Ingatan Briyon, 5 hari sebelum insiden kecelakaan yang menimpa Celine.
Kririririring! Kririririring!
Suara jam weker berdering dengan sangat keras, memecah keheningan pagi yang masih terlelap. Waktu menunjukkan pukul 07:00, tapi wanita cantik berambut hitam ini masih terbaring pulas di atas ranjangnya, seolah dunia di luar sana tidak ada artinya.
"Celine!" teriak Briyon dari ujung pintu kamar, suaranya penuh semangat meski cahaya matahari baru saja menyentuh permukaan bumi.
"Bangun, Celine! Ini sudah pagi!" Pria tinggi berwajah tampan itu berusaha membangunkan wanita yang dicintainya, menarik selimut yang membungkus tubuhnya dengan lembut, berharap tatapan mata Celine segera terbuka.
"Celine, sayang, ayo bangun!" Ia melanjutkan bujukannya, suaranya lembut namun tegas.
"Hng ... ini masih terlalu pagi, Briyon. Lagi pula, ini hari libur, kan?" Celine menggeliat, merasakan hangatnya selimut yang melindunginya dari dunia luar.
"Bukankah hari ini kita akan pergi jalan-jalan ke taman hiburan? Apa kamu lupa?" Briyon berusaha mengingatkan, matanya berkilau penuh harapan.
Mendengar ucapan Briyon, Celine terbangun seketika, matanya membesar karena panik. "Hhaaahh!? Aku lupa, untung saja kamu ingatkan aku, Briyon!" Ia segera mematikan jam weker yang masih berdering.
Kririririring! Klak!
"Hahaha, kalau begitu sana bersiap! Aku sudah menyiapkan sarapan pagi untukmu," Briyon mengucapkan kata-kata itu dengan senyuman yang tak pernah pudar.
"Baiklah, 15 menit aku akan segera ke ruang makan ... tunggu aku ya!" Celine menjawab, bersemangat.
"Okey!" Briyon menjawab sambil mengangguk, merasa puas melihat Celine yang bersemangat.
Celine pun segera beranjak dari ranjangnya. Sebelum ia melangkah menuju kamar mandi, ia sempatkan diri untuk mengecup pipi kanan Briyon, yang masih sibuk melipat selimut milik Celine.
Cup!
"Terima kasih, hihi ..." Celine tersenyum manis, senyuman yang selalu berhasil mencuri perhatian Briyon.
Setelah meninggalkan jejak basah di pipi kanan suaminya, ia pun segera kabur, meninggalkan Briyon sendirian di kamar mereka.
Taptaptap!
Klak!
Blam!
"Hemmmmm ..." Briyon menghela napas, tersenyum simpul. Apa yang Celine lakukan barusan adalah sesuatu yang selalu ia sukai—sentuhan lembut yang menambah hangatnya suasana pagi mereka. Cinta mereka mengalir dalam setiap tindakan kecil, dan Briyon merasa bersyukur atas setiap momen yang dihabiskan bersama.
Dalam hati, ia berdoa agar hari ini menjadi hari yang sempurna untuk mereka berdua.
.......
.......
.......
20 menit telah berlalu di ruang makan, di mana aroma hangat roti bakar dan susu memenuhi udara. Briyon tengah duduk di kursinya, tampak santai namun penuh perhatian. Tak lama kemudian, Celine memasuki ruangan, duduk di sisi kanan Briyon, dan meraih segelas susu hangat yang telah disiapkan suaminya.
"Waaaah ... roti bakar kali ini rasa coklat?" tanya Celine dengan mata berbinar.
"Ya, karena aku tahu kamu suka rasa coklat, jadi ku buatkan rasa coklat," jawab Briyon, senyum bangga menghiasi wajahnya.
"Terima kasih, kamu memang selalu tahu apa pun yang aku suka, hihi ..." Celine mengucapkan kata-kata itu dengan tulus, membuat Briyon merasa hatinya hangat.
Merasa senang dengan sarapan yang disiapkan, Celine segera menyantap roti bakar buatan suaminya itu dengan sangat lahap, menikmati setiap gigitan.
"Oh ya, Celine, ngomong-ngomong, aku sedang mencoba belajar memasak menu lain untuk sarapan pagi kita. Selain roti bakar, makanan apa yang kamu suka?" Briyon mencoba menggali lebih dalam.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Briyon! Bagiku, sarapan roti bakar buatanmu itu sudah cukup membuatku senang," Celine menjawab sambil mengunyah, rambutnya yang terurai menambah pesona paginya.
"Aku tidak merasa itu adalah sesuatu yang dipaksakan. Lagi pula, apa kamu tidak bosan? Setiap hari hanya sarapan roti bakar dan susu?" Briyon bertanya, sedikit khawatir.
"Tidak, nyem nyem ... roti bakar buatanmu sangat enak, dan aku tidak pernah bosan," Celine menegaskan, suaranya penuh keyakinan.
