cowok lu masuk ke kamar hotel bareng cewek"

"Gila lu, nggak usah ngaco ya. Laki gue lagi ke luar kota. Nggak usah lu ngada-ngada. Gue nggak percaya ma elu." Saking jengkelnya aku langsung mematikan panggilan itu sepihak.

Rio mencoba menelpon lagi tapi aku abaikan.

"Siapa sih? " Tanya Alda yang masih sibuk mengatur posisi parkir mobilnya.

"Rio" jawabku

"Kenapa emangnya?" Tanya Alda lagi saat kami turun dari mobil

"Masa dia bilang liat Farhan masuk kamar hotel sama cewek lain,kurang kerjaan banget kan dia, pake acara ngefitnah laki gue" Omelku

"Siapa tau aja Rio bener? " Ucap Alda

"Jadi lu ngebela Rio ? " Aku mendengus kesal mendengar ucapan Alda.

"Bukan ngebela, gimana kalau kita kesana buat ngebuktiin omongan Rio bener atau enggak. Nggak ada salahnya juga kan ?" Ucap Alda mencoba meyakinkanku.

"Udahlah ,gue capek. Mau istirahat dulu. " aku langsung masuk ke apartemennya begitu pintunya berhasil di buka.

Sampai menjelang pagi aku masih belum bisa tidur. Masih memikirkan ucapan Rio. Tiba-tiba ponselku berdering membuyarkan segala pikiran yang ada di otakku.

"Halo Fir, ada apa? ini masih pagi. Gue juga belum tidur. Ngantuk banget gue. Nanti aja ya lanjutin lagi." ucapku random

"eeehhh tunggu tunggu.. Jangan di matiin. Dengerin gue. Sekarang gue ada di hotel Queen. Gue lihat laki lu lagi breakfast disini. Sama cewek, seksi banget dia. Cepetan deh lu kesini. " Firna menjelaskan padaku.

Gila banget, ini masih pagi sudah denger kabar buruk aja. Apa bener yang di katakan Rio. Tanpa pikir panjang lagi aku bangunkan Alda yang masih terlelap di samping ku.

"Alda bangun... Aldaaa... bangun cepetan ikut gue. " Aku goyang-goyangkan tubuh Alda agar segera bangun.

"Ngantuk Ca, gue baru tidur." Rengek Alda dengan mata masih merem

"Udah cepetan bangun ah... cepetan ikut gue." aku langsung berlari ke kamar mandi.

"Mau kemana sih kita Ca, masih pagi nih baru juga jam tujuh. Sumpah gue ngantuk banget." Alda terus aja mengomel.

"Udah nggak usah banyak protes. Cepetan ikut gue" Kataku sambil mengenakan sepatu.

"iya..iya.. duh bawel banget. Tunggu ,gue mau mandi." Ucap Alda seraya bangun dengan malas

"Udah nggak usah mandi. Kita nggak ada waktu lagi. " protesku.

"Bilang dulu mau kemana " Teriaknya dari kamar mandi.

" Mau mergokin Farhan ma cewek itu" Akupun ikut teriak supaya di dengarnya. Tiba-tiba kepala Alda keluar melongok di pintu.

"Jadi sekarang lu udah percaya sama omongan Rio?" Tanya Alda

"Bukan Rio, tapi Firna. barusan dia calling gue. Bilang kalau ketemu Farhan di resto hotel Queen. Makanya kita harus kesana sekarang. Semoga saja dia masih disana"

"Ya udah ayo cepet berangkat. " Alda langsung menarik tanganku.

Sekarang justru Alda yang antusias banget pengen tau yang terjadi sama Farhan. Aku berlari mengikuti langkah Alda yang lebih cepat di banding aku.

"Eh mobil lu kan disana" Aku coba mengingatkan bahwa dia parkir mobil di basement.

" Kelamaan. Pakai nih. " Alda menstarter motor, dan tangan kirinya menyerahkan helm di tanganku.

"Gila lu, kita naik motor ini. Motor siapa ini lu pake." protesku.

"Udah nggak usah banyak protes. " Jawabnya

Dulu Alda memang anak motor, tapi setelah pacarnya meninggal gara-gara balap motor, Alda memutuskan untuk menjual motornya.

Dan yang di pakai kali ini ternyata motor salah satu scurity di apartemennya ini.

"Alda, jangan ngebut doonngg..." Teriakku dari belakang punggungnya.

Semakin aku teriak Alda semakin menarik gasnya lebih tinggi. Kebayang kan naik motor CBR yang gede dengan kecepatan di atas 120km/jam. sedangkan aku sendiri nggak pernah naik motor.

Aku pejamkan mataku karena menahan rasa takut. Dan akhirnya motor berjalan pelan dan berhenti. Saat aku buka mataku, ternyata aku sudah sampai di depan hotel Queen.

