Mara online.
P?
P?
Frans?
Kamu kenapa dari seminggu kemarin gak hubungi aku?
Baca atau jawab kek pesan dari aku!
Frans!
Kalau kamu gak balik ke Indonesia secepatnya, aku benar-benar bakal dinikahin sama orang yang gak aku kenal sama sekali.
Kamu rela aku nikah sama orang lain?
Please!
Balik besok dan temui orang tua aku secepatnya.
Aku tunggu kabar dari kamu Frans.
Aku sayang sama kamu dan cuma mau nikah sama kamu.
Love you Frans ♡
Mara membanting hapenya ke sembarang tempat karena tak kunjung mendapat balasan dari pria yang bernama Frans itu, kemudian ia menenggelamkan seluruh tubuhnya dibalik selimut.
Keesokan paginya, Mara terbangun lebih pagi dari biasanya.
Ia mencari-cari di mana semalam ia membuang hapenya.
Akhirnya hape tersebut ia temukan di bawah ranjang.
Ia segera memeriksa hapenya, berharap mendapat balasan dari pacarnya yang bernama Frans itu.
Nihil, Mara tak menemukan pesan dari siapapun di sana.
Bahkan operator pun tak mengirim pesan padanya.
"Rupanya kamu mau main-main ya Frans sama aku ... lihat aja, ku bakal jemput kamu ke Jepang hari ini juga!" ujar Mara kesal.
Setelah berkata seperti itu, Mara memesan tiket pesawat secara online.
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi.
Mara menghampiri kamar orang tuanya yang masih terkunci rapat.
Ia mengetuk pintu dan berteriak memanggil mamanya hingga beberapa kali, sampai akhirnya Sarita membuka pintu kamarnya dengan keadaan setengah sadar.
Sarita bersandar di pintu.
"Ini jam berapa? Kenapa kamu gedor-gedor pintu?" tanya Sarita sambil menguap dan mengucek matanya.
"Mara hari ini mau ke Jepang."
"Kamu gak lagi ngelindur, kan? Ngapain ke sana?" tanya Sarita penuh keheranan, kini ia sudah sadar sepenuhnya.
"Aku bakal bawa orang yang aku cintai ke hadapan Papa sama Mama," ucap Mara dengan segenap keyakinan yang ia miliki.
"Kamu serius?" Sarita memastikan.
Mara hanya mengangguk.
Loies yang sudah terbangun rupanya mendengar percakapan antara ibu dan anak itu.
"JANGAN MACAM-MACAM! PAPA DENGAR!" teriak Loies dari dalam kamar.
"GAK USAH NGEGAS!" balas Mara dengan teriakan.
Sarita menghela napas.
"Kamu yakin ada pacar?"
Wanita yang usianya hampir setengah abad itu tak percaya kalau puterinya memiliki hubungan dengan seseorang. Karena memang selama ini Mara tak pernah membawa seorang pria ke rumah.
"Yakin, Mah. Mama gak percaya sama Mara?"
"Enggak," jawab Sarita jujur.
Lala melongo tak percaya mamanya berkata seperti itu.
"KALAU KAMU BENAR-BENAR PUNYA PACAR, PERJODOHAN INI OTOMATIS DIBATALKAN!"
Teriak Loies lagi.
"Yes! MARA BAKAL BUKTIIN KALAU MARA UDAH PUNYA PACAR!" balas Mara.
"TAPI INGAT! KALAU KAMU GAK BISA BAWA PULANG PACAR KAMU ITU. KAMU HARUS TETAP NIKAH SAMA KEN," teriak Loies dengan tegas.
"OKE."
Sarita menutup telinga mendengar teriakan anak dan suaminya itu. Gendang telinganya hampir pecah karena teriakan Mara dan Loies.
"Kalian ini anak sama bapak sama aja, bikin telinga budek, bikin pusing juga!" gerutu Sarita.
"Maap!" ujar Mara dan Loies secara bersamaan, ya ya semua orang tahu kalau mereka itu manusia paling kompak sekomplek.
Sarita hanya bisa geleng kepala tak percaya.
"Mah, Mara berangkat. Doa'in ya semoga Mara berhasil membawa pacar Mara pulang," bisik Mara. Ia memelankan suaranya agar Loies tak bisa mendengarkan.