"Apa?" seketika Briyon terkejut mendengar pernyataan Celine dengan antusias.
"Di setiap gigitan roti yang aku makan ini, ada cinta di dalamnya, dan itu sudah cukup membuatku bahagia, hahaha ..." Celine tertawa, dan suara cerianya membuat Briyon merasa seolah dunia ini milik mereka berdua.
"Celine," Briyon memanggilnya, matanya berkilau penuh rasa syukur.
"Jangan khawatir tentang sarapan pagi kita, Briyon. Aku makan apa pun yang kamu buat, dan itu tidak akan membuatku bosan," Celine menambahkan, senyumnya semakin lebar.
Melihat senyum ceria Celine di hadapannya, Briyon merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Ia tahu, cinta bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang tindakan sederhana yang bisa menciptakan kebahagiaan.
"Terima kasih, Celine. Aku mencintaimu," ucap Briyon, tulus dari lubuk hatinya.
Celine hanya mengangguk, merasakan kehangatan yang sama. Dalam momen sederhana ini, di tengah sarapan yang penuh cinta, mereka berdua tahu bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada saling mendukung dan menerima satu sama lain apa adanya.
.......
.......
.......
Setelah menghabiskan sarapan pagi mereka, Celine dan Briyon pun lekas bersiap-siap untuk berangkat menuju taman hiburan. Suasana ceria menyelimuti apartemen kecil mereka, namun sebelum berangkat, Celine terlihat memperhatikan pakaian yang suaminya kenakan.
"Briyon!" panggilnya dengan nada penasaran.
"Ya, sayang?" Briyon menjawab sambil merapikan dasinya di depan cermin.
"Aku perhatikan kamu sering sekali mengenakan mantel coklat itu," ujarnya sambil menunjuk mantel yang sudah akrab dengan penampilan suaminya.
"Iya, kenapa? Ada yang salah?" Briyon bertanya, sedikit mengernyitkan dahi.
"Tidak, tapi sepertinya kamu memiliki banyak mantel musim dingin di lemari, lalu kenapa hanya itu yang sering kamu pakai?" Celine melanjutkan, ingin tahu.
"Oh, itu karena mantel ini adalah hadiah pertama yang kamu berikan saat ulang tahunku. Jadi mungkin, aku akan sering mengenakannya," jawab Briyon dengan senyum lebar.
Dia terlihat senang sekali saat mengenakannya. Warna coklat pada mantel itu sangat cocok dengan kulit dan rambutnya, membuatnya terlihat lebih menawan di mata Celine.
"Lain kali aku akan membelikan mu mantel yang baru ya, agar kamu tidak harus mengenakan mantel coklat ini terus," ucap Celine seraya merapikan mantel suaminya dari beberapa debu yang menempel.
Puk puk!
"Tidak perlu, Celine! Aku suka mantel ini," Briyon menegaskan dengan suara tegas.
"Eh?" Celine terkejut, tidak menyangka suaminya akan bersikeras.
"Walaupun kamu membelikan aku mantel baru, aku akan tetap mengenakan mantel coklat ini," ucapnya kekeuh.
"Kenapa?" tanya Celine, penasaran.
"Karena mantel ini adalah sesuatu yang berharga bagiku. Hadiah ulang tahun darimu dan awal kita menjalin hubungan. Banyak sekali memori kenangan yang berharga saat aku menerimanya, jadi aku akan selalu memakainya," jawab Briyon, matanya bersinar penuh kasih.
"Briyon." Celine merasa terharu dengan ucapan suaminya. Tanpa bisa menahan diri, ia memberikan kecupan reward di bibir suaminya sekilas, seraya membelai wajahnya dengan lembut.
Cup!
"Baiklah, jika itu adalah keinginanmu, aku tidak akan memaksamu, hahaha ... oh ya—" Celine menjeda ucapan sesaat seraya menoleh ke arah jam tangan yang saat ini ia kenakan. "Sepertinya kita harus segera berangkat. Waktu sudah menunjukkan pukul 8, perjalanan kita lumayan jauh, kan?" tambahnya.
"Benar, ayo kita berangkat!" Briyon menjawab penuh semangat.
"Ya." Celine mengangguk, senyumnya tak pernah pudar.
Celine dan Briyon pun akhirnya lekas berangkat, meninggalkan ruangan apartemen mereka dengan kegembiraan yang meluap. Di luar, udara segar menyambut mereka, seolah mengiringi langkah menuju hari yang penuh petualangan.
...****************...
Pagi itu, langit tampak cerah dengan awan-awan tipis yang berarak perlahan. Matahari yang mulai meninggi memancarkan sinarnya yang hangat, menyelimuti jalanan kota yang perlahan ramai dengan kendaraan. Di dalam sebuah bus yang melaju tenang, Celine dan Briyon duduk berdampingan di bangku dekat jendela.