Aku lirik jam di tanganku. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit sudah sampai. Benar juga kata Alda lebih cepat naik motor di banding mobil. Apalagi ngebutnya kayak Alda.

Mungkin kalau naik mobil akan memakan waktu sejam lebih. karena jalan dari apartemen Alda ke hotel ini lumayan jauh dan harus memutar jika pakai mobil.

Aku dan Alda langsung memasuki hotel. Aku merogoh ponselku di dalam tas kecilku.

"Halo Fir, lu dimana." ucapku.

"Gue masih breakfast sama laki gue. lu belum berangkat ? " tanya Firna

"Gue baru nyampe skrg gue di lantai dua." jelasku.

"Serius lu??? ya udah lu langsung ke lantai empat aja. " ucap Firna.

Aku dan Alda segera menuju ke tempat yang di maksud Firna. Begitu sampai disana , Firna melambaikan tangannya.

"Mana dia?" tanyaku pada Firna.

"Tuh di ruangan sana. Lu liat aja sendiri" tunjuk Firna ke sebuah ruangan.

Aku langsung kesana di temani Alda. Aku masuk ke ruangan itu. Sebuah ruangan dengan sajian romantis khusus buat yang berpasangan. Disana banyak yang duduk berdua dengan pasangannya.

Pandanganku terhenti begitu menemukan sosok Farhan duduk berdua dengan perempuan. Tangan mereka saling berpegangan, seperti layaknya pasangan kekasih. Aku langsung menghampirinya.

"Oohh... jadi ini yang lu bilang luar kota. Nggak tahunya kamu sama selingkuhanmu. Siapa perempuan murahan ini Hah... Jawab " Teriakku pada Farhan. Banyak pasang mata yang menoleh karena mendengar teriakanku. Tapi aku mengabaikannya.

Farhan langsung bangkit "Sayang, kok kamu disini ?" ucap Farhan terkejut melihatku berdiri di sampingnya. Dia mencoba meraih tanganku, tapi dengan cepat aku menepisnya.

"Jawab gue... " teriakku lagi dengan tangis tertahan.

"Sayang, dengarkan penjelasanku. Ini klienku. Aku nggak jadi keluar kota. Jadi aku meeting disini. " Farhan memberi penjelasan yang tidak masuk akal.

Plaakkk

Dan aku menampar pipi Farhan dengan kerasnya. Dia meringis menahan sakit akibat tamparan ku.

"Sakit ?? Itu nggak seberapa di banding sakit hati gue, karna lu selingkuh di belakang gue. lu bilang ini klien lu, klien di ranjang? Sampai lu nginep di hotel ini berdua sama wanita murahan ini. " Bentak gue.

"Sayang, kita dah mau nikah lho nggak mungkin aku begitu. " Farhan masih saja mengelak.

"Nikah? nggak ada lagi acara nikah. Semuanya batal. Gue nggak mau nikah sama pengkhianat seperti lu. Dasar brengsek. " Ucapku dan segera pergi meninggalkan mereka.

menikah dengan orang lain

Begitu sampai di rumah aku menceritakan semuanya sama papa dan mama. Papa begitu marah karena merasa di permainkan.

"Papa akan buat perhitungan dengannya" ucap papa penuh amarah.

"Udahlah pa, mungkin Farhan begitu karna punya alasan. " mama masih saja membela Farhan yang benar-benar telah menyakitiku.

"Apapun alasannya, itu nggak bisa di biarin. " Ucap papa lagi

Dari awal memang papa tidak pernah setuju aku punya hubungan dengan Farhan. Hanya saja mama terus membujuk papa dan akhirnya papa mengalah.

Mama yang selalu mendukungku karena Farhan adalah lelaki yang sudah mapan. Farhan juga punya banyak usaha dimana-mana. Maka dari itu mama sangat mendukung hubunganku dengan Farhan.

Apalagi Papa Farhan dan mamaku sudah berteman sejak di bangku SMA sampai kuliah.

Papa lebih suka pada lelaki apa adanya yang lebih mandiri dan bertanggung jawab. Karna bagi papa uang bukan segalanya.

"Pa, terus gimana ini pa, undangan sudah di sebar semua. Apa kata orang jika aku nggak jadi nikah. " kataku dengan Isak tangis.

"Kamu minta maaf aja sama Farhan, jadi Farhan akan tetap menikahi kamu. Daripada kita harus menanggung malu. " Ucap mama.

Mungkin benar juga kata mama. Aku harus menjatuhkan harga diriku demi menyelamatkan nama baik keluarga.

"Aku akan menemui Farhan." Papa hanya terdiam mendengar ucapanku.

"Ca" Papa memanggilku saat aku sudah di ambang pintu, aku pun menoleh "Kamu yakin mau melanjutkan hubungan ini?" Tanya papa tampak ragu. Aku hanya mengedikkan bahuku.

