Aku merasakan guncangan kecil di bahuku, aku membuka mata perlahan. Saat membuka mata, wajah Arka terlihat jelas di hadapanku meskipun dalam gelap.
" Kita sudah sampai, ayo bangun." Ucapnya dengan lembut.
Aku menegakkan dudukku melihat kursi depan tempat kak Bayu tidur. Kak Bayu sudah tidak ada di tempatnya.
"Kakakmu sudah masuk dan istirahat. " Arka tau apa yang ada di pikiranku. Dia berkata sedangkan aku belum bertanya.
"Awas... " Aku mendorong tubuh Arka yang tadinya condong ke hadapanku. Aku pergi meninggalkannya dan segera masuk kedalam rumah.
Sampai di dalam aku bertemu dengan mbok Imah.
"non, mau mandi biar mbok siapkan air hangat." kata mbok Imah meletakkan teko kaca di meja makan lengkap dengan gelas kacanya.
" Boleh deh. Kok sepi mbok. papa dan mama kemana? " Tanyaku sambil menuang segelas air putih kemudian meneguknya.
"Pergi kondangan non"
"Sudah lama?" tanyaku lagi.
"Sekitar sejam yang lalu non."
Aku menarik kursi di sebelahku untuk aku duduki. Aku mengambil ponsel di dalam tasku.
"Non, mbok tinggal ke atas dulu ya, siapin air buat mandi" mbok Imah segera menaiki tangga.
"Mbok, biar saya saja yang siapkan airnya. " Kata Arka yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.
"Nggak papa den, biar mbok saja. " Tolak mbok Imah
"Udah, mbok ke kamar saja. biar saya saja yang siapkan. " Kata Arka lagi.
Dan mbok Imah pun kembali menuruni tangga dan masuk ke kamarnya. Aku masih sibuk dengan ponselku. Aku membalas chat dari teman-temanku. Mereka mengajakku ketemuan di tempat biasa.
Setelah memasukkan ponselku ke dalam tas, aku segera berlari menaiki tangga. Aku buka pintu kamarku dan aku tutup kembali. Aku melihat Arka sedang sholat.
Aku mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Ternyata Arka memang menyiapkan air hangat untukku. Aku pun segera mandi, dan setelah itu aku segera berganti pakaian.
Aku keluar dari ruang ganti dan duduk di depan meja riasku, mengambil kotak make up dan mulai mengoleskan make up ke wajahku tipis-tipis.
"Mau kemana sudah jam segini?" Tanya Arka dan aku pun menoleh padanya ,kulihat dia sedang menutup Alquran yang baru saja di bacanya.
"Bukan urusanmu" Jawabku ketus.
"Jelas ini urusanku, kamu istriku. Dan tidak baik jika keluar malam-malam apalagi tanpa ijin dari suami. " Arka mulai mengomel tapi tetap dengan nada yang lembut.
"Dari awal aku sudah bilang jangan pernah mengatur hidupku. Udahlah nggak usah rempong. Aku mau pergi. " Aku langsung berdiri tanpa menyisir rambutku . Aku raih tas yang ada di atas kasur. Dan segera pergi meninggalkannya.
"Aku akan ikut denganmu" Aku mengabaikan ucapannya dan terus berjalan keluar kamar.
Saat menuruni tangga aku melihat Kak Bayu sedang duduk di meja makan.
"Ca, mau kemana malam-malam gini?" tegur kak Bayu
"Mau ngopi di luar bang, Abang mau ikut? " Jawab Arka yang tiba-tiba muncul di belakangku.
"Oh sama kamu Arka, Aku nggak enak badan. Kalian pergi saja, nikmati waktu berdua kalian sebaik mungkin " Jawab kak Bayu.
Aku pun merasa lega karena kak Bayu nggak jadi ikut. Aku pun berlalu meninggalkan kak Bayu.
Begitu pintu mobil aku buka, Aku segera duduk di kursi depan. Dan menutup pintu mobil dengan keras. Aku mulai menyisir rambutku dan merapikannya.
"Ngapain sih kamu pake nawarin kak Bayu supaya ikut. Kalau ikut beneran gimana?" Aku pun berbicara dengan nada kesal.
"Kalau mau ikut ya di ajak gitu aja kok repot" Jawab Arka dengan entengnya.