Sesekali, angin pagi menerobos masuk melalui celah kaca bus yang sedikit terbuka, membawa serta aroma aspal yang masih basah setelah hujan semalam. Celine menyandarkan kepalanya ke bahu Briyon sambil menatap keluar jendela, memperhatikan deretan toko yang perlahan berganti dengan pepohonan hijau di pinggir jalan.
"Berapa lama lagi kita sampai, Briyon?" tanya Celine, suaranya mengandung nada tidak sabar. Matanya berbinar penuh antusiasme, seperti anak kecil yang menunggu kejutan di hari ulang tahunnya.
Briyon tertawa kecil melihat ekspresi istrinya yang begitu menggemaskan. "Sudah tidak sabar ya, ingin segera menaiki wahana di sana?" godanya.
"Iya! Aku ingin segera merasakan semua wahana," jawab Celine dengan semangat.
Namun, mendengar itu, Briyon langsung memasang ekspresi tegas. "Hahaha, tapi karena kamu sedang hamil, aku akan melarang mu menaiki wahana yang berbahaya!" ucapnya penuh keyakinan.
Celine membelalakkan mata, sedikit memajukan bibirnya, mengerucut kesal. "Ehhh? Tapi kan kandunganku baru satu bulan, seharusnya tidak masalah kan?"
"Tidak!" Briyon menatapnya lembut, tapi penuh ketegasan. "Untuk berjaga-jaga menghindari hal buruk terjadi, aku akan tetap melarang mu menaiki wahana yang terlalu ekstrem!"
Celine menghela napas pelan, lalu menyerah. "Hmmm... baiklah, baiklah, aku mengerti."
Briyon tersenyum puas, lalu mengulurkan tangannya untuk membelai puncak kepala istrinya dengan lembut. "Hahaha, pintar, ini baru istriku."
Celine menundukkan wajahnya, menyembunyikan senyum malu-malu yang perlahan muncul di bibirnya. Ia bersandar lebih dekat ke Briyon, merasakan kehangatan dari pelukan suaminya.
.......
.......
.......
Setelah hampir satu jam perjalanan yang terasa cukup panjang, akhirnya bus yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang taman hiburan. Begitu pintu bus terbuka, udara segar langsung menyambut mereka. Celine tak bisa menahan kegembiraannya.
"Yeay! Akhirnya kita sampai! Sudah lama sekali aku ingin ke sini, tapi belum sempat, karena harga tiketnya lumayan mahal," ucap Celine, sambil melompat kegirangan.
Briyon tersenyum melihat antusiasme istrinya yang tak bisa disembunyikan. "Kamu senang?" tanyanya, mengamati dengan penuh perhatian.
"Tentu saja! Ini adalah pertama kalinya aku ke sini," jawab Celine dengan mata yang berbinar, penuh harapan.
"Sungguh?" Briyon bertanya tak percaya.
"Ya! Memangnya kamu sudah pernah datang kemari sebelumnya?"
Briyon menggelengkan kepalanya. "Belum, ini juga pertama kalinya aku ke sini."
Celine tertawa geli. "Hahaha, kalau begitu kita sama dong."
"Iya..." jawab Briyon, merasa lega bahwa ia tidak sendirian dalam pengalaman ini.
Dengan semangat yang membara, Celine langsung menarik tangan Briyon, berjalan cepat menuju gerbang utama taman hiburan. "Ayo, Briyon! Kita masuk ke dalam! Aku penasaran dengan wahana di dalam!"
Briyon mengikuti dengan langkah ringan, meskipun sedikit terkejut dengan semangat Celine yang tak terbendung. "Ah? Baiklah, ayo!"
Mereka berdua tiba di gerbang, menyerahkan dua tiket yang telah mereka beli di luar, dan memasuki area taman hiburan. Suasana yang semarak dengan berbagai suara riang dan tawa dari para pengunjung langsung menyambut mereka. Pemandangan penuh warna dari berbagai wahana yang berdiri megah di sekeliling membuat hati mereka semakin berdebar.
"Selamat datang di dunia kegembiraan!" seru petugas yang memeriksa tiket mereka, tersenyum ramah.
Celine tidak bisa menahan diri untuk tidak berlari ke arah roda putar yang besar di kejauhan. "Ayo, Briyon! Wahana pertama kita!"
Briyon mengikuti dengan senyum hangat, merasa bahagia melihat Celine begitu bersemangat. Namun, di balik itu, ia juga mengingatkan diri sendiri untuk tetap berhati-hati. Tentu saja, ia tak ingin Celine terganggu oleh kehamilannya selama mereka menikmati hari yang penuh kesenangan ini.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Novira Bcl
😭😭😭uuuu... ternyata yg terlupakan kisah manis dgn org yg bgtu dicintai. cerita ini bgtu menyentuh Thor😍
2025-01-03
1
Via Luviani
briyon sama celine manis banget :")
ahhh kenapa briyon nya meningsoy sih?
2024-12-14
2
Gebi s.
pantes hantu nya bikinin roti bakar tiap hari /Whimper/
2024-12-14
2