Aku langsung pergi meninggalkan papa dan mama. Aku berniat pergi ke kantor Farhan dan akan meminta maaf padanya.

Aku melajukan mobilku menyusuri jalanan yang masih padat. Mobilku berjalan dengan lamban.

Setelah sampai di kantor Farhan aku langsung menuju ke ruangannya. Dan sekertarisnya datang menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.

"Maaf mbak Caca , pak Farhan sedang ada tamu. " kata sekertaris itu

"Tamu?? perempuan ??" tanyaku mencoba menebak.

Dan sekertaris itu mengangguk dengan perlahan.

"Kamu tenang saja. ini sudah hampir jam istirahat kan? Kamu bisa pergi mencari makan. Ini akan menjadi urusanku" Sekretaris yang sudah mengenaliku itu pun pergi meninggalkanku. Lalu aku berbalik menuju ruangan Farhan.

Aku pun membuka perlahan pintu ruangan Farhan dan betapa terkejutnya saat aku melihat ada wanita di pangkuan Farhan. Mereka saling bercumbu dengan rakusnya. Sampai-sampai tidak menyadari kedatanganku.

"Farhan" Teriakku mengejutkan keduanya. Si perempuan itu langsung turun dari pangkuan Farhan dan merapikan pakaiannya, rok mini yang tersingkap ke atas dan juga kancing kemeja yang sudah terbuka beberapa kancing nya, sehingga terlihat jelas bra berwarna hitam yang menempel di dadanya.

"Wow... kejutan apalagi ini. Aku benar-benar nggak nyangka kamu berbuat seperti ini. Siapa lagi wanita ini? " teriakku di ruangan Farhan, yang aku lihat kali ini adalah wanita yang berbeda dengan tadi pagi.

Wanita itu segera pergi keluar ruangan setelah merapikan pakaian dan rambutnya yang tampak berantakan.

"Sayang aku bisa jelasin" Farhan menghampiriku, dan ingin menyentuh wajahku.

"Jangan sentuh aku, aku jijik dengan kelakuan kamu" Aku tepis tangannya dengan kasar. Terlihat raut wajahnya yang menyeramkan.

"Sudahlah Ca, kamu jangan munafik. Aku sudah mengenalmu cukup lama, kamu juga bukan wanita baik-baik. Kamu sering keluar malam, dugem, mabuk, dan sudah pasti kamu sering tidur bersama gigolo ataupun lelaki-lelaki pemuas nafsu. Sedangkan saat aku mengajakmu sekedar bercumbu saja kamu selalu menolakku. Aku lelaki normal, aku berhak melampiaskan hasrat ku" Farhan berujar yang membuat kepalaku berdenyut.

plak

Sebuah tamparan melayang sempurna di wajah Farhan. Tanganku terasa nyeri, dan pipi Farhan memerah seketika.

"Dasar brengsek kamu. Meskipun aku bejat, sekalipun aku belum pernah menjajakan tubuhku" Aku segera berbalik dan pergi meninggalkan ruangannya.

Air mataku luruh, sehingga menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di kantor Farhan. Aku abaikan mereka.

Aku lajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, beberapa kali aku hampir menabrak dan ditabrak. Karena penglihatan ku sedikit buram akibat air mata yang terus mengalir tanpa di minta.

Sesampainya di rumah, aku menceritakan semuanya pada mama dan papa. Papa tambah geram mendengar ceritaku. Dan kini mama hanya diam tidak banyak bicara.

"Untuk kali ini papa yang akan memilihkan suami buat kamu. Tapi kamu jangan menolaknya. Ini sudah tidak ada waktu buat berpikir lagi." kata papa

"Maksud papa? " Tanyaku penuh kebingungan.

"Papa akan menjodohkanmu dengan seseorang yang bisa mengubah hidupmu jadi lebih baik"

" Siapa pa?" tanyaku pada papa.

" Nanti kamu juga akan tahu. Tapi kamu tidak boleh menolak. Besok kamu jangan kemana-mana. Karna dia akan papa ajak kesini menemuimu" Jawaban papa membuatku semakin penasaran.

"Terserah papa aja " Aku langsung pergi meninggalkan papa dan mama di ruang keluarga.

Aku pergi menemui mbok Imah yang sedang istirahat di kamarnya.

"Mbooookkk.... mbok Imah bener, Ternyata Farhan mempermainkan aku. Aku nyesel mbok" aku terisak memeluk tubuh tua mbok Imah.

"Non , semua sudah terjadi. Mau gimana lagi. Sekarang non nurut saja sama keputusan Tuan. Terima saja apa yang di mau Tuan. Karna nggak mungkin kan kalau orang tua akan menyakiti anaknya. pasti keputusan Tuan yang terbaik." Lagi-lagi mbok Imah memberi nasihat. Dan aku pun menurut pada kata-kata mbok Imah. Sepertinya Mbok Imah sudah tahu dengan rencana papa.