"Hati-hati, ya. Apapun keputusanmu, Mama bakal selalu dukung kamu, oke!" Sarita memberikan pelukan hangat terhadap puterinya. Mau sekeras apapun dia sama Mara, ia ini salah satu ibu yang tidak tegaan sama anaknya.
Sarita ini keras di luar, tetapi lembut di dalam. Ia tahu putrinya itu tak banyak uang jadi dia memberikan beberapa uang untuk Mara jajan di Jepang nanti.
***
Hari sudah hampir sore, perut Mara belum terisi apapun sampai sore ini.
Ia turun dari pesawat dengan keadaan terburu-buru karena ingin segera melihat keadaan pacarnya.
"Aku harus cari alamat ini sampai ketemu. Semoga aja bukan lamat palsu."
Jam lima sore Mara baru berhasil menemukan alamat tempat tinggal Frans yang pernah diberitahukan pada Mara sebelumnya.
Tok-tok-tok!
Tak ada jawaban.
Mara coba menekan bel rumah.
Ting-tong!
Ting-tong!
Mara semakin dibuat kesal, ingin rasanya mendobrak pintu tersebut. Tapi ia sadar bahwa ada imej yang harus dijaga.
Pintu terbuka saat Mara mengetuknya untuk kesekian kali.
Wanita?
Ya seorang wanita cantik berkulit putih, rambut hitam panjang bergelombang yang membuka pintu tersebut.
Mara terkejut dibuatnya.
"Gomen'nasai anata wa daredesua (maaf Anda siapa, ya?)?" tanya wanita tersebut.
"I don't speak Japanese. Aren't you Indonesian? (saya tidak bisa bahasa Jepang. Bukankah Anda orang Indonesia?)"
"Oh, benar. Saya memang berasal dari Indonesia."
"Apa benar ini tempat tinggal Tuan Frans Jaya Nugraha?" tanya Mara seraya menyembunyikan raut wajahnya yang berapi-api.
"Benar. Saya tunangannya, ada apa ya?"
Duarrr!
Mara bagai disambar petir siang bolong.
Tunangan? Sejak kapan Frans tunangan dengan wanita ini? Dia menganggap Mara apa selama ini? Hubungan apa sebenarnya ini?
Mara menepis pikirannya tentang situasi saat ini, bagaimana pun juga tujuan utamanya adalah menemui Frans.
Walaupun tahu hasil akhirnya nanti seperti apa, ia tetap akan menemui pacarnya.
"Maaf, saya sedang buru-buru. Ada apa ya mencari tunangan saya?" tanya wanita yang belum Mara ketahui namanya itu, ia terlihat gelisah.
Mara tersenyum lalu menjawab, "oh, gak apa-apa, kok. Saya hanya teman kuliahnya dulu. Dia memberikan alamat rumah ini, katanya kalau sewaktu-waktu saya butuh bantuannya, saya bisa langsung ke alamat ini."
Mara terpaksa berbohong.
Tak mungkin ia membongkar kebusukan Frans saat itu juga.
"Oh, kalau gitu silakan masuk. Saya panggil dulu orangnya." wanita itu menyuruh Mara duduk di ruang tamu, sambil menunggu Frans datang, Mara yang malang itu memerhatikan foto-foto yang terpampang di lemari berkaca yang ada di rumah tersebut. Mara menahan dadanya yang tiba-tiba sesak. Di sana ada foto dua orang yang sedang bersama, mereka terlihat bahagia.
Tak berselang lama, pria yang dinantikan oleh Mara datang. Wanita yang sempat membuka pintu untuknya tadi tak terlihat lagi batang hidungnya.
"Hei?!" sahut Frans yang datang dari arah belakang Mara duduk.
Mara menoleh dan tersenyum.
Frans terkejut dibuatnya.
"As-Asmara?!" sahut Frans dengan gugup, ia masih berdiri mematung dibelakang Mara duduk.
.
.
Bersambung ....
Apa yang akan terjadi?
Jangan lupa LIKE, KOMEN, VOTE, FAVORIT. RATE 5.
Makasih dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Chatnya kek kereta ekonomi🤣🤣
2023-12-03
2
Ucy (ig. ucynovel)
keren 👍
2023-12-01
0
FT. Zira
yakk...siap perang🤣
2023-11-30
0