" Kamu tuh ya... uuhhhh" aku pun menggenggam kedua tanganku menandakan kekesalanku pada Arka.
Tak lama kemudian mobil melaju dengan kecepatan sedang keluar kompleks menuju jalan raya yang mulai agak lengang.
"Ini mau kemana? " Tanya Arka.
"Udah jalan aja dulu, nanti kalau mau belok aku kasih tau. " Jawabku tidak menoleh sedikitpun padanya, mataku terlalu fokus dengan ponselku.
"Cepetan dikit napa sih, lelet banget. teman-temanku dah pada nungguin." gerutuku dengan kesal.
" Bilang aja dulu mau kemana biar aku bisa ngebut"
"jalan Cempaka" jawabku singkat.
"Oohhh...."
Dan benar yang di katakannya dia langsung tancap gas begitu tau yang di tujunya. Tapi kan selama ini dia diam di kampung, bagaimana mungkin dia tau daerah sini. Apa mungkin dulu dia pernah tinggal di daerah sini, atau mungkin dulu dia seorang driver sama dengan bapaknya. Ah sudahlah pikiranku kacau memikirkan hal itu.
Dalam waktu singkat, kami pun sampai di depan Club malam tempat biasa aku janjian ma teman-temanku.
"Kenapa harus janjian di tempat gini sih? " Arka mulai menggerutu saat tau tempat yang di tuju adalah sebuah Club malam. Secara dia kan alim, rajin ibadah, pasti anti banget masuk tempat beginian.
"Emang kenapa? Nggak suka? ya udah kamu pulang aja biar aku aja yang masuk ketemuan sama teman-temanku. Beres kan? " Aku segera membuka pintu mobil dan menutupnya kembali.
"Ca, tunggu... " Teriak Arka saat keluar dari mobil. Dan berlari mendekatiku.
"Aku akan temani kamu." Katanya kemudian.
"Ya udah ayo buruan." Ucapku sambil berjalan di depannya.
Di dalam tampak penuh sehingga aku sedikit kesulitan mencari teman-temanku. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Saat aku menoleh ternyata itu Firna. Aku pun segera memeluknya .
"Haiii... mana yang lain ?" Tanyaku.
"Tuuuhhh .." ucap Firna memonyongkan bibirnya.
"Sama siapa lu kesini ? sendiri? " Tanya Firna dengan setengah berteriak di telingaku. Maklumlah suara bising musik terdengar sangat keras. Sehingga perlu suara super agar terdengar lawan bicara.
Aku hanya menjawab pertanyaan Firna dengan melirik Arka.
"Cieeee,... sekarang punya bodyguard nih..." Goda Firna sambil mencolek lenganku.
"iisshh... apaan sih.. yuk ah gabung kesana. " Kataku dan meninggalkan Arka yang terus membuntutiku.
Aku langsung duduk untuk bergabung dengan teman-temanku.
"Heee.... pengantin baru... kirain lu nggak datang" teriak Alda.
"Ayo duduk sini mas" kata Firna mempersilahkan Arka duduk di sebelahku.
Aku membuka jaket kulitku agar lebih leluasa. Belum terbuka sempurna Arka menarik kembali jaketku agar tetap terpakai.
"Jangan di buka, pakai saja ." Bisiknya di telingaku.
Karna tidak mau terlihat berdebat di depan yang lainnya, terpaksa aku memakainya kembali.
"Ayo bro minum" Kata Leo pacar Firna sambil menyodorkan segelas minuman pada Arka.
"Maaf saya tidak minum." Tolak Arka dengan halus.
"Serius nggak minum, trus ngapain lu masuk sini." Ucap Leo lagi.
"Saya kesini menemani istri saya. " Ucap Arka tetap dengan sopan.
"Ya terserah dah, kalau lu nggak mau minum, biar istri lu aja yang minum. Nih Ca... " Leo menyodorkan segelas minuman padaku. Dengan sigap Arka menepisnya.
"Maaf, saya sebagai suaminya tidak mengijinkan Caca untuk minum" Suara Arka terdengar sangat tegas.
"Apaan sih, biasa aja kali. minum gini doang aja nggak boleh. Nggak usah norak deh." Kataku sambil mengambil botol yang ada di hadapanku dan segera meneguknya tanpa pakai gelas. Arka menarik botol yang sedang aku minum. Dan tumpah ke bajuku.