Keesokan hari

"Non, di tunggu Tuan untuk makan siang" kata mbok Imah.

"Kok tumben papa udah pulang. " Kataku heran.

"Tuan mau bicara hal penting juga terkait pernikahan non."

"Ya sudah mbok, bilang sama papa bentar lagi aku mau turun."

Setelah mbok Imah pergi aku pun beranjak menemui papa di ruang makan. Sampai disana aku melihat ada Pak Budi, sopir di kantor papa dan ada satu lagi lelaki yang belum aku kenal.

"Duduk , kita makan siang bersama" Perintah papa padaku saat aku menghampiri papa.

Kami pun mulai menikmati makan bersama.

"Ca, kamu ingat sama Pak Budi ini? " Tanya papa saat aku masih menikmati makan siangku.

"Ingat dong pa, Pak Budi kan sopir papa yang paling setia. " Dan sekilas aku melirik pak Budi , dia hanya tersenyum.

"Dan ini adalah Arka, anak pertama Pak Budi. Arka ini nantinya yang akan menikah denganmu" Jelas papa.

"uhukk..uhukk. "Aku tersedak mendengar penjelasan papa barusan. Dan segera aku minum air putih di depanku.

"Papa bercanda kan pa... ??" Ucapku setelah aku tenang.

"Papa serius. " Jawab papa dengan raut wajah papa yang nampak serius.

"Tapi pa... masa iya aku harus nikah sama anak seorang sopir. Nggak mau ah pa. Apa kata teman-temanku kalau tahu asal usulnya" Aku menolak terang-terangan di hadapan papa dan juga pak Budi.

"JAGA UCAPAN KAMU" suara papa menggema di ruangan yang cukup besar ini.

Semua terdiam mendengar suara papa. Baru kali ini aku mendengar suara papa selantang ini. aku pun tertunduk diam menahan tangis.

"Kalau kamu menolak menikah dengannya, silahkan pergi dari rumah ini tanpa membawa uang sepeser pun." Papa mulai mengancamku dan kali ini papa benar-benar serius dengan ucapannya.

"Tapi pa..."

"Tidak ada penawaran lagi, apa kamu mau kembali pada lelaki brengsek itu?"

Aku tatap lekat wajah papa dan diam sesaat "I..iya pa aku bersedia. " jawabku tanpa berpikir lagi.

"Pak Budi, kita perlu bicara lagi. Temui saya di ruang kerja. " Papa langsung meninggalkan kami. Pak Budi mengikutinya di belakang papa. Aku merasa lega ketika papa pergi dari hadapanku.

Sedangkan di meja makan tinggal aku dan lelaki ini. Entah siapa namanya, aku lupa.

"Eh kamu, dengar ya. Aku mau menikah tapi bukan berarti aku suka sama kamu. Kita emang nikah tapi kita nggak boleh bersetubuh,jadi jangan coba-coba cari kesempatan "

"Iya non saya ngerti, lagipula saya mau menikahi non Caca juga karna ingin membalas kebaikan Pak Hendra. Keluarga saya berhutang budi pada Pak Hendra. " Jawab lelaki ini pelan.

"Bagus lah kalau gitu. terus kamu juga nggak boleh ngatur-ngatur hidupku." Tambahku lagi.

Dia hanya mengangguk mengiyakan.

Beberapa hari kemudian pernikahanku dengan Arka berlangsung dengan megah. Resepsi di adakan di hotel berbintang sesuai dengan rencana awal saat aku akan menikah dengan Farhan. Semua sesuai rencana kecuali pengantin pria saja yang di rubah.

Banyak undangan yang hadir dari rekan bisnis papa dan juga rekan mama. Bahkan teman-temanku semua datang menghadiri undangan ku.

Teman-temanku terkejut melihat Arka yang bersanding denganku. Dan mereka saling berbisik satu sama lain. Entah apa yang di bicarakan aku tak mau ambil pusing.

" Eh ca, nemu dimana lu suami cakep kayak gini. gue kira lu akan dapat yang tampang pas-pasan. ternyata gue salah. Sumpah laki lu cute abis. " Bisik Alda yang berdiri di sampingku.

"Kalau lu mau, bawa aja dah " Jawabku dan kami tertawa.

"Eh, entar gue ambil beneran ,lu bisa nangis darah baru tau rasa deh lu. " Alda terus saja meledekku. Kami pun berkumpul saling bercanda dengan teman lain.

Acara yang cukup panjang dan melelahkan sekali. Hingga malam menjelang barulah acara selesai. Para tamu undangan juga sudah tidak ada lagi.

Aku pun segera menuju kamar hotel yang sudah aku booking. Awalnya aku sudah booking kamar hotel dengan layanan honeymoon, berhubung pernikahanku dengan Farhan batal ya aku cancel aja tuh kamar, dan akhirnya aku booking kamar biasa aja buat aku dan Arka ,toh aku dan Arka juga nggak bakalan pakai acara romantis-romantisan. .

Aku dan Arka tiba di kamar hotel untuk segera istirahat.

"eh Lu, tidur di sofa ya. Gue yang disini." kataku sambil menunjuk kasur kingsize di depanku.

Arka hanya mengangguk, lalu berjalan menuju kamar mandi. Aku masih sibuk memainkan ponselku, membalas satu persatu chat dari teman-temanku. Hampir semua temen - temenku yang cewek memuji penampilan Arka.

Aku akui Arka bukan lelaki yang buruk. Dia tampan dan berbadan kekar. Bahkan hari ini Arka tampak berbeda dari awal aku bertemu. Dia tampak begitu sempurna di mata setiap cewek yang melihatnya. Tapi sayangnya aku nggak tertarik dengannya.

Entah sejak kapan aku tertidur , sampai akhirnya aku terbangun karena merasa haus sekali. Aku geser layar ponselku untuk melihat jam. Ternyata masih jam tiga pagi. Dengan malas aku turun dari ranjangku. Aku lirik sofa tempat Arka tidur. Tapi dia tidak terlihat di sana. Hanya ada bantal dan selimut yang tampak berantakan.

Aku terus berjalan untuk mengambil air yang ada di dekat meja TV. Saat aku berjalan melewati pintu kamar mandi langkah kakiku terhenti karena mendengar suara seseorang sedang bicara. Ternyata Arka ada di dalam kamar mandi. Dia sedang bicara di telpon dengan seseorang. Karena penasaran aku mencoba menguping dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Aa' melakukan ini karena terpaksa, Tidak ada pilihan lain..." Suara Arka terdengar sedikit berbisik, tapi masih terdengar jelas.

"Aa' berdoa buat Eneng ,supaya Eneng dapat jodoh yang di ridhoi Allah. Ini jalan kita neng, kita nggak berjodoh di dunia. Mulai sekarang Eneng jangan lagi hubungi Aa' , karena sekarang Aa' sudah beristri "

Aku tertawa dalam hati, ternyata si Arka sudah punya pacar yang terpaksa di tinggal karena harus menerima perjodohan denganku.

Tak lama kemudian Arka menutup sambungan telpon dengan pacarnya. Aku pun segera berlari supaya tidak ketahuan. Aku langsung berlari menuju meja yang ada botol airnya. Aku pun meminumnya, dan aku melihat bayangan Arka keluar dari kamar mandi.

"Non, sudah bangun? " Tanya Arka yang tampak kaget melihatku berdiri disini.

"Iya, habisnya kayak ada orang sedang ngobrol, jadinya aku kebangun" Aku menjawabnya dengan sindiran,

"oh maaf non kalau suara saya menganggu tidur non Caca. Tadi saya lagi nelpon." Seperti ada penyesalan dari suaranya karena telah membangunkan ku. Padahal aku hanya terbangun karena merasa haus. Hampir saja mulutku kelepasan tertawa. Untungnya aku masih bisa kontrol diri.

"Emang nelpon siapa di jam segini?? " Tanyaku seolah ingin tau sejauh mana kejujurannya.

"oh itu, itu pacar saya yang di kampung. Tapi saya sudah bilang kalau saya harus putus dengannya. " Jawaban Arka sedikit gugup, tapi dia benar-benar jujur.

"Kenapa harus putus , kan kalian saling cinta?" tanyaku menggodanya.

"Meskipun saling cinta, tapi hubungan itu sudah tidak boleh di biarkan saja. Karna saya sudah punya istri ." katanya Arka lagi.

"Harusnya kamu jangan putus sama dia. Kamu boleh kok tetap pacaran sama dia. Nggak masalah bagiku. Kita nikah juga bohongan kan." Ucapku yang pasti akan membuatnya bahagia.

"Pernikahan kita memang terjalin karena paksaan. Tapi aku sudah mengucap janji dengan Allah. Janjiku dengan Allah tidak main-main. " kata-kata Arka terdengar tegas.

Ternyata dia tidak senang dengan kesempatan yang sudah aku berikan. Kenapa dia malah menganggap serius pernikahan ini.

"Apa non akan tidur lagi? " Tanya Arka padaku.

"Enggak, ngantuk ku dah hilang dengar suara kamu." Aku segera duduk di depan TV. Dan mulai menyalakan TV.

"kalau gitu, ayo kita sholat Tahajud, biar hati tenang"

Hah... shalat ...??... Aku langsung tercengang mendengar ajakannya..