"Sudah cukup Ca, kita pulang saja" Arka berdiri dan menarik tanganku. Aku pun tak mau kalah dengannya. Aku dorong sekuat tenaga sampai tubuhnya terjatuh di sofa yang tadi di dudukinya.
"Sudah cukup Arka, kamu nggak usah mempermalukan aku kayak gini. Sekarang juga kamu keluar dari sini." Aku pun bicara dengan suara yang cukup keras. Sehingga orang di dekatku banyak yang menoleh ke arahku.
Aku melirik sekelilingku, banyak pasang mata yang melihat perdebatan ini. Arka segera bangun dan pergi dengan wajah yang sangat merah menahan amarahnya.
"Ca, lu keterlaluan banget ya. Itu laki lu. Lu tega ya sama dia" Alda mendekatiku dan berkata seperti itu.
"Ngapain lu belain dia. Lu suka, ambil sana" Teriakku pada Alda. Alda pun berlari keluar tanpa bicara apapun lagi. Aku mencoba menenangkan diri. mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Udah Ca, tenang. Duduk yuk, semua ngeliatin lu." Bisik Firna di telingaku. Aku melihat sekelilingku.
"Sorry guys, kita bisa lanjutkan lagi ya. Sekali lagi sorry ya." ucapku sambil mengatupkan kedua tanganku tanda minta maaf telah membuat keributan. Dan seketika mereka pun kembali ke kegiatan masing-masing.
Aku pun kembali duduk dan mulai minum dengan teman-temanku. Entah sampai berapa botol aku menghabiskan minuman itu. Sampai kepalaku pusing ,merasa mual, dan akhirnya tak ingat apa-apa lagi.
Saat aku mulai sadar aku coba untuk membuka mataku. Aku sudah berada di atas ranjang. Aku paksakan untuk duduk meskipun kepalaku terasa berat dan pusing. Aku lihat sekelilingku , aku kenal tempat ini. Ini kamar Alda.
Aku lihat pakaianku sudah ganti dengan pakaian tidur Alda.
"Duuhh... pusing banget kepalaku." Gerutuku sendirian sambil meremas kepalaku.
Aku mendengar pintu kamar terbuka. Alda masuk membawakan minuman.
"Lu sudah bangun? " Tanya Alda padaku yang melihatku sudah terduduk di ranjangnya.
"he eh.. kenapa gue bisa disini ?" Tanyaku pada Alda.
"Semalam gue nyuruh laki lu pulang duluan tapi dia nolak. Dia milih nunggu lu di parkiran. Karena gue kasihan, ya gue temenin laki lu. Sampai akhirnya lu keluar dalam keadaan mabuk berat. Bahkan lu muntah di badan laki lu. Bajunya kotor kena muntahan lu. " Aku hanya melongo mendengar cerita Alda.
"serius gue kayak gitu? "
"mobil lu juga banyak kena muntahan lu tuh. "
"Trus sekarang Arka kemana?" tanyaku.
" lagi ngopi, baru datang habis bersihin mobil lu. Makanya semalem gue larang Arka bawa lu pulang. Mending nginep sini. Bisa panjang nanti urusannya kalau lu pulang ke rumah . " Kata Alda lagi.
"Makasih ya beb, lu selalu peduli ma gue. maafin kata-kata gue semalem , gue emosi." kataku sambil meluk Alda
"Gue maafin lu, asal jangan lu ulangin lagi. Lu harus sadar lu dah punya laki. Nurut ma laki lu. Gimana pun dia peduli ma lu." kata Alda
"mulai dah, kumat jiwa keibuannya." Ledekku pada Alda, sambil melepas pelukannya.
"Terserah apa kata lu, yang penting sebagai sahabat gue dah ingetin lu. "
"Siap madam hahaha" Aku pun nyengir di hadapannya. Alda hanya tersenyum melihat tingkahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Caca ini menurutku agak sombong
2020-09-22
2
taki
suka nih ceritanya
2020-06-23
2
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
ya pnts aja pacarnya dlu selingkuh.lah kelakuan Caca aja ky gini suka keluyuran mlm mlm
2020-05-12
2