"Kamu aja yang sholat aku ngantuk." langsung saja aku tinggalkan dia yang masih berdiri dengan wajah kebingungan.

aduuhh papa kenapa kamu menikahkan putrimu ini dengan orang alim sih pa....

Berpura-pura

Setelah ceckout dari hotel aku dan Arka langsung pulang ke rumah. Aku melihat mobil papa terparkir di garasi. Begitu juga dengan mobil mama. Karna hari ini adalah weekend. Makanya papa dan mama ada di rumah.

Begitu masuk ke rumah, papa dan mama menyambutku bahagia di ruang keluarga.

"Anak mama sudah pulang, gimana malam pertamanya ?? " Kata -kata mama seolah menggodaku... sungguh menyebalkan.

"Apaan sih ma , norak banget" Sewotku pada mama, dan aku pun pergi melewati mama untuk duduk di sofa.

"Yahhh... Gitu aja ngambek." kata mama sambil melihatku yang tengah duduk dengan mendekap bantal di dadaku.

"Mungkin non Caca capek Bu" Arka mencoba membelaku.

Aku melihat raut wajah papa berubah ketika Arka berbicara.

" Apa kata kamu, non Caca ??? Arka dengarkan baik-baik. Kamu dan Caca sudah menikah ,sudah sah jadi suami istri, nggak pantas kamu panggil Caca dengan sebutan non... Dan satu lagi kamu panggil kami papa dan mama. Sama halnya Caca memanggil kami ya"

Ucap papa sambil merangkul Arka, dan mengajak Arka untuk duduk di sofa. Arka pun mengikuti papa.

Kami berempat berbincang sampai tak terasa waktu sudah siang.

"Ma, aku mau ke kamar dulu ya , mau istirahat. "Kataku pada mama. Mama hanya mengangguk sambil mengusap kepalaku.

" Kamu juga istirahat Arka, sana ke kamar sama istrimu. " kata papa pada Arka.

" Arka biar tidur di kamar tamu aja pa" Kataku pada papa.

"Lho kenapa, kalian kan suami istri masa harus tidur terpisah. " Mama ikut menimpali.

"eh, maksudku kamarku kan belum di beresin, masih berantakan gitu. Jadi aku suruh istirahat dulu di kamar tamu. Aku mau beresin kamar dulu. Iya gitu maksudku ma." Ucapku kebingungan.

"Udah di beresin kok sama mbok Imah. " Jawab mama lagi.

"Oohh ya sudah kalau gitu. Ayo kita ke kamar" Kataku sambil menggandeng tangan Arka. dan meninggalkan papa dan mama yang masih mengobrol di ruang keluarga. Papa hanya tersenyum melihat tingkahku. Aku terpaksa melakukan ini di depan mereka.

Sesampainya di kamar aku langsung melepaskan tanganku dari tangan Arka.

"Jangan kesenangan ya, aku ngajak kamu tidur disini." ucapku ketus pada Arka dia hanya tersenyum.

"Dimana kamar mandinya ??" tanya Arka saat aku sedang memainkan ponselku.

"tuuuhhh.... " tunjukku hanya dengan memonyongkan bibirku.

Arga segera masuk ke kamar mandi sambil membawa handuk yang tadi di ambilnya di atas meja.

Aku mulai chat Alda dan juga Firna tapi mereka tampaknya sedang sibuk , hingga tak satupun chat ku yang mereka balas. Karna merasa mulai bosan, maka aku putar musik dari ponselku yang aku hubungkan dengan Speaker Bluetooth agar suaranya lebih mantap. Aku pun ikut bernyanyi mengikuti alunan musik yang aku putar.

Saat sedang enak-enaknya bernyanyi tiba-tiba saja musik terhenti. Aku pun menoleh, ternyata Arka yang mematikannya. Dia sudah berdiri tegak dengan mengenakan baju Koko dan sarungnya.

"Ngapain di matiin sih ?,ganggu orang saja. " aku berkata dengan nada sewotku.

"Ini waktunya sholat , lebih baik sholat dulu. " Ucapnya dengan suara santai tanpa dosa.

"kalau mau sholat ya sholat aja, ngapain harus ganggu orang lain." aku pun tak mau kalah dengannya. Aku lihat dia hanya berdecak dan menggelengkan kepala.

Aku masih terus melihatnya, dia mengabaikanku, mungkin karena tidak mau lagi berdebat denganku. Aku melihat setiap gerakannya. Dihamparkannya sajadah di hadapannya. Dan dia memulai sholatnya.

Sedangkan aku mulai sibuk dengan ponselku lagi, karna Firna sudah membalas chat yang tadi aku kirim padanya. Aku mengajaknya buat hangout bareng lagi, tapi dia menolakku kali ini dengan alasan nggak enak sama suamiku. Alasan yang tidak masuk akal menurutku.

Di tengah kejengkelanku tiba-tiba ada tangan menjulur di hadapanku. Sontak membuatku kaget dan aku pun menepisnya setelah tau bahwa itu tangan Arka.

"Apa sih kamu tuh, ganggu aja dari tadi. " Aku pun langsung emosi dengan kelakuannya.

" Aku nggak ganggu, aku hanya minta kamu cium tangan suami kamu, aku habis sholat. " Arka menjelaskan maksudnya.

"Aku cium tangan kamu??? ogahh.. jangan ngelunjak ya kamu. Baru sehari aja udah berani kamu sama aku" aku pun tak segan menunjuk mukanya dengan ujung jari telunjukku.

"Maaf" Hanya itu yang di ucapkan Arka di depanku. Dan dia langsung pergi keluar kamar dengan tetap mengenakan baju Koko dan sarungnya.

Aku langsung mengikutinya, aku takut kalau dia akan mengadu pada papa ataupun mama. Langkahku terhenti saat aku melihat Arka sedang bicara dengan Mbok Imah di dekat kamarnya.

Setelah mereka bicara sedikit mbok Imah langsung masuk kamar dan tak lama keluar lagi membawa sesuatu dan di berikan pada Arka. Arka menerimanya dan kembali berjalan ke samping rumah.

Aku terus mengikutinya dari kejauhan. Arka terus berjalan dan berhenti di bangku taman yang ada di halaman samping rumah. Arka membuka barang yang di berikan mbok Imah tadi dan mulai membacanya.

Ternyata yang di berikan Mbok Imah adalah sebuah Alquran. Arka membacanya dengan suara yang sayup-sayup terdengar merdu. Aku terus memperhatikannya dari balik jendela kaca yang tertutup dengan selembar kain tipis.

Sebuah tepukan tangan aku rasakan di pundakku dan membuatku terkejut. Aku pun menoleh dan ternyata Bayu, kakakku yang seorang nahkoda pulang. Aku pun langsung memeluknya karna sangat merindukannya.

"Liatin apa sih kakak panggil-panggil sampai nggak denger ?". ucapnya saat aku memeluknya, aku pun melepas pelukanku dan menarik tangannya untuk pergi dari tempat itu.

"Nggak ada kak, aku nggak liat apa-apa. " jawabku sambil terus menariknya untuk duduk di sofa yang ada di ruang keluarga

"Kenapa kakak nggak bilang sih kalau mau pulang? Kan aku bisa jemput kakak. Terus nyiapin party surprise buat kakak. " aku terus menggerutu manja padanya.

"Takut ganggu pengantin baru" goda kak Bayu sambil menarik hidungku.

"aaahhh ... kakak... sakit tau.." sambil aku usap-usap ujung hidungku. Dan kamipun bercerita sambil bercanda untuk melepas rindu.

Dari kecil aku memang selalu manja dengan kakakku ini. Karna hanya dia saudaraku satu-satunya. Sejak SMP aku sudah jarang bertemu dengannya. Karna sejak dia lulus di sekolah pelayaran dia jarang pulang. Bahkan sampai setahun lamanya. Karna dia berlayar di Eropa. Aku selalu merindukan kehadirannya. Maka dari itu karna merasa kesepian aku selalu mengajak teman-temanku hangout untuk bersenang-senang.

Awalnya papa dan mama sangat marah begitu tau aku sering pulang malam, sering minum, merokok, nongkrong di cafe, dan pergi ke club malam. Tapi apa boleh buat mereka tidak bisa menghilangkan rasa kesepian ku, mereka lebih sibuk mengurus bisnisnya. Bahkan dari aku kecil mbok Imah lah yang di bayar untuk selalu menyiapkan segala kebutuhanku.

"Assalamualaikum...?" Arka masuk dan menyapa Kak Bayu

"Waalaikumsalam..." sahut kakakku. Dan mereka berjabat tangan.

"Gimana kabarnya bang?" Tanya Arka pada kakakku.

"baik.... ayo sini, duduk kita ngobrol disini. Daripada di luar sana, nanti ada yang ngintipin." Kata kakkaku menyindir, karna waktu dia datang dia melihatku sedang mengintip Arka.

"Kak apaan siiihh...?" Aku pun bergelayut manja pada kakakku.

"Eehh... ingat kamu sudah punya suami, nggak boleh manja-manja kayak gini.hahaha" Kak Bayu pun tertawa. Saat seperti inilah yang selalu aku rindukan.

"Ya nggak papa dong kak, aku kan kangen sama kakak. " Bahkan tanganku pun tidak aku lepaskan, tetap bergelayut manja di lengan kak Bayu.

"Gimana kabar Ibumu Arka ? aku dengar dari papa, ibumu sedang sakit. " Kak Bayu menghentikan candaannya denganku, dan dengan serius mulai berbicara dengan Arka.

"Alhamdulillah... sekarang sudah agak mendingan. makanya bisa di tinggal. " Jawab Arka.

"Kamu memang anak baik Arka, kamu mengorbankan masa depanmu demi orang tuamu, terutama ibumu. Bahkan kamu rela berhenti kuliah demi mengurus ibumu yang sakit. Tidak salah papa memilih kamu untuk jadi suami adikku yang bandel ini"

"Nggak usah berlebihan gitu bang" Jawab Arka dengan wajah yang sudah memerah karena malu.

Kata papa sih, dulu waktu kecil Arka adalah teman bermain kak Bayu , karna Ibu Arka dulu bekerja sebagai ART di rumahku. Ketika hamil anak kedua, ibu Arka memutuskan untuk berhenti bekerja disini dan kembali ke kampungnya di Bogor. Waktu itu aku masih belum lahir. Aku terlahir dua tahun kemudian setelah Ibu Arka berhenti bekerja.

Tiba-tiba Kak Bayu berdiri dan duduk di samping Arka. Tangannya menepuk pelan pundak Arka. Dengan raut wajah yang serius Kak Bayu mulai bicara pada Arka.

"Arka aku nitip adikku sama kamu. Aku percaya sama kamu, kamu pasti bisa menjaganya. Kamu harus sabar menghadapi semua sifat buruknya. Karna nggak mungkin aku terus bersama adikku apalagi dengan posisi seperti ini. Sekarang kamu yang bertanggung jawab atas adikku." Kata Kak Bayu kemudian.

"Kakak apaan sih, aku kan bukan anak kecil lagi. Aku bisa jaga diri. Nggak butuh orang lain buat menjagaku. " Aku pun berkata dengan nada kesal pada kak Bayu. Kak Bayu menatap tajam mataku menandakan bila ucapannya serius.

"Iya bang, aku pasti akan menjaganya apalagi dia adalah istriku yang sah. Tanpa diminta pun aku pasti melakukannya. Meskipun ini ujian terberat dalam hidupku" Ucapan Arka benar-benar membuatku tercengang mendengarnya.

"Dan buat kamu Ca, dengarkan kakak dan jangan membantah. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Kamu harus menurut apa kata suami kamu dan jangan pernah melawan suami kamu. Walaupun pernikahan kalian di dasari bukan dengan cinta, tapi suatu saat cinta itu akan datang dengan sendirinya. Dari dulu memang papa dan kakak sudah berencana menjodohkanmu dengan Arka. Hanya saja papa nunggu waktu yang tepat . Mungkin ini sudah takdir dari yang di atas memberikan jalan seperti ini. Kakak sarankan ada baiknya jika kalian tinggal di rumah sendiri agar lebih mandiri" Ucap kak Bayu panjang lebar.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Kak Bayu. Nggak nyangka ternyata kakakku bisa sebijak itu. Ada benarnya juga yang dikatakan kak Bayu.

"Tapi saya masih belum bisa kalau harus beli rumah mewah bang. Mungkin hanya bisa membeli rumah yang biasa dan itupun saya harus menjual kebun lebih dulu. Apa Caca mau tinggal di rumah yang sederhana?? " Ucap Arka sambil melirikku.

"Masalah rumah kalian jangan kawatir, sudah aku siapkan. Kalian mau rumah yang sudah jadi atau kalian mau rumahnya di desain sendiri itu terserah kalian. Pilih yang mana??" Kak Bayu memberi penawaran.

"Nggak usah bang, masalah rumah nanti biar saya saja yang urus. Saya bisa jual kebun di kampung dan di belikan rumah disini." Arka menolak tawaran kak Bayu.

"Arka, bukannya aku merendahkan kamu. Tapi ini hadiah pernikahan kalian dariku, aku tidak bisa menghadiri acara terpenting dalam keluargaku. Sebagai gantinya aku memberikan rumah buat kalian. Gimana?? "

"Tapi ini berlebihan bang." Arka terus saja menolak dengan halus.

"Sudah, tidak ada alasan lagi. Tidak boleh di tolak. Hargai pemberianku ya."

Akhirnya Arka setuju untuk menerimanya.

"Baiklah, nanti kita lihat rumahnya, kalau kalian tidak suka, kita cari ke tempat lain ya. Atau kalian mau desain sendiri juga boleh. Sekarang aku mau nemuin papa dulu ya. "

Kak Bayu langsung berdiri dan pergi meninggalkan kami. Aku melihat raut wajah Arka yang masih penuh dengan keraguan.

"Udah terima aja tawaran kakakku, gitu aja kok repot." Ucapku padanya. tapi dia hanya diam tidak merespon ku sama sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!